Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Ratu" Inggris Menyerah di "Papan Catur"

14 Juli 2018   21:49 Diperbarui: 14 Juli 2018   21:50 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mario Madzukic Sang Pengubur Mimpi Inggris (Dok. bbc.com)

Nyaris saja negeri yang dipimpin Ratu Elizabeth tersebut mempunyai kesempatan untuk bernostalgia atas kerinduan mereka saat mengalahkan Jerman Barat 4-2 dalam sebuah pertandingan kontroversial di Stadion Wembley, London, lima puluh dua tahun silam, tepatnya di tahun 1966.

Sudah terlalu lama jeda Inggris dari pertama kali menggenggam prestasi sepak bola terbesar sejagat, hingga Piala Dunia Rusia 2018. Negara selevel Inggris tergolong minim prestasi, setelah terakhir di tahun 1966 menjuarai Piala Dunia untuk yang pertama kali, berikutnya Inggris hanya bisa menempati posisi atau peringkat ke-4 di Piala Dunia Italia 1990, selebihnya hanya mentok diperempat final.

Harusnya tinggal selangkah lagi Harry  Kane dan kawan-kawan bisa berkesempatan membawa Inggris meraih mimpi nya kembali ke memory Piala Dunia 1966. Namun sayang mimpi itu buru-buru "dikubur" Mario Madzukic, yang akhirnya berhasil mengungguli Inggris 2-1 dengan babak ekstra time, pada menit ke-109.

Inggris boleh unggul lebih dulu, dengan gol hasil tendangan bebas Trippier dimenit ke-5 babak pertama, namun nyata-nyata nya Kroasia berhasil menyamakan kedudukan dan akhirnya malah berbalik mengungguli.

Inggris dan Ambisi Juara

Tripper dan Tim Inggris Saat Semi Final vs Kroasia (Dok. Kompas.com)
Tripper dan Tim Inggris Saat Semi Final vs Kroasia (Dok. Kompas.com)

Hary Kane datang ke Rusia dengan ambisi besar. Sederet pemain bintang menghiasi jajaran skuat The Three Lions. Nyaris semua posisi dihuni pemain kenamaan dari jajaran klub papan atas Liga Premier Inggris. Sebut saja Lingard, Marcus Rashford, Rahem Sterling, Dele Ali, juga Daniel Storadge.

Dengan skuat tim mentereng yang dimiliki Inggris harusnya mereka bisa terus melaju. Tim Inggris yang sekarang merupakan tim terbaik, generasi emas, dengan formasi mantap di usia rata-rata pemain yang masih relatif muda tersebut.

Dipertengahan kompetisi Piala Dunia Rusia 2018 setelah memasuki fase perempat final, saya pribadi sempat mengangankan pertemuan final klasik, antara Perancis versus Inggris. Akan begitu menarik andaikan hal tersebut bisa terwujud dalam Piala Dunia Rusia 2018. Dimana kedua tim sama-sama berambisi besar mengejar titel juara Piala Dunia untuk kali kedua.

Discount dan Kemudahan

Inggris dan Fase 16 Besar (Dok. Kompas.com)
Inggris dan Fase 16 Besar (Dok. Kompas.com)

Sebenarnya dalam pandangan saya, Inggris sudah terlalu banyak mendapatkan "discount". Mulai semenjak awal fase kualifikasi hingga Inggris bisa sampai melaju ke fase semi final. Fase terbaik tim Inggris semenjak Piala Dunia tahun 1990 di Italia.

Tergabung Bersama Belgia, Panama dan Tunisia dalam grup G, sangat memberikan banyak keuntungan. Ibaratnya baru dalam kualifikasi grup Inggris sudah menang banyak. Diawal sudah diprediksikan cuman Belgia lawan berarti bagi Inggris dalam fase grup. Karena dua tim lainnya Panama dan Tunisia sebagai tim yang sangat lemah dan tidak masuk dalam hitungan, alias penggembira saja, terlebih dengan Panama selaku tim debutan dalam ajang Piala Dunia.

Tidak hanya sebatas menang mudah melawan Panama, Inggris pun menang banyak terlebih dengan keuntungan adanya teknologi VAR. Dengan banyak diuntungkan karena teknologi, Inggris pun menang dengan skor yang lumayan fantastis, 6-1. Dua gol diantaranya dihasilkan dari eksekusi penalty Hary Kane. Dilaga versus Panama ini pula Harry Kane mencetak hat trick yang sekaligus sebagai top score sementara dengan 5 gol nya dan menggeser posisi Cristiano Ronaldo juga Romelo Lukaku dengan 4 gol.

Begitu juga dengan strategi "mengalah" pada pertandingan akhir penyisihan grup G dan sekaligus penentuan juara grup terhadap Belgia. Dengan menempatkan Inggris hanya sebagai runner up grup, maka lebih banyak menguntungkan Inggris ketimbang Belgia yang menjadi Juara gurp.

Posisi runner up grup G, akan lebih banyak diuntungkan, karena posisi tersebut membuat Inggris terlempar di grup negara-negara non unggulan yang nota bene kualitas nya tidak begitu bagus dan diprediksi lebih mudah untuk diatasi dari pada sekumpulan negara di "sisi sebelah kiri" yang dihuni oleh negara-negara unggulan, seperti Portugal, Uruguay, Prancis, Argentina juga Brasil.

 

Menyerah di Papan Catur

Mario Madzukic Sang Pengubur Mimpi Inggris (Dok. bbc.com)
Mario Madzukic Sang Pengubur Mimpi Inggris (Dok. bbc.com)

Terhindar dari tim-tim negara kelas berat di fase enam belas besar, ternyata tidak juga memuluskan langkah Inggris untuk maju kepartai final PialaDunia2018. Siapa sangka Inggris menyerah hanya di "papan catur" Kroasia.

Siapa bisa menyangka, Kroasia tidak hanya sebatas tim "kuda hitam" digelaran Piala Dunia Rusia 2018, namun Kroasia juga sebagai tim "kuda binal" yang selalu bisa memberikan berbagai kejutan-kejutan selama kompetisi Piala Dunia Rusia 2018 berlangsung.

Perlu diketahui sebelum nya secara mengejutkan Kroasia mampu menumbangkan tim besar dan sekaligus finalis Piala Dunia Brasil 2014, Argentina, dengan skor telak 3-0. Kroasia kini bersiap untuk mengukir sejarah baru dalam Piala Dunia, sejarah baru bagi negerinya.

Kompetisi Kakak Versus Adik

Manager dan Harapan Tim Inggris (Dok. Bola Sport.com)
Manager dan Harapan Tim Inggris (Dok. Bola Sport.com)

Dengan kekalahan dipartai semi final, praktis tim Inggris hanya bisa berharap untuk memperbaiki torehan prestasi pada Piala Dunia tahun 1990. Setidaknya bisa meraih satu tingkat diatasnya, sebagai juara ketiga.

Kini Inggris harus berjuang memperebutkan tempat ketiga dengan Belgia kembali, sebagai negara satu grup, dalam grup G sebelumnya. Belgia yang sebelumnya berhasil menumbangkan Inggris dengan skor tipis 1-0 kini harus rela kembali berhadapan dengan tim satu grup sebelumnya.

Untuk meningkatkan prestasi satu level atau satu tingkat di peringkat ke-3 dari torehan hasil Piala Dunia tahun 1990 di Italia, Inggris tidak boleh mengambil posisi "mengalah" kembali terhadap Belgia pada saat fase kualifikasi. Tapi Inggri harus mengambil posisi sebagai pemenang bukan pengalah.

Pertandingan perebutan tempat ketiga Inggris versus Belgia ini ibarat pertandingan antara "kakak versus adik", dimana Inggris selaku kakak dan Belgia sebagai adik nya. Kenapa Belgia sebagai adik?, ini hanya pengibaratan, dikarenakan rata-rata bahkan nyaris semua pemain Belgia merumput di Liga Premier Inggris.

Tapi dalam pertandingan kali ini, dalam perebutan tempat ke-3, sang kakak tidak boleh mengalah kembali demi memperbaiki torehan rekor sejarah pribadi mereka di Piala Dunia Italia tahun 1990 yang hanya finish ditempat ke-4.

*** 

Malam ini tepat pukul 21.00 waktu Indonesia bagian barat, pertandingan perebutan tempat ke-3 Piala Dunia Rusia 2018 akan kembali digelar. Siapkan Kacang garuda sebagai teman nonton bola, karena jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun