Mohon tunggu...
31nikomangwidianiti
31nikomangwidianiti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi menari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Multikultural di Desa Kusamba dengan Kehidupan Harmonis di Tengah Keberagaman

16 Desember 2024   18:19 Diperbarui: 16 Desember 2024   18:19 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bali, yang terletak di bagian timur Nusantara, adalah pulau yang kaya akan ragam budaya, termasuk adat, kesenian, dan agama. Nuansa keagamaan yang kental di Bali dapat dilihat dari berbagai upacara keagamaan, yang rutin dilaksanakan. Selain itu, pulau ini dikenal luas akan seni tari, seni pertunjukan serta seni ukirnya yang mengagumkan. Adat istiadat di Bali tidak tercatat dalam bentuk aturan resmi, melainkan merupakan manifestasi dari ajaran agama yang dianut masyarakat setempat, di mana setiap desa adat memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.

Desa Kusamba, yang terletak di Kabupaten Klungkung, Bali, adalah contoh nyata bagaimana keragaman budaya dapat menjadi kekuatan dalam menciptakan masyarakat yang harmonis. Terkenal dengan keindahan alamnya yang menawan dan kekayaan budaya yang berlimpah. Sebagai salah satu desa pesisir, Kusamba memiliki pesona unik yang dipengaruhi oleh sejarah panjangnya sebagai pusat perdagangan dan Pelabuhan. Desa ini telah menjadi tempat tinggal bagi berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan tradisi yang berbeda, menciptakan masyarakat multicultural yang hidup rukun dan saling mengrormati. Dinamika interaksi antara penduduk lokal dan pendatang telah melahirkan komunitas multikultural yang hingga kini mewarnai kehidupan sosial di desa ini.

Keberagaman yang ada di kusamba tidak hanya menjadi jati diri lokal, tetapi juga mencerminkan kemampuan untuk mengelola perbedaan dengan cara yang positif, sehingga tercipta keharmonisan di dalam komunitas. Sejarah desa ini sangat erat kaitannya dengan aktivitas perdagangan laut. Sebagai pelabuhan yang strategis, kusamba berfungsi sebagai pintu gerbang bagi para perdagangan dari berbagai daerah di nusantara dan bahkan mancanegara. Dinamika interaksi antara penduduk lokal dan pendatang telah melahirkan komunitas multikultur yang hingga kini masih mewarnai kehidupan sosial di desa ini.

Desa Kusamba adalah tempat yang dihuni oleh masyarakat dengan latar belakang budaya yang beragam. Sebagian besar penduduknya adalah umat Hindu Bali, namun desa kusamba juga memiliki komunitas Muslim, yang telah ada selama berabad-abad. Komunitas Muslim ini, yang sebagian besar terdiri dari para pedagang dan pelaut, memilih untuk menetap di Kusamba berkat lokasi desa yang strategis dan keterbukaan masyarakat setempat. Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas Kristen yang tinggal di desa ini, sehingga menambah keragaman budaya yang ada. Di kusamba masyarakat hidup rukun dan saling menghormati tradisi yang dimiliki setiap kelompok. Kehidupan multikultural yang harmonis ini dapat dilihat dalam berbagai aspek sehari-hari, mulai dari interaksi sosial hingga kegiatan ekonomi dan upacara adat.

Di Kusamba, masyarakat Muslim menjalani kehidupan sehari-hari dengan menggunakan bahasa Bali. Keberagaman di daerah ini sangat terasa, karena penduduknya terdiri dari etnis dan agama. Secara etnik, penghuni kusamba berasal dari Bali, Jawa, Sunda, Bugis, dan Madura, di mana empat etnis terakhir adalah penganut islam.

Dalam hal pemukiman, tampak adannya pola pengelompokan. Warga Hindu cenderung tinggal di tengah desa dan di pinggir jalan utama, sedangkan warga Muslim berada di sebelah selatan, dekat pantai, membentuk sebuah kompleks yang dikenal sebagai kampung kusamba. kehidupan yang lebih bercampur di Kawasan ini mendorong masyarakat untuk saling memahami dan berbaur, tanpa menghiraukan perbedaan agama etnis, dan budaya yang ada. Mereka hidup rukun, saling mendukung, dan berkolaborasi dalam berbagai Lembaga, baik yang bersifat profesi, adat, maupun kedinasan.

Keberagaman di Kusamba tercermin jelas dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Salah satu aspek harmoni yang paling menonjol adalah toleransi antarumat beragama. Ritual-ritual keagamaan di Kampung Kusamba menjadi contoh nyata dari keberagaman budaya yang harmonis. Tradisi seperti Saparan, perayaan Maulid Nabi SAW dan tahlilan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat. Toleransi juga terlihat dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan. Misalnya, ketika umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi, komunitas Muslim di desa ini turut berkontribusi dengan menghentikan aktivitas yang dapat mengganggu ketenangan. Sebaliknya, saat umat Muslim merayakan Idul Fitri, masyarakat Hindu turut merayakan Idul Fitri, masyarakat hindu turut memberikan ucapan selamat bahkan berpartisifasi dalam beberapa kegiatan perayaan.

Meskipun Desa Kusamba dikenal dengan toleransinya, tantangan tetap ada dalam menjaga keharmonisan masyarakat multikultural. Salah satu tantangan adalah potensi munculnya kesalahpahaman akibat perbedaan tradisi atau kebiasaan. Selain itu, perubahan sosial akibat modernisasi dan globalisasi juga dapat mempengaruhi pola hubungan antarwarga, terutama di kalangan generasi muda yang lebih terpapar budaya luar.

Tantangan lainnya adalah upaya menjaga keadilan dan kesetaraan bagi semua kelompok. Dalam beberapa kasus, kelompok minoritas dapat merasa terpinggirkan jika tidak ada kebijakan yang adil dari pihak berwenang. Oleh karena itu, penting untuk terus memperkuat komunikasi dan kerja sama antarwarga agar semua pihak merasa dihargai.

Modernisasi juga menjadi tantangan lain bagi Kusamba. Pengaruh budaya luar yang masuk melalui teknologi dan pariwisata dapat mengubah pola hubungan antarwarga, terutama di kalangan generasi muda. Perbedaan nilai dan gaya hidup yang muncul akibat modernisasi ini dapat memunculkan jarak antara generasi atau kelompok budaya.

Untuk menjaga keharmonisan di tengah keberagaman, masyarakat Desa Kusamba telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah melalui pendidikan multikultural di tingkat keluarga dan sekolah. Anak-anak diajarkan untuk menghormati perbedaan sejak usia dini, baik melalui pelajaran formal maupun melalui kegiatan sehari-hari. serta kegiatan gotong royong juga menjadi salah satu cara efektif untuk mempererat hubungan sosial yaitu dengan melibatkan semua kelompok tanpa memandang latar belakang agama atau budaya. Gotong royong ini tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga menunjukkan nilai-nilai kebersamaan yang menjadi inti dari multikulturalisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun