Mohon tunggu...
Pendekar Sakti
Pendekar Sakti Mohon Tunggu... profesional -

Kaum yang ngakunya Liberal Sekuler ternyata Pengecut. Hanya berani berkoar2 dimedia.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ibu Susi (Menteri Perikanan) Kaki tangan Asing!

27 Oktober 2014   04:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:38 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak tamat SMA kok jadi menteri, harusnya jadi menteri itu minimal kan doktor? atau sekurang2nya masterlah, wong ini cuma tamat SMP jadi menteri. Pasti ada apa-apanya ni Pak Presiden Jokowi sama Pak JK.

Padahal apa kurangnya profesor dan doktor2 di indonesia ini? bahkan yang mangister saja masih banyak yang belum mendapat kerja yang layak. Padahal mereka kan punya gelar yang seabrek? punya IPK tinggi? lah.. ini Ibu Susi Puji astuti yang ga tamat SMA itu yang di jadiin menteri, bikin malu bangsa saja. Coba, kalau orang luar tau kalau ibu Susi ga punya gelar, M.Sc, MBA atau MM lainnya. Apa kata dunia? dimana kewibaawaan pemerintah kita?

Mungkin, begitulah kata-kata yang keluar dari orang-orang yang membangga banggakan gelar dan Ijazah, apalagi IPKnya tinggi tapi tidak punya rasa rendah hati. Mentang mentang IPKnya Tinggi dan mempunyai banyak gelar, seolah-olah mereka adalah segalanya. mereka merasa diri mereka yang lebih hebat, sedangkan orang lain yang ga punya gelar bukan siapa-siapa.

Sebagai sesama muslim, mungkin saya turut prihatin dengan beberapa menteri yang muslimah tapi tidak memakai jilbab. Kecuali ibu Kofifah. Tapi itu kita kembali lagi kepada diri mereka masing2, toh ibu Ani Yudhoyono yang didukung partai islam juga ga make jilbab. Begitu juga seandainya Prabowo yang jadi presiden dan menjadikan Mbak Titiek (mantan Istri Prabowo) yang jadi ibu negara, juga ga pake jilbab.

Bukan membenarkan mereka yang tidak menutup aurat, tapi hanya sekedar mengingatkan sesama muslim untuk menutup aurat. Mereka tidak menutup aurat tetap salah, walaupun mereka telah banyak memberi kontribusi kepada bangsa dan negara.

Nah, disinilah saya ingin mengajak saudara sebangsa dan setanah Air untuk melihat ibu Susi, walaupun tidak punya banyak gelar, namun telah banyak memberi kontribusi bagi bangsa dan negaraterutama bagi masyarakat pelosok dan pedalaman yang kebanyakan kaum menengah kebawah (betul betul akar rumput). Bahkan, saat Tsunami melanda Aceh, dengan pesawat ibu susilah pertama-tama bantuan dikirim untuk membantu korban musibah tersebut.

Mungkin prestasi inilah, yang coba dilihat jokowi untuk mengangkat ibu Susi menjadi menteri kabinetnya masa periode 2014-2019.

Ketimbang memilih mereka yang banyak gelar tapi pengalaman kerja nol, cuma pande ngomong dan menipu saja, buat apa? kadang kadang untuk mendapat beasiswa memalsukan data kemudian dapat sarjana atau master. atau banyak juga yang kita lihat, lulus universitas Favorit karena ada backing (mungkin orang tuanya orang besar, ada pamannya atau siapalah didalamnya itu). Terus, tamat kuliah, masuk menjadi PNS juga ngandalin Backing, setelah jadi PNS juga ngandalin backing supaya dapat jabatan yang berpengaruh.

Jadi, hari ini ketika Jokowi memilih Ibu susi yang tidak tamat SMA menjadi menteri, harusnya kita bisa melihat sisi positif. Sedangkan yang berpendidikan tinggi juga ada kan? pak Anies Baswedan, Rektor undip, rektor UGM?

Jika orang orang besar seperti mereka, punya pendidikan dan gelar tinggi mungkin sudah mainstream.. tapi tdk semua menteri yang dilantik adalah profesor atau doktor kan? jadi walaupun mereka yang terpilih jadi menteri dari profesor dan doktor bukan lantaran gelar mereka semata. mentang-mentang doktor atau profesor langsung di pilih, ga juga kan? tapi karena beberapa faktor lainnya.

Jadi, masalah gelar dan IPK itu hanya untuk akademis saja, bisa saja dikampus mereka lebih tinggi nilainya tapi didunia nyata (dunia kerja), mereka jauh tertinggal. ya kan? Jadi, mulai saat ini, berhentilah memabangga banggakan gelar anda atau IPK anda yang tinggi. Apalagi dengan gelar dan IPK anda yang tinggi itu melihat sinis orang lain yang dibawah anda.

Nah.. jika tetap ingin protes ibu susi, begini caranya!

Ibu susi itu antek asing, suami dia kan orang bulek.. warga jerman,,otomatis akan menguntungkan asing. soalnya, jika ibu susi dapat untung, suaminya kan dapat untung juga? wong mereka satu rumah? lagian, bisnis ibu susi selama ini kan pasaenya luar negeri (eropa dan juga Amerika), otomatis banyak menguntungkan asing? pasti kaki tangan asing ni Bu Susi.

Atau, tentang pekerja-pekerja ibu Susi (seperti Pilot dan teknisinya) banyak orang-orang asing, lagi-lagi menguntungkan asing. pokoknya ibu susi antek-antek asing, ga boleh jadi menteri hehe.
soalnya, orang kita yang banyak cuma bisa nyetir mobil dan motor, kalau nyetir pesawat masih sedikit :D

Nah, bagi anda yang mendukung diam saja.

dan jadilah ibu susi sebagai inspirasi, walaupun tamat SMP tapi berkat kerja keras dan Keistiqamahannya dalam bekerja, beliau bisa juga jadi menteri. Bahkan bisa mempekerjakan orang-orang asing sebagai anak buahnya.

Jadi, sekali lagi.. berhentilah membangga-banggakan gelar anda, Indonesia ini banyak orang-orang pandai dan bergelar seabrek, tapi banyak juga penipu dan mencuri uang negara.

Sejatinya, pendidikan itu untuk mendidik manusia agar menjadi baik dan terdidik, agar terlepas dari kebodohan.
Menjadi manusia terdidik itu tdk diukur cuma dengan IPK yang tinggi, tapi memiliki moralitas dan empaty sosial yang tinggi. memberi kontribusi bagi masyarakat banyak.

Jika Allah berkehendak, siapa yang sanggup melawannya?

Jika Allah telah memuliakan seseorang, siapa yang sanggup menghinakan?

begitu juga dengan orang-orang yang Allah hinakan, siapa yg sanggup memuliakan?

Selamat Bekerja Ibu Susi dan menteri menteri lainnya. semoga kekuatan akan diberikan kapada anda semua dalam membangun negara yang maju ini. semoga negara kita akan menjadi negara yang baldatun,tayyibun warrabun ghafur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun