"Tukang Kritik" Tempatnya di Neraka adalah topik kedua yang saya utarakan di Kompasiana. Topik ini saya anggap perlu karena saat ini sudah banyak sekali orang yang tidak tahu "ETIKA" bagaimana mengkritik. Hasilnya pun bisa di lihat, para tukang kritik itu sudah terjerumus kedalam jurang "MENGHUJAT".
Secara hakiki bahwa Kritik itu seperti "MERPATI Pos, ia akan kembali pulang". ini konsep dasarnya.
Namun pada kenyataanya, kritik adalah proses dimana seseorang melihat kelemahan orang lain, melihat kejelekannya, kemudian menuliskan kejelekan itu di muka publik, menyebarkannya dan menambah-nambahnya. Kritik dalam kategori ini saya menyebutnya sebagai "Tukang Kritik" tempatnya di Neraka.
Sebab kritik yang sifatnya mencari-cari kesalahan orang lain, akan masuk ke ranah DENGKI. dan dengki adalah penyakit hati yang PALING MENGERIKAN. sebab dengki itu "ibarat api memakan kayu bakar".
Seperti bait syair yang saya renungkan beberapa waktu yang lalu selepas sholat Zuhur :
Wahai para pengkritik lihat dirimu duluCoba berkaca apa dosa-dosa mu itu
Hitung-hitung dulu apa tujuan hidupmu
Kritik itu ringan bak debu tapi dosa bak gunung semeru
Melihat kesalahan orang itu mudah
Mencoba membuka aibnya juga tak susah
Namun tahukah kamu siapa itu Abrahah?
Itulah manusia tukang kritik yang mati di depan Ka'bah.
Oleh sebab itu, sebaiknya kita kritik diri sendiri dulu. Dan bertanya ke diri dulu, "apa yang sudah saya lakukan untuk Indonesia? apa yang sudah saya lakukan untuk keluarga, kedua orang tua? apa yang sudah saya lakukan untuk pekerjaan saya dan lain sebagainya".
Dengan mengkritik diri sendiri, maka kita akan terhindar dari penyakit "menghujat" alias mengkritik yang sifatnya mencari-cari kesalahan orang lain dan lupa pada kesalahan sendiri.
Itulah mengapa orang-orang yang sudah tinggi ilmunya, ia punya etika yang santun saat mengkritik, yang di kritik seolah-olah tak merasa di koreksi.
Jadi, kesimpulannya adalah KRITIK DIRI MU DAHULU.
Salam hangat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI