Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bangga Berbusana Batik atas Dasar "Cinta"

4 Oktober 2018   01:57 Diperbarui: 4 Oktober 2018   02:04 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu gerai pameran batik (Dok. Pribadi)

Sudah sembilan tahun sejak ditetapkan 2 Oktober 2009, batik menjadi hari peringatan nasional. Batik memiliki perjuangan dan perjalanan yang panjang sehingga menjadi sebuah warisan budaya yang kini telah diakui dunia lewat ditetapkannya badan PBB, yaitu UNESCO (United Nations Educational Scientific Cultural Organization).

Sekalipun sudah menjadi hari peringatan nasional, batik masih minim perbincangan ataupun pengadaan even yang mengatas namakan hari batik dengan lingkup dan cakupan skala nasional.

Seperti kita ketahui, Hari Batik nasional adalah hari perayaan nasional Indonesia untuk memperingati ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Pada tanggal ini, beragam lapisan masyarakat dari pejabat pemerintahan dan pegawai BUMN hingga pelajar disarankan untuk mengenakan batik.

Pemilihan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober berdasarkan keputusan UNESCO yaitu badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan, yang secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia. (wikipedia).

Banggalah Berbusana Batik

Salah satu gerai pameran batik (Dok. Pribadi)
Salah satu gerai pameran batik (Dok. Pribadi)

Beberapa motif batik yang sudah melegenda (Dok. Pribadi)
Beberapa motif batik yang sudah melegenda (Dok. Pribadi)
Sungguh batik sudah menjadi warisan dan tradisi budaya secara turun temurun sebelum nya, namun sudahkah kita bangga dengan warisan budaya kita tersebut?.

Orang tua kita zaman dahulu dan sebelumnya memiliki keyakinan yang tinggi dengan batik, memiliki setelan batik dan bahwa mereka bangga akan batik, saya yakin itu. Namun saya menyangsikan bagi mereka-mereka yang menyebut diri nya dengan sebutan generasi millenial!.

Saya sungguh terkesan saat negara tetangga kita yang juga masih satu rumpun dengan kita, Malaysia, saat itu sempat mengklaim bahwasannya batik merupakan kerajinan atau seni budaya asli negara mereka. Sungguh impresif dia dengan bangga nya mengklaim secara sepihak seperti itu.

Hal tersebut menunjukkan, betapa batik adalah sebuah warisan seni budaya yang sangat tinggi dan mereka (Malaysia) pada saat itu mengetahui betul, paham betul dan sadar betul akan luar biasa nya batik sebagai seni budaya yang tak ternilai.

Mereka paham, batik kedepannya bisa digunakan dan dimanfaatkan sebagai sebuah komiditi yang bisa menghasilkan yang bisa mengangkat pamor mereka dimata dunia. Hal tersebut memperlihatkan betapa batik adalah sebuah maha karya seni budaya yang tak ternilai. Lantas bagaimana dengan kita?.

Beruntung pemerintah negara kita saat itu bisa cepat tanggap dan dapat mengatasi masalah tersebut dengan baik, sehingga kini batik benar-benar menjadi warisan budaya asli bangsa kita. Nyaris saja kita kehilangan kepemilikan batik pada saat itu.

Sekarang seberapa cintakah kita terhadap batik?. Apakah sebatas menggunakan batik di hari batik (2 Oktober), sebagai bentuk peringatan yang menandai bahwa hari tersebut merupakan hari batik nasional?. Atau mengenakan batik ditiap hari Jum'at khusus bagi mereka yang bekerja di instansi pemerintahan atau pegawai negeri sipil.

Dari pengamatan sepihak yang saya lakukan dari tahun ke tahun, pemakaian seragam batik yang dipakai pada tiap hari jum'at tersebut dari sebagian orang masih terkesan "terpaksa" bagi sipemakai, terlebih bagi yang masih berusia relatif muda.

Saya masih melihat ketidak senangan juga tidak percaya diri pada mereka, dikarenakan berbusana batik terkesan kuno dan tua. Dalam arti lain, batik hanya pantas digunakan atau dipakai bagi mereka para orang tua.

Dari pengamatan sejauh ini, dari berbagai ada nya pameran maupun tenan dan toko batik, juga sudah sangat banyak menyajikan motif batik yang bagus-bagus. Mulai dari batik bernuansa modern maupun tradisional. Dengan demikian, rasa nya sudah tidak ada alasan untuk tidak bangga berbusana batik.

Banggalah kita berbusana batik, karena batik sebuah seni dan tradisi yang tertuang dalam sebuah media, kain atau baju yang harus nya bernilai lebih tinggi dari sebatas outfit atau setelan yang bercorak garis-garis, kotak-kotak atau bahkan polos. Sekalipun outfit tersebut berlabel branded.

Saya rasa jangan mau membeli outfit atau setelan kemeja berlabel mahal padahal terlihat biasa, kecuali batik, harus nya demikian. Sehingga batik lebih bernilai jual, karena memang batik adalah seni yang tak ternilai asli warisan budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun