3. Modifikasi Bagian Konflik (Klimaks) dan Koda Menjadi Fiksi
Bagian Konflik (Klimaks) Fiksi:
Raden Wijaya berdiri dengan penuh semangat di tengah hutan Tarik yang sunyi, dikelilingi kegelapan malam. Cahaya bulan purnama memantulkan bayangan pepohonan di sekitar, seakan turut menyaksikan tekad bulatnya. Di hadapannya, tiga sahabat setia Sora, Nambi, dan Ranggalawe menyusun rencana rahasia untuk merebut kembali kejayaan yang hilang.
Ketika tentara Mongol mendarat di Jawa, Raden Wijaya menyadari inilah kesempatan yang ia nantikan. Ia mendekati Shih-pi, panglima Mongol, dengan diplomasi cerdas, membujuk mereka untuk bersama-sama menumpas Jayakatwang, musuh bersama. "Kita memiliki tujuan yang sama," ujar Raden Wijaya dengan nada suara yang tenang namun penuh kepastian, meyakinkan para panglima Mongol yang berkuasa.
Dalam sekejap, pasukan Raden Wijaya dan Mongol bersatu, seperti badai yang menggulung benteng Kediri. Di medan perang yang mencekam, Raden Wijaya memimpin dengan gagah berani, menerobos barisan Jayakatwang yang semakin lemah. Namun, ketika Jayakatwang jatuh dan Kediri runtuh, Raden Wijaya diam-diam memberi isyarat pada pasukannya untuk membalikkan serangan ke arah tentara Mongol.
Dengan taktik mengejutkan, Raden Wijaya dan prajuritnya menyerang pasukan Mongol yang lengah dan lelah setelah bertempur. Perang sengit terjadi hingga Mongol dipaksa mundur, meninggalkan tanah Jawa dengan tergesa-gesa. Raden Wijaya berhasil menunjukkan keberanian dan kecerdasannya dalam strategi perang, sebuah kemenangan besar untuk memulai kerajaan barunya.
Bagian Koda Fiksi:
Hari itu, di bawah langit yang cerah, rakyat berkumpul di Trowulan untuk menyaksikan penobatan raja mereka. Raden Wijaya berdiri di hadapan rakyatnya dengan wibawa seorang pemimpin sejati, mengenakan pakaian kebesaran Majapahit yang indah. Suara gong dan gendang mengiringi momen sakral, ketika ia mengucapkan sumpah suci untuk memimpin Majapahit dengan bijaksana.
"Mulai hari ini, Majapahit akan menjadi kerajaan besar yang mempersatukan seluruh Nusantara," seru Raden Wijaya, suaranya menggema, penuh keyakinan. Rakyat bersorak sorai, merayakan kelahiran sebuah kerajaan yang kelak menjadi kebanggaan Nusantara.
Di bawah panji Majapahit, Raden Wijaya memulai babak baru sebagai Kertarajasa Jayawardhana, raja pertama Majapahit, yang namanya kelak akan tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin yang mempersatukan kepulauan ini di bawah kekuatan dan kemakmuran.
Kesimpulan,