Selepas subuh di puasa pertama bulan Ramadan kemaren kudapati udara segar begitu menenangkan. Pucuk-pucuk daun serta bunga dari pohon-pohonku, masih menyisakan embun dengan kesejukan yang menenangkan.
Suara getaran smart phone yang tergeletak dimeja, aku biarkan berlalu begitu saja, sebagai isyarat kalau memang ketenanganku dalam melakukan peregangan ringan dipagi itu tidak mau terusik. Fokus dalam gerakan seirama menikmati kesejukan yang berburu dengan mentari pagi.
Sepuluh menit berlalu, suara panggilan kakak dari belakang rumah memecah konsentrasi. Buru-buru ku akhiri kegiatanku dan menuju datangnya arah suara. Ternyata ada berita duka, Innalilahi Wainailaihi Rojiun.
Kakak sepupuku yang tinggal didaerah Bulak Banteng, Surabaya, meninggal dunia. Sekitar pukul 05.00 subuh pagi, bertepatan dengan hari pertama bulan suci ramadhan tahun ini. Sepertinya getaran smart phone ku kala itu merupakan isyarat informasi akan penyampaian berita duka tersebut.
Sudah lebih dari dua tahun sebelumnya, kakak sepupuku tersebut menderita gangguan liver yang agak komplek. Sekalipun pernah agak membaik namun gangguannya masih terus timbul, hingga rumah sakit menjadi rumah kedua baginya. Bagian tubuh nya juga ikut membengkak layaknya orang bertubuh gendut yang kelebihan berat badan.
Usianya masih relatif muda, baru sekitar 40 tahunan, namun sudah memiliki kelainan penyakit yang cukup berat. Mungkin memang sudah waktu dan takdir yang berkehendak seperti itu. Sakit dan maut memang rahasia Illahi yang tidak bisa kita terka selaku manusia biasa. Selaku manusia hanya diperkenankan percaya akan takdir yang telah ditentukan oleh Allah sang pencipta.
Semoga dengan bertepatannya dengan bulan suci ramadhan yang merupakan bulan penuh berkah nan ampunan ini, kakak sepupu saya dapat diterima disisi Alllah dan segala bentuk amalan serta ibadah selama hiupnya dapat diterima oleh Allah, Amien.
Rasanya begitu kehilangan. Karena keluarga merupakan bagian terpenting dan merupakan bagian dalam sisi hidup kita yang tentu tidak bisa dipisahkan. Tanpa keluarga berarti kita juga bukan siapa-siapa. Dari keluarga kita berasal dan membentuk struktur kehidupan, begitu juga dengan tetangga dekat seputaran rumah, kita juga harus memandangnya sebagai keluarga.
Keluarga merupakan tempat curahan kasih sayang yang tiada dua, setelahnya baru sahabat dan teman mengikuti.
Belum genap 9 bulan sebelumnya kami kehilangan pakde yang merupakan orang tua beliau. Kini sudah ditambah dengan kesedihan baru, rasa kehilangan ini belum sepenuhnya hilang. Baru rasanya kemaren kesedihan ini mulai kering, namun kini kembali basah. Pukulan berat atas rentetan kejadian ini.
Betapa pentingnya sebuah keluarga, menjaga sebaik-baik keluarga adalah lebih penting diatas segala galanya. Hubungan keluarga harus senantiasa utuh sekalipun jarak yang membedakan antara satu dan lainnya tidak boleh memutus sebuah hubungan keluarga.