Mohon tunggu...
30 Etto XB
30 Etto XB Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar/tarakanita

hgfytfuydrdrd

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Wacana Pembangunan Pemukiman Layak Huni di Batam

11 Desember 2024   14:05 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:03 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak Lain Pembangunan Perumahan

Tempat tinggal merupakan hal yang menjadi salah satu kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Maka dari itu, pemerintah melakukan perluasan dan pembangunan permukiman penduduk untuk mengurangi jumlah permukiman kumuh yang malah memiliki efek samping sebaliknya. Contohnya, peningkatan jumlah rumah layak huni di Batam yang disisi lain juga menyebabkan meningkatnya permukiman kumuh di sana.

Pada tahun 2016 - 2019, terjadi peningkatan rumah layak huni yang signifikan di Batam. Sejumlah 275.395 rumah telah diklasifikasikan sebagai rumah layak huni dan total 1053 unit rumah telah dibangun pada tahun - tahun tersebut. Di sisi lain, permukiman kumuh ternyata juga meningkat sebanyak 23,39% yang merupakan dampak negatif dari pembangunan perumahan yang sedang dilaksanakan.

Baca juga: Naik Kendaraan

Sepertinya pemerintah perlu lebih mempertimbangkan wacana akan pembangunan. Mungkin dengan membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak, pemerintah bisa lebih mengurangi pemukiman kumuh yang ada karena, dapat meningkatkan aktivitas perekonomian kota. Disisi lain, kita sebagai rakyat jangan hanya mengandalkan pemerintah untuk menyelesaikan masalah permukiman kumuh ini, kita juga harus peduli dengan mereka, pula menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal kita, berkaca dari kondisi dari lingkungan kumuh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun