HASH TRACKING MEI 2013 Pulau Satonda adalah pulau dengan posisi, 8 derajat 7 menit Lintang Selatan dan 117 derajat 45 menit Bujur Timur. Ia termasuk pulau di kawasan Propinsi Nusa Tenggara Barat , arah Barat Laut gunung Tambora. Gunung Tambora dalam foto di atas nampak di latar belakang pulau Satonda , dengan puncak gunungnya berbentuk datar seperti meja. Separo badan gunung telah lebur bersamaan letusan terdahsyatnya 1815, menyisakan separo bagian bawah dan puncak datar dimana kawah raksasa menganga di sana. START HASH KE PULAU SATONDA Hash adalah sebuah grup penggemar olah raga jalan kaki yang memilih jalur/track yang menantang. Di kota Sumbawa Besar, anggota hash sering mengambil track di daerah Semongkat, yaitu area perbukitan. Sesekali grup ini pergi agak jauh ke daerah Lunyuk (daerah pesisir Selatan pulau Sumbawa), ke Alas , ke Pulau Moyo dan kali ini ke Pulau Satonda. Grup hash banyak beranggotakan pengusaha (mayoritas Chinese), dan juga karyawan beberapa perusahaan swasta atau BUMN di seputaran kota Sumbawa Besar.
Kelompok hash berkumpul di dermaga kecil milik Amanwana (Perusahaan Resort/Pariwisata) di kawasan Pelabuhan Badas , Sumbawa Besar pukul 22.00 WITA. Sebuah dermaga kayu tempat kapal-kapal boat fiber dan boat kayu yang melayani pelayaran menuju pulau-pulau kecil sekitar pulau Sumbawa. Jalur track kapal ditunjukkan oleh panah kuning tampak pada gambar di atas. Jalur panah kuning tersebut ditempuh selama lima jam. Sekitar pukul 03.00 WITA kami tiba di teluk dermaga Pulau Satonda.
Kapal kami tidak dapat sandar di dermaga karena dermaga telah putus oleh badai. Khawatir kandas karena dangkalnya air di dermaga, kapal bersandar sekitar 200 meter dari daratan pulau. Anggota grup hash tertahan di kapal dan sudah tidak sabar ingin mendarat. Sekoci kapal hanya sebuah gabus kira-kira 1X1,5 meter dengan tebal sekitar 30 sentimeter. Namun kapten kapal tenang-tenang saja karena ia sudah terbiasa dengan situasi perairan laut Flores . Pagi biasanya sering ada perahu boat dari desa terdekat dari Satonda yaitu desa Labuhan Kananga (desa L.Kananga letaknya di kaki G.Tambora–lihat peta di bawah).
Akhirnya perahu boat dari desa Labuhan Kananga mulai nampak dari kejauhan. Kapten kapal dibantu seorang anggota hash berteriak memanggil pemilik perahu itu. Legalah anggota hash yang rata-rata adalah pengusaha Chinese berusia lanjut dan berbadan gemuk. Mereka banyak yang tidak bisa berenang , sehingga agak ngeri menaiki sekoci gabus mungil milik kapal. DAYA TARIK PULAU SATONDA
1. Stromatolit = struktur terumbu yang muncul pada zaman Pra-Kambium (3000 juta tahun yang lalu). 2. Air asin danau , dari berbagai sumber internet didapat bermacam teori asal-usulnya. 3. Pohon harapan atau pohon kalibuda >> batu/karang digantung oleh pengunjung di pohon kalibuda.
Perahu boat mulai mengantar dua atau tiga orang peserta hash dari kapal ke darat dalam sekali angkut. Foto di atas adalah Pak Ade dan Bu Ade serta Pak Hengki (duduk-kaos putih). Kebetulan Bu Ade saat itu sedang berulang tahun, jadi ketika seluruh peserta sudah mendarat, kami sempatkan menyanyi “Selamat Ulang Tahun” untuk Bu Ade. Kado yang indah tentunya dengan perjalanan hash tersebut.
Kami suguhkan di sini foto-foto terbaru suasana pulau dan perairannya. Pesona danau masih magis seperti yang pernah diungkap di beberapa blog setahun atau dua tahun yang lalu. Tracking menuju danau sudah dibuat permanen dengan anak tangga semen. Foto di bawah ini adalah salah satu peserta hash, Fan Fan dan anak laki-lakinya, berfoto di samping pohon harapan di tepian danau.
