Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Takziah sebagai Lawatan Mudik, Sedih Berganti Rindu

8 Juni 2018   23:37 Diperbarui: 8 Juni 2018   23:51 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Menganti, Kebumen (Dok. Pri)

Adakah yang tidak mudik lebaran tahun ini?. Kehabisan tiket atau "THR" telat, bikin mudik ikut tertunda, atau kebetulan saat lebaran tidak bisa libur karena tuntutan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Penderitaan banged kalau kedapatan bagian yang satu itu.

Mudik serasa sudah menjadi tuntutan bagi mereka para perantau. Mudik sudah menjadi kebiasaan atau budaya dalam ber Idul Fitri. Tapi apakah hakekat Idul fitri hanya urusan mudik dan pulang kampung semata?, tentu tidak.

Hakekat Idul Fitri adalah kembali ke fitrah, untuk mencapai fitri lahir dan bathin. Untuk itu dalam Idul Fitri harus menjalin tali silaturahmi, menyambung tali silaturahmi dengan orang tua terutama, sanak saudara dan kerabat, untuk saling bermaaf-maafan satu sama lain untuk membentuk jiwa yang fitri lahir bathin tersebut.

Berangkat dari akar tradisi silaturahmi, saling berkunjung dan bermaaf-maafan inilah yang melahirkan budaya mudik. Lebih hebatnya lagi tradisi dan budaya ini cenderung hanya ada di negeri ini yang tidak didapati dinegeri lain, luar biasa bukan. Benar-benar mencerminkan sebuah hubungan kekerabatan "guyub rukun". Jadi bangga tinggal dinegeri ini, Indonesia.

Takziah Sebagai Lawatan Mudik

Lebaran kali ini, kita sekeluarga, tidak pulang ke desa atau kampung halaman kembali. Karena sebelumnya, kita sudah dua kali pulang ke desa dengan kurun waktu yang hampir bersamaan, dalam dua bulan terakhir.

Pertama, bulan Maret kemaren, bertepatan dengan hari Raya Nyepi. Selang dua bulan berikutnya, atau seminggu sebelum bulan puasa, diawal bulan Mei lalu. Belum begitu lama selang waktu lebaran tahun ini dengan kepulangan kita dari desa kemaren.

Dua rangkaian perjalanan "mudik" tersebut sebagai lawatan takziah keluarga kita terhadap saudara di kampung halaman. Pertama Bude dari jalur kekerabatan bapak meninggal, kemudian disusul adik dari almarhum nenek, dari jalur kekerabatan ibu. Begitulah ksedihan beruntun yang kita alami sekeluarga sehingga harus mudik lebih awal sebelum datangnya lebaran esok.

Kunjungan takziah tersebut kita jadikan sekaligus sebagai rentetan mata acara silaturahmi yang biasa kita lakukan saat lebaran ke semua saudara dan kerabat. Oleh karena itu, bisa dipastikan lebaran tahun ini kita sudah tidak mengagendakan untuk mudik kembali ke kampung halaman di desa.

Sekalipun tidak mudik kembali ke desa sebagai kampung halaman, masih banyak tempat-tempat saudara lainnya yang bisa kita kunjungi, saat lebaran besok yang tinggal menghitung hari ini.

Sekalipun banyak kesedihan menimpa kita, tapi tentunya kita harus berbesar hati, tetap khidmat menjalankan idul fitri dengan budaya "mudik" nya dan bersilaturahmi harus jalan terus mengunjungi kerabat, sanak saudara yang ada di beberapa kota dan yang masih satu area.

Surabaya, Madura dan Malang sebagai kota dimana kita akan berkeliling untuk silaturahmi saat lebaran besok. Mulai dari saudara, kerabat, teman juga relasi.

428 Km Pengobat Rindu

Tiket Kereta (Dok. Pri)
Tiket Kereta (Dok. Pri)

Peta (Dok. Google Map)
Peta (Dok. Google Map)

Kami selalu rindu kampung halaman, desa Menganti, Kabupaten Kebumen. Sebagai tempat tiada dua di muka bumi. Keindahan serta kesejukannya, merupakan sesuatu yang tidak akan bisa anda bayangkan sebelumnya. Sekalipun rentetan perjalanan ke kampung halaman kemaren terselimuti atas kedukaan, bukan kebahagiaan dan suka cita karena kehilangan. tapi semua itu sama sekali tidak mengurangi rasa dan aroma "pengobat rindu" akan keindahan kampung halaman.

Tujuh hingga delapan jam waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke kampung halaman dengan menggunakan kereta api sebagai moda transportasi. Kelas ekonomi dengan tarif minimum sudah cukup bagi kami kaum rakyat jelata. Tidak pernah kita memilih kelas bisnis terlebih eksekutif, begitulah kaum "elite ekonomi" biasa menghibur diri.

Kelas ekonomi tidak mengurangi sedikitpun kenyamanan dalam menikmati perjalanan karena sebaik baik perjalanan adalah untuk dinikmati. Capek, letih dan kegelisahan akan lebur jika kita menikmati perjalanan yang ada.

Desa Asri Penghasil Kelapa

Panen Kelapa (Dok. Pri)
Panen Kelapa (Dok. Pri)
Sekalipun jauh dari keramaian pusat kota, lokasi desa kami sungguh asri dan menyejukkan. Kanan kiri dan seputarannya adalah hamparan hijau, hutan hijau nan asri yang jauh bertolak belakang dengan apa yang ada di Surabaya, yakni hutan beton dimana mana sejauh mata memandang.

Hebatnya dari saya kecil hingga sebesar sekarang, tak kurang dari tiga puluh tahunan lalu, desa ini tetap tidak berubah. Tetap mempertahankan jati diri nya tanpa tergerus oleh dinamika dan perkembangan zaman yang cenderung merusak

Hamparan sawah sejauh mata memandang hijau terbentang, dikiri maupun sisi kanan selalu bisa dijumpai hamparan hijau. Buat terapi kesehatan paru-paru benar-benar cocok, dengan berlama-lama didesa, paru-paru kita akan langsung bersih sembari menikmati keelokan pemandangan yang ada di desa saya.

Selain hamparan sawah nan luas, desaku juga sebagai penghasil kelapa yang lumayan besar. Terletak dilokasi pesisir yang memang mendukung sekali untuk bertanam kelapa. lokasi pesisir, lokasi yang pas buat pohon kelapa tinggal dan tumbuh.

Tiap rumah di desa kami, sudah dipastikan memiliki pohon kelapa dipekarangan rumah masing masing. Sepuluh hingga dua puluh pohon kelapa tidak kurang jika boleh menghitung. Pekarangan yang luas sangat disayangkan bila dikosongkan begitu saja. Pohon pisang juga tidak lupa sebagai pelengkap rindangnya pekarangan dari kebanyakan rumah yang ada.

Murah dan cukup mengejutkan, harga satu butir kelapa muda cuman dihargai Rp. 2.000 rupiah. Sungguh sangat murah bukan!. Jika dibanding harga kelapa muda di Surabaya yang bisa mencapai Rp. 15.000 untuk satu butirnya. Benar benar sebagai lokasi penghasil kelapa kampung halaman saya.

Kuliner Khas 

Mau berkuliner, Kebumen juga punya oleh oleh khas yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Sale pisang dan Klanting menjadi oleh-oleh wajib yang tidak boleh dilupa saat berkunjung ke kota Kebumen. Karena oleh-oleh khas ini tidak bisa ditemukan ditempat lain. Selain sale pisang dan klanting, Kebumen masih memiliki sederetan kuliner khas lain yang patut dicoba pula.

Wisata Pantai Tiada Dua

Pantai Menganti (Dok. Pri)
Pantai Menganti (Dok. Pri)
Untuk urusan wisata, Kebumen memang tiada dua!. Bagi mereka yang tidak begitu mengenal kota Kebumen, memang tidak bakalan tahu kalau kota ini menyimpan berbagai potensi wisata yang tidak bisa anda bayangkan sebelumnya.

Ada yang pernah mendengar Benteng Vander wijch, benteng peninggalan masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang dibangun pada abad 18. Benteng yang terletak dikota Gombong, Kebumen ini sungguh terkenal. Jika kita pernah menonton film the raid, nah itu dia, benteng tersebut dijadikan sebagai lokasi syuting film tersebut.

Benteng Vander Wijch juga sebagai salah satu wisata sejarah yang dimiliki kota Kebumen. Tidak kebayang kan sebelumnya, kalau Kebumen memiliki potensi-potensi wisata yang sebenarnya sudah cukup "mendunia" namanya.

Selain benteng Van der wick masih banyak lokasi lokasi wisata pantai yang bisa dijumpai di kabupaten Kebumen. Terlebih Kebumen berada tepat dilokasi pesisir yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, samudra lho, bukan laut, jadi begitu menakjubkan jika kita bermain ombak di pantai-pantai yang ada di kebumen.

Sekedar peringatan dan perhatian!, ombak di pantai-pantai yang ada di Kebumen menggulung tinggi-tinggi. Kebumen berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang begitu luas tak terbayang. Jadi senantiasa berhati-hati dan waspada serta menjaga jarak dengan gulungan ombak yang tinggi.

Pantai Menganti, sebagai pantai unggulan Kabupaten Kebumen, yang sejauh ini belum banyak terekspos dan diketahui oleh para wisatawan. Pantai yang tidak terbayangkan, indahnya tiada dua. Bersih, jernih, sampai-sampai tembus pandang, karena hingga dasaran bisa terlihat.

Pantai Menganti merupakan pantai yang masih belum banyak dikunjungi dan dijangkau oleh wisatawan. Untuk menjangkau bisa sampai ke lokasi masih relatif sangat sulit. Medan yang sangat curam dan berkelok dipastikan sangat susah untuk menjangkau Pantai Menganti.

Bagi para pemula yang baru belajar nyetir baik motor maupun mobil, jangan sekali kali untuk coba-coba. Medan yang susah, curam dan berkelok cuman cocok bagi mereka yang sudah mahir dalam menyetir sekaligus sebagai ajang adu adrenalin.

Namun, dengan susahnya medan tempuh akan terbayar dengan lunas jika anda berhasil menaklukan medan jalan sampai menuju pantai Menganti. Karena pesona "kemolekan" Pantai Menganti tiada habisnya untuk dinikmati dan diekspos, dijamin!.

Biar lebih penasaran, sebaiknya mulai sekarang mulai mencari berita-berita mengenai Pantai Menganti atau eksplore langsung kota Kebumen lebih jauh, karena memang keindahan wisata nya tiada dua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun