Kuning dalam kata Kuningan memiliki arti berwarna kuning dan wuku yang ke-12. Wuku adalah kalender Bali yang mana perhitungannya 1 wuku sama dengan 7 hari. Dalam 1 tahun dalam kalender wuku terdapat 420 hari.
Perayaan Hari Kuningan dilakukan setiap 210 hari pada hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan atau dilakukan 10 hari setelah Hari Raya Galungan.
Hari Suci Kuningan dirayakan dengan cara memasang tamiang, kolem, dan endang. Tamiang adalah simbol senjata dari Dewa Wisnu karena menyerupai cakra, Kolem adalah simbol senjata Dewa Mahadewa, sedangkan Endong adalah simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh Para Dewa dan Leluhur kita saat berperang mewalan adharma.
Pada saat perayaan Hari Raya Kuningan, yang menjadi ciri khas dari isi sesajen atau persembahan umat Hindu adalah berupa nasi kuning, berbeda dengan pelaksanaan pada saat upacara lainnya ketika Galungan, Pagerwesi, Saraswati dan hari suci lainnya yang menggunakan sarana nasi putih. Nasi kuning dibuat sebagai lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen sebagai tanda terimakasih karena telah dianugrahi dari Sang Hyang Widhi
Dikeluarga saya biasanya bumbu nasi kuningnya menggunakan rempah-rempah bukan menggunakan pewarna makanan. Bumbu halus yang diperlukan seperti
1. bawang putih
2. kencur
3. kunyit
4. cabai besar
5. cabai kecil
6. lengkuas
Penyedap
- Garam
- Terasi
- Daun salam
Kemudian bumbu tersebut dihaluskan menggunakan cubek bukan diblender karena nanti rasanya akan berbeda, tapi sesuai selera masing-masing. Kemudian bumbu halus tersebut digoreng dengan sedikit minyak kemudian ditambahkan daun salam
- bawang merah dan bawang putih diiris kemudian digoreng (embe)
- cabai kecil diiris kemudian digoreng
- garam dan terasi (dicampur)
Jika bahan tersebut sudah siap, nampak seperti pada gambar dibawah ini
Siapkan nasi putih, kemudian campur bumbu halus, garam + terasi yang sudah dicampur, bawang goreng serta cabai goreng sesuai selera. Setelah itu, campur semua bahan tersebut hingga merata. Dan nasi kuning bali sudah siap untuk dinikmati dan juga dipakai untuk banten.
Tidak hanya nasi kuning saja, dikeluarga saya juga biasanya membuat jajan bali yaitu jajan bantal.
Adapun bahan-bahan yang diperlukan
- ketan
- kelapa
- garam
- gula pasir
- pisang/kacang merah
- janur
- tali untuk mengikat
proses pembuatan jajan bantal
- cuci bersih ketan, kemudian direndam dengan air sampai mengembang
- kemudian dikukus, kurang lebih 45 menit
- sambil menunggu ketan matang, kupas serta cuci bersih kelapa kemudian di parut
- setelah ketan matang, ratakan didalam mangkok sehingga tidak ada yang menggumpal
- tambahkan kelapa yang sudah diparut kemudian tambah sejumput garam, lalu diaduk rata
- kemudian tambahkan gula pasir sesuai selera
- jika adonan sudah siap, ambil janur yang sudah dlilit memanjang (cetakan)
- masukan ketan kemudian ratakan, setelah itu masukkan pisang yang dipotong (bisa menggunakan pisang atau kacang merah, disini saya membuat menggunakan pisang), kemudian timpa lagi dengan ketan
- kemudian ikat janur yang sudah diisi ketan tersebut menggunakan batang dari janur serta tali rapia
- lakukan hal tersebut hingga bahan habis
- setelah itu, panaskan kukusan untuk mengukus jaja bantal tersebut
- setelah panas, masukkan jaja bantal kedalam panci dan tunggu kurang lebih 1 jam
- jika dirasa sudah matang, angkat. Kemudian ditiriskan
- setelah itu, jaja bantal sudah siap untuk dinikmati atau bisa juga dipakai untuk banten
NB : Resep diatas merupakan hal yang biasa keluarga saya buat untuk nasi kuning serta jaja bantal, mungkin kalian memiliki resep lain atau berbeda dengan resep saya. Ini yang bisa saya bagikan, Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H