Danau Matatoi atau Motitoi ini adalah daya tarik utama Pulau Satonda. Dasar danau dipenuhi karang dan stuktur terumbu stromatolit banyak terdapat di sana. Keberadaan struktur stromatolit membutuhkan air dengan kondisi khusus, yang justru membuat makhluk laut lain tidak bisa hidup di sana. Terumbu dengan struktur stromatolit pertama kali muncul 3000 juta tahun yang lalu pada zaman Pra-Kambium. Di Danau Motitoi, stromatolit terdapat sampai kedalaman 12 meter. Kondisi Danau Motitoi yang sangat basa dengan salinitas tinggi ini mendukung hipotesa (dugaan) Soda Ocean, yang menyatakan bahwa laut Pra-Kambium bersifat alkalin dan dijenuhi oleh mineral karbonat (baca juga :Stromatolit Satonda).
Jika melihat aura danau dari puncak tebing, terasa sekali aura dingin, diam dan misterius . Secara subjektif sesuai sekali dengan misteri apakah danau ini benar-benar danau purba yang terlindung oleh pagar tebingnya sehingga keaslian warisan purbanya juga terlindungi? Atau, seperti apakah sebenarnya proses pembentukan danau tersebut? Dasar laut purba yang terangkat ke atas , ataukah pemisahan daratan seiring letusan gunung Tambora? Sungguh misterius…..
Pukul 10.00 WITA peserta hash kembali ke kapal diantar perahu boat. Berenang, snorkling selama satu jam telah pula dilakukan beberapa peserta. Merasakan langsung berenang di perairan Satonda sambil melihat terumbu dan ikan kecil berwarna biru-benhur, bisa merubah kesadaran psikhis kita menjadi segar. Sayang kami tak ada kamera yang bisa digunakan di bawah laut. Berikut ini kami suguhkan foto dari sumber yang telah kami cantumkan. Ikan-ikannya sangat banyak yang berwarna biru seperti pada foto tersebut. Keberadaan kami sejak pukul 03.00 telah cukup untuk menyimpan seluruh aroma keindahan pulau. Jalur tracking darat yang hanya sepertiga keliling danau membuat kegiatan hash berlangsung relatif singkat. Karena itu waktu yang masih tersisa kami manfaatkan untuk singgah di Pulau Moyo.
Sumber foto ikan biru : http://dians999.files.wordpress.com/2011/06/pb170501-p-satonda.jpg
Perairan Satonda pada foto bawah inilah tempat ikan-ikan biru berkeliaran. Perairan begitu bening hingga bayangan perahu bisa dilihat di dasar laut dangkal. Peserta hash kembali ke kapal di antar lagi oleh perahu boat.
SINGGAH KE PULAU MOYO Melalui jalur laut yang sama, kapal berangkat pada perairan Satonda ke arah Barat. Sekitar separuh perjalanan, kapten menghentikan kapalnya. Pak kapten telah faham spot-spot menarik di sekeliling pantai Pulau Moyo. Sebuah spot dengan aliran muara sungai yang super jernih dan biru dipilihkan kapten kapal untuk kami. Tak ada dermaga di sana, jadi kapal melempar jangkar pada jarak sekitar 20-an meter dari pantai. Beberapa peserta hash langsung terjun ke laut yang jernih , berenang menuju daratan.
Inilah bentuk sekoci yang dimiliki kapal. Menggunakan sekoci ini bagi orang awam memang diperlukan nyali lebih besar. Beberapa peserta terdiam agak lama untuk mengumpulkan nyali
Tracking di Pulau Moyo bertujuan mencari air terjun. Telah kita ketahui bahwa air terjun yang terkenal di P.Moyo adalah air terjun Mata Jitu. Tracking kali ini tidak menuju Mata Jitu tapi air terjun yang lainnya. Air terjun terdekat dari spot muara ini hanya ditempuh dengan 10 menit jalan kaki. Air terjun di spot ini sangat deras alirannya sehingga peserta bisa memanfaatkan untuk pijat body. Bebatuan di air terjun mempunyai kemiringan sekitar 60 derajat dan tidak licin. Sehingga kami bisa rebah di batu sambil menikmati pijatan air terjun. Alam liar di spot ini, tidak ada sarana apa pun. Tak ada dermaga, tak ada penduduk di spot ini, hanya alam dan jalan setapak saja tempat kami tracking menuju air terjun. Selesai tracking darat , para penggila air segera berenang di air biru perairan pantai itu. Terik matahari pukul 14.00 WITA , clear water, massage waterfall, swimming… sungguh perjalanan berkah dari sebuah kerja keras yang sepadan. Sangat sepadan dengan pengorbanan seluruh peserta. God bless you all – para pembaca sekalian , terimakasih telah berkunjung ke blog saya. #Storytelling from Flores-sea area (Mei-2013)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H