Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mahasiswa Semestinya Memberikan Contoh "Cerdas" dalam Penggalangan Dana Bencana

7 Oktober 2018   13:34 Diperbarui: 7 Oktober 2018   14:42 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu sudah waktu berjalan pasca gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pada 28 September lalu. Dengan kurun waktu yang sudah berjalan seminggu ini, daerah-daerah korban terdampak gempa meliputi Palu, Sigi, Donggala dan sekitar nya sudah mulai bangkit dan berbenah.

Dari data terakhir yang disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Bapak Wiranto selaku Menko Polhukam, total korban meninggal gempa dan tsunami saat ini sudah mencapai 1.649 orang pada jum'at malam hingga Sabtu dan diperkirakan masih akan terus bertambah.

Data tersebut belum termasuk jumlah korban luka berat dan luka ringan beserta korban hilang yang sejauh ini masih terus diupayakan pencariaannya oleh Basarnas dan tim terkait bersama TNI, mengingat masih dilaporkan korban hilang dari gempa yang terkubur direruntuhan puing-puing bangunan.

Sementara berbagai macam bantuan dari berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah maupun dari berbagai pihak instnsi swasta serta berbagai yayasan yang mengatasnamakan peduli bencana terus mengalir ke lokasi. Baik berupa bahan-bahan makanan pokok, obat-obatan, pakaian, dan relawan mulai mengisi dan ikut meramaikan daerah-daerah terdampak gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.

Begitu juga dengan pundi-pundi amal untuk korban gempa Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah terus dibuka. Baik dari dari dinas sosial pemerintahan, berbagai yayasan dan segenap elemen masyarakat yang mengatas namakan aksi cepat tanggap peduli gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

Simpati Masyarakat dan Penggalangan Dana Secara Seporadis

Simpati masyarakat dari berbagai elemen pun tidak tinggal diam, mereka juga banyak berpartisipasi dan melakukan berbagai model penggalangan dana secara seporadis berdasarkan inisiatif dengan berbagai cara mereka masing-masing. Baik yang terstruktur maupun pribadi, dan tak kurang yang mengatas namakan komunitas masing-masing dengan satu alasan "ikut peduli gempa Palu dan Donggala".

Tidak luput diberbagai daerah juga banyak dijumpai, terlebih di titik-titik atau spot pemberhentian lampu merah yang menyatakan dirinya relawan-relawan bencana dadakan. Mereka menyebar ke beberapa pengendara dan para pengguna jalan untuk meminta sumbangan seiklas dan serelanya dengan menodongkan kotak-kotak amal bertuliskan "peduli bencana gempa Palu dan Donggala".

Penulis juga mendapati sekumpulan anak-anak mahasiswa yang mengadakan aksi sosial penggalangan dana di lokasi-lokasi keramaian umum dengan membawa kotak-kotak amal dan banner di level tingkat bawah atau masyarakat. Seharunya seorang mahasiswa tidak melakukan penggalangan dana dengan model seperti ini, terlebih mereka tidak meggunakan almamater sebagai simbol identitas mereka.

Mereka sebenarnya masih bisa melakukan aksi sosial penggalangan dana di lingkungan kampus mereka sendiri atau melalui yayasan kampus terkait. Kemudian hasil yang terkumpul bisa langsung disalurkan atau disalurkan kembali ke cabang-cabang aksi tanggap sosial yang lebih terstruktur dan terpercaya, jika mereka tidak melakukan penyaluran dana bantuan tersebut secara langsung ke lokasi bencana.

Saya rasa metode tersebut lebih tepat dan seorang mahasiswa harus nya lebih mengetahui metode dan ketentuan dari pada warga masyarakat biasa.

Fenomena ini mulai menjamur dibanyak tempat dan terlihat mulai meresahkan dan tidak nyaman untuk "dipandang".

Ke mana mereka akan menyalurkan hasil donasi dan sumbangan yang telah mereka kumpulkan yang masih tanda tanya dan tanpa identitas jelas tersebut. Apakah mereka akan menyalurkan dana yang telah mereka kumpulkan langsung secara pribadi ke lokasi bencana atau disalurkan kembali melalui yayasan terkait yang sinergi dengan aksi tanggap bencana Sulawesi Tengah.

Yang tahu hanya mereka! Jadi memang himbauannya untuk tidak menyalurkan dana bantuan bencana kepada sembarang orang atau elemen masyarakat tertentu yang kurang jelas keberadaannya tanpa mengurangi respek atas tindakan sosial yang mereka lakukan.

Terlepas dari unsur berburuk sangka ataupun suudzon dengan aksi-aksi seporadis sosial mereka. Kita hendaknya lebih bijak untuk menyalurkan bantuan kita kepada pihak yayasan-yayasan ataupun elemen sosial cepat tanggap bencana maupun pemerintah yang sudah pasti tingkat kredibilitas dan kepercayaan nya.

Untuk menyikapi hal ini kita selaku warga masyarakat hendaknya lebih bersikap selektif dalam memberikan bantuan ataupun menyalurkan dana yang akan kita sumbangkan supaya lebih tepat sasaran. Untuk menghindari salah sasaran dan perlakuan orang-orang yang kurang bertanggung jawab dan memanfaatkan kesempatan yang mengatas namakan korban bencana Sulawesi Tengah.

Begitu juga dengan masyarakat terkait untuk dihimbau tidak melakukan aksi seporadis memungut bantuan dari level bawah atau tingkat masyarakat yang terkesan liar tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun