Sehari setelah Hari Raya Galungan, umat Hindu merayakan Umanis Galungan, tepatnya pada Kamis (Wraspati) Umanis wuku Dunggulan. Hari raya Umanis Galungan dimaknai sebagai yang dimana manusia merasakan nikmatnya (manisnya) kemenangan. Biasanya akan ada barong untuk ngelawang. Â Barong akan diperciki tirta (air suci) dan sesajen sebelum berkeliling desa adat. Setelah itu, yang ada didalam barong tersebut adalah Teruna (remaja, pemuda) dari desa adat sekitar, ada yang membawa gambelan untuk mengiringi barong serta membawa kotak sebagai wadah untuk donasi.
Hal ini dilakukan untuk memberikan keselamatan dari wabah penyakit. Barong yang dibawa oleh beberapa masyarakat atau pemuda tersebut akan berkeliling sampai 35 hari setelah galungan
Selain itu, biasanya Umanis Galungan dimanfaatkan sebagai hari untuk saling berkunjung ke rumah saudara dan ke beberapa tempat wisata. Manis Galungan kita mengucapkan rasa angayubagia dengan bersenang-senang, dengan silaturahmi. Ini wujud rasa bahagia kita setelah merayakan kemenangan dengan mengunjungi tetangga, saudara, keluarga dan diakhiri melakukan persembahyangan ke Pura Kawitan atau pedarman.
Pada umanis galungan biasanya saya dan keluarga pergi pulang kampung (rumah asli ibu) di Kuta, sangat senang rasanya bisa pergi kesana lagi untuk menengok keluarga besar yang di Kuta. Sebelum berpergian, biasanya di Kuta memiliki tradisi saat di umanis Galungan melakukan natab (otonan) bersama. Ini merupakan moment setelah melaksanakan natab.
NIM : 2112051010Â
PRODI : PENDIDIKAN BAHASA BALI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H