Mawar merupakan komoditas perkebunan yang cukup melimpah di Dusun 1, Desa Musuk, Kec Musuk, Boyolali, Jawa Tengah. Sayangnya, harga mawar yang mereka miliki sangat fluktuatif, dari Rp3.000/rinjing hingga Rp250.000/rinjing. Beranjak dari temuan tersebut, tim KKN-PPM UGM JT239 berusaha mengolah mawar menjadi teh dan air mawar sebagai produk olahan demi memenuhi permintaan mawar  yang semakin tinggi dan masyarakat dapat menikmati hasil penjualan mawar dengan harga yang stabil.
Teh mawar
Siapa yang mengira bahwa mawar yang biasanya hanya digunakan untuk nyekar di makam dapat dikonsumsi dan memiliki manfaat bagi kesehatan. Teh mawar dibuat sebagai terobosan baru bagi Desa Musuk untuk memasarkan mawar dalam bentuk olahan dengan harga yang lebih stabil. Pembuatan teh mawar yang relatif mudah mampu menarik minat masyarakat Desa Musuk untuk membuat dan memasarkan teh mawar ketika harga mawar sedang turun.
Sebenarnya teh mawar bukan hal yang baru di lingkungan kita. Sudah banyak bertebaran penjual teh mawar di toko daring. Manfaat teh mawar pun sangat mudah dicari melalui berbagai sumber online maupun offline. Utamanya, teh mawar dapat digunakan untuk relaksasi. Tak mengherankan bahwa manfaat itu muncul karena rasa teh yang dihasilkan dari sangraian mahkota mawar tersebut memiliki rasa yang lebih segar dan lebih wangi dibandingkan teh pada umumnya.
Air Mawar
Berbeda dengan teh mawar yang dapat dikonsumsi langsung, air mawar merupakan alternatif pengolahan mawar yang diaplikasikan di luar tubuh. Pembuatan air mawar hanya memerlukan bahan utama berupa mahkota mawar dan air sulingan. Terdapat dua cara dalam pembuatannya, yang pertama mawar dikeringkan 3 hari kemudian diseduh dengan air sulingan yang telah direbus. Cara kedua, mawar segar direbus dengan air sulingan kemudian mahkota mawar ditiriskan hingga tersisa airnya saja.
Saat ini, air mawar sedang naik daun di pasar kecantikan. Banyak produk air mawar lokal yang dijual dengan harga Rp6.000 hingga produk korea dengan harga mencapai Rp125.000. Air mawar banyak digunakan untuk campuran toner maupun masker dan bermanfaat untuk menyegarkan kulit, mengurangi peradangan pada kulit, mencegah penuaan dini, dan sebagainya.
Dengan adanya peluang tersebut, Tim KKN-PPM UGM JT239 melakukan pelatihan pembuatan air mawar kepada ibu-ibu PKK dan pemudi di Dusun 1, Desa Musuk. Kami sadar bahwa air mawar merupakan produk yang asing bagi masyarakat desa, maka dari itu kami juga menyampaikan bagaimana peluang dan cara pemasaran produk tersebut sehingg masyarakat memiliki gambaran untuk mengembangkan produk tersebut di kemudian hari.
Melalui pelatihan pembuatan teh mawar dan air mawar, diharapkan masyarakat memiliki kemampuan mengolah dan memasarkan mawar dalam bentuk produk olahan. Produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tersebut kami harap mampu membantu masyarakat untuk menghasilkan pendapatan yang stabil ketika harga jual mawar sedang anjlok di pasaran. Selain itu, dengan adanya pelatihan ini, diharapkan mampu memunculkan motivasi bagi masyarakat untuk melakukan pengolahan lebih lanjut terhadap hasil buminya sebelum dijual sehingga nilai jual hasil bumi tersebut dapat meningkat.
Penulis : Atika Cahya Pratiwi (Fakultas Kehutanan)
Editor  : Kristin Banyu Risang Hobo (Fakultas Kehutanan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H