Mohon tunggu...
Zefanya Christleen
Zefanya Christleen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehidupan Sosial Bermasyarakat Dapat Menyebabkan Culture-Shock?

11 November 2022   19:46 Diperbarui: 11 November 2022   19:52 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu topik komunikasi dapat terjadi bergantung pada konteks yang sedang diperbincangkan. Melalui komunikasi akan membentuk interaksi sosial, yang kemudian tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tidak teratur, dan tidak acak, itu dapat terjadi ketika budaya ditentukan. 

Ritual yang dilakukan secara berpola dan normatif dalam berbicara serta berperilaku melalui setiap situasi tertentu, baik seperti di kelas, wawancara, percakapan santai, suatu acara, dan lain-lain. Dalam hal ini, komunikasi tidak dapat terjadi dalam kekosongan. Karena pada dasarnya konteks komunikasi akan memengaruhi dari penerapan komunikasi itu sendiri. 

Budaya memainkan peran utamanya dalam menetapkan aturan bersama yang spesifik, sehingga menetapkan perilaku komunikatif sesuai dengan konteks sosial dan fisik yang berbeda. Perilaku ini dibentuk sesuai dengan kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anggota budaya sendiri.

Dan dalam mengandalkan internalisasi mendalam mengenai protokol budaya, dapat mendefinisikan perilaku yang kemudian dapat diterima oleh setiap komunikasi, pada situasi tertentu. Aturan-aturan ini, yang kemudian dapat memfasilitasi kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien. Hal ini yang membuat seseorang pada akhirnya tidak harus berpikir secara sadar, tentang aturan mana yang harus digunakan saat berpindah dari satu konteks ke konteks lainnya.

Salah satu konteks komunikasi terjadi dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Secara tidak langsung, baik pada akhirnya disadari atau tidak, lingkungan dengan sendirinya akan membentuk suatu kepribadian dan tingkah laku dari seseorang. Mulai dari bagaimana ia berbicara, berfikir, dan berprilaku. 

Sebagai contoh, ketika seseorang hidup dan tumbuh besar dalam masyarakat suku Jawa, ia akan berprilaku dan berfikir seperti yang masyarakat suku jawa lakukan. Mulai dari logat bahasa, tingkah laku, cara berfikir, tentu akan sangat memengaruhi orang tersebut. Karena seperti pribahasa "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", begitu pula dengan seseorang yang tumbuh besar dalam lingkungan sosialnya.

Dalam konteks ini, jika dilihat dari sudut pandang lain tentu saja memiliki potensi tantangannya tersendiri. Ketika seseorang hidup dan tumbuh besar dalam sosial masyarakat tertentu, istilah tantangan yang dihadapi dapat berupa seperti culture-shock. Keadaan tersebut dapat terjadi ketika mereka keluar dari zona sosial masyarakatnya. 

Mereka akan merasa kaget ketika berhadapan dengan berbagai macam latar belakang dan karakteristik orang lain, yang tentunya berbeda dengan lingkungan masyarakat tempat asal mereka. Hal ini yang kemudian menjadi tantangan yang harus mereka hadapi dan tidak dapat dihindarkan oleh setiap orang.

Baik secara sadar maupun tidak sadar, setiap orang mengharapkan interaksi mereka akan mengikuti aturan yang sesuai dan ditentukan secara garis budaya mereka. Dimana aturan tersebut dapat menginformasikan kedua belah pihak tentang perilaku komunikatif yang tepat untuk keadaan tertentu. Aturan komunikasi bertindak sebagai pedoman untuk tindakan sendiri dan tindakan orang lain. 

Seperti yang ditunjukkan oleh Wood dalam buku "Communication Between Cultures" aturan-aturan ini adalah pemahaman bersama tentang apa arti komunikasi dan apa jenis komunikasi yang tepat dalam situasi tertentu. Aturan komunikasi mengatur perilaku verbal dan nonverbal, sehingga menentukan tidak hanya apa yang harus dikatakan tetapi juga bagaimana mengatakannya (Samovar et al., 2017).

Selama interaksi suatu konteks komunikasi antarbudaya berlangsung, kesulitan dapat muncul karena lawan komunikasi mungkin saja bergantung pada standar yang berbeda. Aturan komunikasi menunjukkan banyak keragaman budaya, membuat kemungkinan miskomunikasi pertimbangan yang akan selalu muncul. Untuk menghindari miskomunikasi ini, harus adanya sikap menyadari masalah potensial yang dapat dibawa oleh perbedaan dalam protokol berbasis budaya ke dalam pertukaran antarbudaya.

Daftar Pustaka:

Samovar, L. A., Porter, R. E., Mcdaniel, E. R., Roy, C. S. (2017). Communication between cultures. Boston, Massachusetts: Cengage Learning

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun