Begitu dramatis nya perjuangan para putera bangsa atlet Bulu Tangkis kita dalam laga final beregu putra versus China, Asian Games 2018. Tidak hanya sebatas apresiasi yang bisa saya berikan, karena Anda semua telah memberikan perjuangan yang terbaik.
Tidak hanya sebatas perjuangan, namun juga memberikan contoh pada kita semua untuk tidak mudah menyerah hingga titik darah penghabisan. Jangan pernah kalah sebelum melakukan yang terbaik dalam bertanding, itu yang bisa kita petik dari perjuangan mati-matian Anthony Ginting.
Bulu Tangkis Cabang Milik Kita
Dipentas Bulu Tangkis, negara China semakin kuat, bahkan nyaris tanpa tanding. Secara umum China senantiasa leading dan unggul selepas era Taufik Hidayat dari sektor putra. Sementara di sektor putri kita sempat memiliki Mia Audina yang bisa bersaing dan mengungguli China. Setelah itu Bulu tangkis dari sektor putri kita semakin tertinggal.
Mia Audina yang seharus nya menjadi pelapis dan penerus Susi Susanti di era kejayaan nya harus buru-buru hijrah ke Belanda dan membela negeri tersebut. Disaat itulah kita kehilangan moment kejayaan Bulu Tangkis yang senantiasa kita genggam sejauh ini. Bahkan hingga saat ini saya merasa sektor putri kita belum bisa menemukan sisi kejayaan nya kembali selaku master penguasa Bulu Tangkis Dunia.
Sektor putra pun lambat laun ikut menyusul meredup sepeninggalan Taufik Hidayat. Setelah era ini kita jauh mengalami kemerosotan ditambah hadir nya negara-negara baru sebagai peta kekuatan Bulu Tangkis dunia, seperti kembali nya Thailand dan mulai masuk nya Jepang. Bahkan sekarang Hongkong dan China Taipe sudah mulai unjuk gigi pula. Sehingga peta kekuatan Bulu Tangkis dunia sudah tidak didominasi oleh negara Indonesia, China, Malaysia juga Korea Selatan semata.
Inilah perubahan dan dinamika zaman yang sudah tidak bisa kita pungkiri. Peta kekuatan Bulu Tangkis dunia sudah bergeser dan berubah. Jika tidak membenahi segala bentuk kekurangan yang menjadi titik lemah tentu kita sulit untuk kembali di era keemasan kita dulu.
Cabang Bulu Tangkis sudah bukan milik kita semata, kita sudah lama tidak mendominasi, sekalipun kita masih punya bibit unggul sebagai bintang yang bisa dibanggakan. Tapi porsi yang kita miliki sudah tergolong kecil, padahal cabang ini dulu milik kita. Kini sudah banyak kandidat dari negara-negara lain yang siap mengincar dan senantiasa bisa mengambil "kue" ini.
Jika bukan dari cabang Bulu Tangkis, lantas dari cabang apalagi yang bisa kita banggakan?. Kita memang memiliki tradisi emas mulai dari olympiade Barcelona yang dipersembahkan Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma hingga olympiade Rio, namun kuantity nya sudah semakin kecil.
Cabang Angkat Besi memang sudah mulai memperlihatkan hasil dari perjuangan panjang sebelum sebelum nya, yang hanya mentok di medali perunggu dan perak, namun kita butuh cabang-cabang lain sebagai pelapis Bulu Tangkis. Kita membutuhkan cabang-cabang baru sebagai lumbung emas baru yang tidak melulu bergantung pada Bulu Tangkis yang sudah mulai pudar tanpa melupakan cabang Bulu Tangkis selaku cabang andalan utam Indonesia.