Bagi Arcandra Tahar menjadi Menteri itu tidak masuk dalam daftar hidupnya, terpikir pun tidak, karena memang AT lebih banyak berkecimpung dalam dunia yang ditekuninya yaitu soal pengeboran minyak hingga menjabat sebagai President Direktur Petroneering di Houston. Sebuah perusahaan pengembangan teknologi dan enginering yang fokus dalam desain dan pengembangan kilang offshore. Dia memiliki pengalaman lebih dari 14 tahun di bidang hidrodinamika dan offshore.
AT mengembangkan keahlian khususnya di sekolah dan menjadi praktisi di industri. Ia telah bekerja di perusahaan migas baik di pengeboran maupun di sisiproduksi, antara lain, Spar, TLP, Compliant Tower, Buoyant Tower and Multi Colum Floater selama 13 tahun terakhir. Arcandra Tahar memiliki gelar Bachelor of Science di bidang Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung, Indonesia. Dia juga lulusan Ocean Engineering dari Texas A & M Universitas pada tahun 2001 dengan gelar Master of Science and Doctor of Philosophy degrees in Ocean Engineering. Tahar adalah wakil ketua terakhir Mekanika Offshore dan Arctic Engineering Society, Houston.
Dengan sederet pengalamannya itu, akhirnya ia menetap di Amerika selama 20 tahun, memiliki rumah maupun membangun Masjid yang diperuntukkan untuk umum, hingga diberi kewarganegaraan Amerika karena terkait paten yang dimilikinya yaitu pada bidang pengembangan migas lepas pantai. Dengan segala kelebihannya itu Arcandra Tahar sudah hidup mapan, dengan istri dan 2 putrinya, tak terpikir untuk berpolitik, kegiatannya di luar pekerjaannya cuma berdakwah, mengajar Agama Islam di sana.
Bagaimana awalnya hingga bisa menjadi Menteri ESDM di Indonesia?
Inilah orang yang punya peran mengenalkan nama Arcandra Tahar kepada Presiden Jokowi, biasa dipanggil Darmo. Kader PDIP ini merupakan teman AT saat kuliah dan bersama mendapatkan gelar PhD dari Texas A&M University. Darmo juga pernah bergabung dalam Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dipimpin Faisal Basri. Jadi apa yang ditulis Faisal Basri dalam artikelnya di Kompasiana di sini.
Benar adanya saat menuliskan awal Jokowi mengenal nama Arcandra Tahar. Informasi yang disampaikan Faisal Basri tentang Darmawan Prasodjo yang bekerja sebagai salah satu deputi Kepala Staf Presidenan (KSP), juga sering mementori Jokowi dalam urusan migas, pemberi second opinion kepada Presiden untuk urusan ESDM misalnya dalam kasus Freeport, Blok Mahakam, dan Masela, memang demikianlah faktanya.
Setelah dikenalkan nama AT oleh Darmo, Presiden Jokowi memerintahkan Darmo untuk mempertemukan dengan AT. Setelah Darmo dan AT saling kontak, Jokowi ada waktu di Bandara Soekarno-Hatta selama 20 menit buat AT. Mensesneg Pratikno pun memberitahu jam pertemuan tersebut lewat telpon kepada AT.
Arcandra Tahar tiba dari Amerika ke Jakarta sekitar pukul 2 malam, ia pun mengontak teman akrabnya sewaktu kuliah di ITB dan sering bertemu di Amerika saat NDI temannya ambil S2 di sana.
AT : "NDI, aku disuruh bertemu Presiden jam 9 pagi di Bandara Soetta."