Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Surabaya Membara", Pertunjukan Heroik yang "Berselimut" Duka

11 November 2018   21:32 Diperbarui: 12 November 2018   07:49 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surabaya Membara merupakan drama kolosal apik yang senantiasa bisa menyedot dan menjadi magnet tersendiri bagi warga Surabaya dari berbagai penjuru untuk berbondong-bondong menonton serta menyaksikan dengan penuh antusias dan semangat.

Drama Kolosal Surabaya Membara merupakan acara rutin tiap tahun yang diselenggarakan pada tanggal 9 November malam. Digelar di sepanjang Jalan Pahlawan yang berhadapan langsung dengan gedung Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan sebelah sisi dari Monumen Tugu Pahlawan Surabaya.

Pengalihan arus lalu lintas jalan sekitar selalu diberlakukan, semenjak  pukul 17.00 WIB layaknya jam pulang kerja atau semenjak jam tutup kantor oleh aparat setempat terkait guna kelancaran acara drama kolosal Surabaya Membara.

Seputar Jalan Kebon Rojo, area depan Kantor Pos Besar Surabaya, Jalan Veteran dan sebagian seputar gedung Bank Indonesia menjadi lahan parkir dadakan umum untuk memenuhi sarana perparkiran kendaraan bermotor para calon penonton yang datang dari berbagai penjuru kota.

Lahan parkir dadakan juga tersedia di Jalan Kramat Gantung, Jalan Pahlawan selepas trafic light dan Jalan Tembaan yang berhadapan langsung dengan Monumen Tugu Pahlawan juga penuh sesak dijubeli motor para calon penonton Surabaya Membara.

Surabaya Membara yang Selalu Berjubel Penonton

Drama Kolosal Surabaya Membara Yang Selalu Dijubeli Penonton, baik anak-anak, muda maupun tua (Dok. Pribadi)
Drama Kolosal Surabaya Membara Yang Selalu Dijubeli Penonton, baik anak-anak, muda maupun tua (Dok. Pribadi)
Surabaya Membara dari tahun ke tahun memang tidak pernah sepi penonton. Sudah dipastikan saat acara berlangsung, penonton yang datang dari berbagai penjuru kota Surabaya beserta warga sekitar akan membludak dan meluber di sepanjang jalan Pahlawan dan area seputar Monumen Tugu Pahlawan.

Jika dalam stadion sepak bola mungkin kita bisa menghitung berapa banyak jumlah penonton yang menyaksikan pertandingan dari banyaknya tiket yang terjual atau dari banyaknya jumlah tempat duduk yang tersedia.

Namun bagaimana dengan tontonan yang sifatnya gratis tanpa kita perlu membeli tiket sebagai tanda masuk untuk menyaksikan sebuah acara? Tentu kita tidak bisa memprediksi seberapa banyak dan seberapa besar jumlah penonton yang bakal hadir dalam acara tersebut!

Sebuah acara yang berlangsung di tempat umum dan bertempat di jalan raya, maka sudah bisa dibayangkan dan dipastikan jumlah penonton bakal melebihi dari banyaknya penonton dalam sebuah pertandingan sepak bola di sebuah stadion yang tertutup dan terukur.

Karena sifatnya yang gratis, dalam drama kolosal Surabaya Membara, maka tiap penonton akan memilih sendiri tempat yang nyaman untuk bisa menyaksikan acara drama kolosal tersebut yang memang terbilang bagus dan mempertontonkan pertunjukan yang heroik.

Posisi Menetukan Nasib

Bisa menonton diposisi terdepan atau bertubuh tinggi bisa memberikan hasil tontonan yang maksimal tanpa harus memanjat terlebih menonton diarea viaduk (Dok. Pribadi)
Bisa menonton diposisi terdepan atau bertubuh tinggi bisa memberikan hasil tontonan yang maksimal tanpa harus memanjat terlebih menonton diarea viaduk (Dok. Pribadi)
Berebut posisi paling depan atau posisi paling mendekati venue bisa menghasilkan area nyaman dengan jarak pandang yang pas. Karena butuh sebuah perjuangan untuk keperluan swafoto, foto-foto serta mengabadikan video atau sebatas untuk memenuhi kebutuhan buat ngevlog bagi mereka para "selebriti media sosial".

Mungkin arek Suroboyo terkenal dengan suporter "bonek" nya, namun drama kolosal Surabaya Membara sama sekali bukan tontonan acara sepak bola, tapi saya tetap melihat jiwa "bonek" tetap menyala dan tersimpan sekalipun bukan dalam acara sepak bola.

Tidak jarang, bahkan banyak para penonton yang memanjat pelataran berjenjang Tugu Pahlawan untuk memperjelas daya pandang bagi mereka sekalipun area tersebut kurang diperkenankan, karena memang daerah tersebut juga bagian dari taman Monumen Tugu Pahlawan yang tentunya harus di jaga kehijauan dan keasriannya.

Tidak cukup sampai disitu, bagi yang merasa kurang puas atau yang tidak kebagian tempat strategis maka viaduk pun dipenuhi dan disesaki sebagai area menonton drama kolosal Surabaya Membara yang notabenenya merupakan jalan layang jalur kereta api yang masih aktif yang melintas diatas Jalan Pahlawan.

Tempat yang paling berbahaya merupakan tempat yang paling nyaman, sebenarnya tidak seperti itu. Hal tersebut bisa jadi semata guna mencari tempat sekaligus spot paling oke buat merekam dan mengabadikan momen-momen dalam drama kolosal Surabaya Membara dengan sejelas-jelasnya tanpa harus direpotkan dengan aksi dorong-mendorong yang kadang sesekali terjadi atau tanpa harus repot tertutup oleh penonton yang lain.

Mungkin sebagian berpikiran sepeerti itu, hingga viaduk menjadi salah satu alternatif tempat yang nyaman untuk menonton di samping warga sekitar yang juga ikut menonton di area viaduk tersebut.

Bonek Saja Tidak Cukup

Olah TKP Korban Drama Kolosal Surabaya Membara (Dok. kompas.com)
Olah TKP Korban Drama Kolosal Surabaya Membara (Dok. kompas.com)
Betapa "bonek"nya mereka hingga lebih memilih menonton di jembatan viaduk tanpa berpikiran kapan kereta api akan melintas! Mungkin mereka  yang sudah "berpengalaman" menonton Surabaya Membara sebelumnya berpikiran kereta api tidak bakal melintas saat mereka menonton seperti tahun-tahun sebelumnya.

Kita tidak tahu memang kapan kereta api bakal lewat di jembatan viaduk tersebut, kecuali petugas PT. KAI terkait, terlebih jalur tersebut merupakan jalur kereta api barang yang memang tidak memiliki jadwal tetap seperti halnya kereta api berpenumpang, sepengamatan saya seperti itu. 

Terlebih memang hanya tahun ini yang bertepatan dengan kereta api sedang melintas yang dibarengi dengan berdekatan dengan acara yang sudah dijubeli penonton tersebut.

"Bonek" harusnya berlaku bagi mereka yang merasa sudah menjadi "super hero", layaknya Superman, Batman, maupun Flash yang memang benar-benar memiliki kemampuan pada bidangnya masing-masing, bisa terbang, melompat dengan lincah dari satu tempat ke tempat yang lain serta bisa menghindar dan berlari secepat kilat jika mara bahaya mengancam.

Saya pribadi menyaksikan drama kolosal Surabaya Membara setidaknya sudah empat kali sepanjang tahun. Karena memang cukup melangkah tidak lebih dari tiga puluh langkah sudah sampai dan bisa menyaksikan diarea "TKP" Surabaya Membara dari lokasi tempat di mana saya bekerja.

Mereka dalam hal ini panitia drama kolosal Surabaya Membara memang selalu mempersiapkan acara jauh-jauh hari. Mulai dari perekrutan, gladi bersih satu hari sebelumnya dan mempersiapkan acara puncak sedari siang. Tapi memang jalur kereta di viaduk itu yang terlewatkan dari antisipasi pihak panitia.

Saya setidaknya sedikit tahu rentetan ini karena saya bekerja di area tersebut dan kebetulan teman saya yang bekerja di seputaran Jalan Pahlawan pernah terlibat menjadi salah satu pemain dalam drama kolosal pada dua tahun lalu.

Mungkin dari sisi tersebut saya bisa memahami jika panitia tetap melanjutkan acara tersebut sekalipun terjadi insiden korban meninggal maupun luka yang sejauh ini sudah mencapai 3 korban jiwa dan 20 orang luka ringan dan berat (menurut pantauan Kompas.com), dengan mengurangi durasi dari yang semesti satu jam menjadi cuman empat puluh menit saja.

 ***

Drama kolosal Surabaya Membara merupakan tontonan yang apik, sayang untuk dihentikan memang. Aksi drama kolosal Surabaya Membara yang merupakan representasi dari perjuangan yang benar-benar "wani", bukan sekadar "bonek" dari para tentara maupun warga Surabaya yang saat itu, 10 November 1945 dikomando langsung oleh Bung Tomo untuk tetap melawan tanpa menyerah sedikitpun dalam melawan tentara Inggris karena peristiwa terbunuhnya Jendral Malaby di Jembatan Merah.

Kita berdoa saja, mereka yang meninggal bisa diterima disisi-Nya dan keluarganya diberi ketabahan serta kekuatan. Bagi korban luka semoga cepat diberi kesembuhan dan bisa menjadikan pelajaran atas kejadian ini.

Panitia pelaksana tidak cukup hanya mengingatkan para penonton yang selalu menjubeli viaduk jalan layang kereta api sebagai bentuk evaluasi kegiatan acara yang sudah menjadi agenda rutin dan semoga semua bisa senantiasa belajar dan berbenah dari berbagai kejadian yang ada.

Untuk tahun-tahun berikutnya, jika masih diadakan dan dilangsungkan di tempat dan lokasi yang sama, panitia terkait bersama aparat harus mensterilkan area jembatan viaduk yang merupakan jalur kereta api aktif dengan berkoordinasi dengan PT. KAI sebagai bentuk antisipasi, karena memang dari tahun-ketahun sebelumnya viaduk tersebut selalu sebagai tempat yang nyaman buat menonton tanpa rasa kekhawatiran akan adanya kereta api yang bakal lewat sepanjang acara drama kolosal Surabaya Membara berlangsung.

#SalamSilaturahmi

Pudji Prasetiono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun