Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menentukan Sendiri Besaran "THR" Kita, Kenapa Tidak!

7 Juni 2018   00:57 Diperbarui: 7 Juni 2018   01:06 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepuluh hari terakhir bulan puasa Ramadhan, tahun penanggalan 1439 H sudah kita masuki. Kalau boleh bertanya, hal apa yang paling mengganggu, dalam benak kita menjelang hari lebaran yang sudah semakin dekat?.

Belum beli baju baru buat lebaran!, yup, hampir benar. Sekalipun harusnya itu jawaban yang diberikan oleh anak-anak yang masih bocah. Bagi seorang karyawan atau pegawai pastilah THR (Tunjangan Hari Raya) yang menjadi penantian "tiada akhir" bagi mereka yang belum menerimanya hingga malam ini.

THR Terakhir

Terakhir kali terima THR pada ramadhan tahun 2013. Itupun tidak terlalu besar, karena jumlah nominalnya bukan satu kali gaji atau bahkan dua kali besaran gaji, masih jauh dari harapan.

Bekerja diperusahaan swasta yang tidak terlalu besar, bukan PT (perusahaan terbatas) atau bahkan BUMN (badan usaha milik negara) memang kadang bisa bikin "ngenes". Besaran THR tidak mengikuti aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh badan terkait, melainkan mengikuti "kekuatan kantong" pemilik usaha masing-masing, alias bos bersangkutan.

Jika dihitung sudah lima tahun tidak terima THR. Tahun 2013 merupakan THR terakhir yang pernah saya dapatkan. Karena tempat dimana saya bekerja harus gulung tikar alias bangkrut.

Mencoba untuk berwiraswasta dan membangun usaha kecil kecilan mulai tahun 2014, sehingga tahun tersebut sekaligus sebagai tahun pertama, tidak terima gaji dan tidak terima THR.

Jika boleh bercerita mengenai THR. Sekalipun dengan nominal yang tidak terlalu besar dan banyak, memang cukup untuk membuat kita bisa tersenyum dengan hati yang riang.

Sekecil-kecilnya THR yang kita dapat sebagian kudu dibagi bagi pas lebaran besok. Buat ponakan-ponakan, orang tua dan yang lain. Jangan lupa selesaikan zakat terlebih dahulu dan sisihkan untuk sodaqoh, agar rizqi kita tambah lancar dan mengalir terus dari jalan yang tidak pernah kita sangka-sangka.

Ciptakan THR mu Sendiri

"Oh THR, dimana engkau berada?, susah nian kutemukan". Dari pada bingung dan pusing, ciptakan sendiri THR mu!.  Jangan berharap dari pemberian, tapi mari kita ciptakan berapa besaran THR yang ingin kita dapat, sekehendak hati kita.

Tiga juta, lima juta atau bahkan sepuluh juta. Semua itu bisa bisa saja. Jika kita usaha sendiri, alias berwiraswasta, besaran THR yang akan kita dapatkan, besarnya tidak terhingga. Besarnya sebatas keinginan yang ingin kita capai.

Dapatnya  THR seringnya telat. Siapa yang sudah mendapat THR diawal ramadhan?. Sumpah yakin, gak ada  yang terima THR  pada saat awal ramadhan. Yang ada juga terima gajian, bukan terima THR.

Paling cepat THR keterima ditangan H-7 sebelum lebaran, itupun karena H-5 seringnya kita sudah libur dari aktifitas pekerjaan masing-masing. Jadi singkat cerita THR selalu diberikan didetik detik akhir.

Memang sudah masuk dari ketentuan,  jikalau perusahaan memberikan THR kepada setiap pegawai dan karyawan nya tujuh hari menjelang lebaran. Bersyukurlah yang masih menerima THR, terlebih yang bisa satu kali gaji. Maka persiapan buat lebaran bisa kalian tuntaskan dengan penuh kebahagiaan.

Yuk ah, jangan pernah mengeluh soal besaran THR atau THR yang tak kunjung-kunjung cair. Menunggu malam lebaran THR baru bisa diterima ditangan, sakit nya bisa sampai keujung hati.

THR sudah kecil dipotong pula?,  atau lebih parah nya baru terbayar setelah lebaran. Karena memang perusahaan benar-benar lagi defisit dan kesulitan keuangan. Alhasil kita cuman bisa bilang sabar dan harap maklum dalam lubuk hati yang paling dalam.

Tidak jarang kan keluhan dan cerita seperti itu.  jika kita berwiraswasta tentu keluhan seperti itu tidak bakal kita dapati lagi. Insya Allah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun