Dua bulan yang lalu aku pergi ke kebun bersama nenek,kebun nenekku berada di dataran yang  tinggi. Diatas sana aku bisa melihat gunung yang berdiri saling berdekatan,sawah yang begitu luas,dan burung-burung yang terbang dengan bebas.
Memori yang tidak bisa aku lupakan dimana disaat aku melewati dua pohon yang sangat berkesan dalam hidupku.
Sepuluh tahun yang lalu disaat umurku delapan tahun,aku selalu menghabiskan waktu bersama dengan ayah,bagaimana tidak setiap sore pada bulan Ramadhan aku dan ayah selalu menerbangkan layang layang disana,aku yang menerbangkan layangan dengan cara berlari lari tanpa arah sambil memegang tali layangan,layangan yang aku terbangkan tidak terbang layangan itu hanya menyeret tanah.
Terkadang aku kesal karna layangan yang aku terbangkan tidak pernah terbang,saat itu ayahku hanya menertawakanku yang kesal dengan layangan.
 Setelah itu ayahku menerbangkan layangan ku ia berkata "tebisaeun die kubapa apungkeuna" (Gabisa yah sini ayah yang terbangin layangannya)disitu aku hanya tersenyum dengan malu.
Setelah layanganku terbang aku selalu berteriak"aantengan euy"(main tenang/santai euy) aku selalu berkata seperti itu karna aku selalu kesal layanganku sering kali di kalahkan/ putuskan oleh layangan lain,kalo layangannya putus aku suka kesal kadang suka marah-marah sendiri haha.
Tapi kemarahan itu redam dengan cepat karna ayah berkata "itu tinggal aya layangan nu eleh" (Liat itu ada layangan yang kalah) akupun sontak berlari bersama ayahku, aku yang lari tanpa arah,aku yang lari karna melihat orang lain berlari mengejar layangan itu meski saat ini aku tau aku tidak akan bisa menangkap benang layangan itu, tapi ayahku hebat dia bisa mendapatkan layangan nya akupun tersenyum sangat bahagia.
Ayah memberi layangan yang ayah dapat kepadaku sontak aku memakai layangan itu ke punggungku,yahh seperti kalian memakai tas selempang cuman bedanya ini lDua bulan yang lalu aku pergi ke kebun bersama nenek,kebun nenekku berada di dataran yang tinggi. Diatas sana aku bisa melihat gunung yang berdiri saling berdekatan,sawah yang begitu luas,dan burung-burung yang terbang dengan bebas.Â
Memori yang tidak bisa aku lupakan dimana disaat aku melewati dua pohon yang sangat berkesan dalam hidupku.Â
Sepuluh tahun yang lalu disaat umurku delapan tahun,aku selalu menghabiskan waktu bersama dengan ayah,bagaimana tidak setiap sore pada bulan Ramadhan aku dan ayah selalu menerbangkan layang layang disana,aku yang menerbangkan layangan dengan cara berlari lari tanpa arah sambil memegang tali layangan.
Layangan yang aku terbangkan tidak terbang layangan itu hanya menyeret tanah, terkadang aku kesal karna layangan yang aku terbangkan tidak pernah terbang,saat itu ayahku hanya menertawakanku yang kesal dengan layangan.
 Setelah itu ayahku menerbangkan layangan ku ia berkata "tebisaeun die kubapa apungkeuna" (Gabisa yah sini ayah yang terbangin layangannya)disitu aku hanya tersenyum dengan malu.
Setelah layanganku terbang aku selalu berteriak"aantengan euy"(main tenang/santai euy) aku selalu berkata seperti itu karna aku selalu kesal layanganku sering kali di kalahkan/ putuskan oleh layangan lain,kalo layangannya putus aku suka kesal kadang suka marah-marah sendiri haha.Â
Tapi kemarahan itu redam dengan cepat karna ayah berkata "itu tinggal aya layangan nu eleh" (Liat itu ada layangan yang kalah) akupun sontak berlari bersama ayahku, aku yang lari tanpa arah,aku yang lari karna melihat orang lain berlari mengejar layangan itu meski saat ini aku tau aku tidak akan bisa menangkap benang layangan itu.
Tapi ayahku hebat dia bisa mendapatkan layangan nya akupun tersenyum sangat bahagia, ayah memberi layangan yang ayah dapat kepadaku sontak aku memakai layangan itu ke punggungku,yahh seperti kalian memakai tas selempang cuman bedanya ini layangan.Â
Saat itu matahari sudah hampir tidak terlihat, dan saat itu pula aku sedang beristirahat di pohon tangkil dimana pohon tersebut merupakan tempat peristirahatan aku dan ayahku.Â
Hal bodoh yang aku ingat adalah ketika ayah berkata"hayu turun tinggal panon poe tos te tembong,sakedap deui adzan"(ayo turun liat matahari sudah tidak terlihat,sebentar lagi adzan) aku dan ayah bergegas turun sambil membicangkan layangan ayah bilang"langlayangan nu di cuhcur sok di pegat keun biasana jamkie teh(layangan yang di daerah cuhcur biasanya suka di putusin jam segini)Â
" Naha pa? "(Kenapa pa?) ujarku" Enyya at panan bade baruka puasa"(iyaa kan mau pada buka puasa) sambil tertawa "hahaha", sekitar satu menit dari obrolanku dan ayahku ada 2 layangan besar yang putus trus aku bilang"Bapa tinggal itu eleh ageung"(ayah liat itu kalah besar) aku sangat tercengang melihat nya"nyaa cek bapa Ge naon bener kan?"(apa kata ayah juga benar kan?)"hayu bapa urang udag"(ayo ayah kita kejar )"moal ka udag jauh eta mah katagog, caba burit"(gaakan ke kejar jauh ke tagong,mana udah sore.Â
Lima menit setelah sampainya di rumah adzan pun berkumandang seakan feeling ayah melihat waktu dari matahari itu benar. ayangan.
Saat itu matahari sudah hampir tidak terlihat, dan saat itu pula aku sedang beristirahat di pohon tangkil dimana pohon tersebut merupakan tempat peristirahatan aku dan ayahku. Hal bodoh yang aku ingat adalah ketika ayah berkata"hayu turun tinggal panon poe tos te tembong,sakedap deui adzan"(ayo turun liat matahari sudah tidak terlihat,sebentar lagi adzan).
Aku dan ayah bergegas turun sambil membicangkan layangan ayah bilang"langlayangan nu di cuhcur sok di pegat keun biasana jamkie teh(layangan yang di daerah cuhcur biasanya suka di putusin jam segini) " Naha pa? "(Kenapa pa?) ujarku" Enyya at panan bade baruka puasa"(iyaa kan mau pada buka puasa) sambil tertawa "hahaha", sekitar satu menit dari obrolanku dan ayahku ada 2 layangan besar yang putus trus aku bilang
"Bapa tinggal itu eleh ageung"(ayah liat itu kalah besar) aku sangat tercengang melihat nya"nyaa cek bapa Ge naon bener kan?"(apa kata ayah juga benar kan?)"hayu bapa urang udag"(ayo ayah kita kejar )"moal ka udag jauh eta mah katagog, caba burit"(gaakan ke kejar jauh ke tagong,mana udah sore.Â
Lima menit setelah sampainya di rumah adzan pun berkumandang seakan feeling ayah melihat waktu dari matahari itu benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H