Saya berusaha untuk tidak ikut larut ‘mencemberuti ‘ apa yang telah dilakukan pustun sebagai seorang ‘manusia’ yang sekarang berada dipusaran berita menembus dasar kehidupannya sehingga memporak porandakan apa yang ada sebagai sesuatu yang sepatutnya tidak terjadi itu, apa yang terlempar adalah segala dosa-dosa berterbangan dari segala arah begitu jika hendak dibilang dosa sebab apa yang telah dia perbuat itu lebih dekat kepada dosa, maka jatuhlah ia dari pelana kuda seperti pangeran terhujam mata panah, cep!
Dari baju besinya berhamburan segala apa yang pernah tersembunyi, uang yang bertebaran di lipatan perempuan-perempuan cantik terpapar dan yang paling disukai dan dicintai banyak manusia adalah harta benda dunia dari emas dan perak serta kendaraan-kendaraan, rumah sebagai perhiasan, kini semua itu telah ditampakan akan keberadaannya dan tuhan menetapkan dia dalam segala kesusahan dari apa yang pernah dia perbuat.
Dirampas apa yang telah dimilikinya lewat tangan-tangan yang telah ditetapkan oleh tuhan kemarin dia pernah bersekutu dan berniaga pada kaumnya dia berada ditempat tinggi singga sana yang bergelimang kenikmatan : Pustun , Hehehe.., Besok pagi. Ismak ismak e kalam la arab ya ana. Ee ee huwa hiya tukdhil khamaniya alaf batruk ton alheim, Ee tsamaniya (tertulis khamaniya) alaf alheim ee huwa hiya ta I dunna kullu annukhud arbain miliar cash, dst. Dst. Kira-kira begitu bagian ucapan-ucapan dimana jika tuhan sudah berkehendak pada manusia, rusaklah_maka rusak lah dia!, ya vitalia sesya pustun putun pustun , Hehehehehehehehehehehehe…..
Ada pelajaran didalamnya bagi orang – orang yang berpengetahuan bahwa dunia adalah tempat main-main belaka maka bersikap benarlah terhadap kehidupan supaya kamu tidak berbuat apa yang melampau batas itu dan kamu lalai mengingat kebenaran bahwa pesuruh-pesuruh tuhan mengintaimu lewat tangan manusia maka ketika datangnya itu telah ditetapkan, tak ada yang bisa diingkari, cep!
Berpulang akan pemberitaan itu, tak ada aku ingin katakan sesuatu untuk semakin mempersulit diri orang yang telah diperingatkan itu secara opini, sudah selayaknya aku bersyukur sebab tak diberi kekayaan sebagaimana : pustun, pustun, pustun itu, andai aja kekayaan dan apa yang aku usahakan itu seperti keberadaannya mungkin aku serupa saja dengan pustun, pusun, pustun itu, ternyata bersyukur dan tidak serakah itu menyelamatkan orang akan kakinya sendiri dari tali-tali yang menjebak, hendaknya banyaklah belajar wahai manusia dari sekelilingmu dan janganlah menambah penderitaan orang lain dengan caci maki tapi carilah hikmah didalamnya, amin….., pustun, pustun, pustun.