Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Heroik Para Perwira Polisi Menghabisi Teroris Jakarta

16 Januari 2016   21:52 Diperbarui: 17 Januari 2016   02:54 3115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita jangan ikut terperangkap dengan kecurigaan yang ditujukan para pengamat atau politikus yang menuduh BIN atau Kepolisian kecolongan dengan adanya teroris yang mengamuk di jalan MH Thamrin Sarinah Jakarta itu. TERORIS itu seperti MALING, datang tak di undang, begitu datang langsung membuat bencana, dan BIN atau Kepolisian di negara mana pun akan kesulitan untuk mengetahui secara pasti tujuan para teroris dalam menebar terornya itu.

Ini hanya kemenangan sesaat, artinya kita juga jangan terlalu dalam merayakan EUFORIA kemenangan itu, sebab bibit-bibit teroris pasti selalu ada, dan inilah tugas utama BIN dan Kepolisian untuk menghabisi mereka sebelum bergerak.

Pelaku teror bom Jakarta 2016 dapat dilumpuhkan hanya dalam waktu 4 jam dan menelan korban jiwa yang minim (5 pelaku dan 2 warga), kenapa para teroris yang dilengkapi BOM "ringan" dan senjata api begitu cepat dilumpuhkan? Mereka yang mengedepankan SU'UDZON akan mengatakan itu pasti direkayasa.

Tidak! Buat apa pemerintah merekayasa kegaduhan yang tidak bermanfaat di era pemerintahan ini sedang sibuk menggenjot pembangunan di segala sektor? Pengalihan isu? Isu apa yang mengharuskan ada rekayasa terorisme itu? Hanya ISU yang masih belum valid kebenarannya kenapa mesti dipercaya?

Para Perwira

Keberhasilan Polisi dalam menembak dan meringkus para teroris itu cukup heroik kisahnya, apalagi yang terjun langsung berhadapan kebanyakan PARA PERWIRA MENENGAH POLISI, bukan Tamtama atau Bintara yang masih minim pengalaman itu.

Tercatat ada Komandan Satuan dari pangkat Kompol (Melati satu) hingga Kombes (Melati tiga), turun tangan berjibaku dan berhadapan langsung melakukan baku tembak dengan para pelaku teroris tanpa perlindungan sebagaimana mestinya atau berlindung di balik barisan para Tamtama/Bintara layaknya Polisi dari negara asing yang sering kita saksikan itu.

Para Perwira itu tidak sekedar memberi perintah komando, namun mengambil peran aktifnya sebagai EKSEKUTOR langsung, mengacungkan senjata, menembak langsung ke arah para teroris itu dengan penuh keberanian, mengabaikan keselamatannya sendiri, bahkan berdiri di barisan depan bak serdadu pendobrak di kancah perang.

Ini tentu peristiwa yang cukup langka di negara mana pun, seorang komandan merangsek maju sendiri tanpa perlindungan tameng atau prajuritnya, betapa heroiknya mereka saat negara membutuhkan, masyarakat membutuhkan, para Perwira itu langsung turun tanpa basa-basi lagi, nyawa taruhannya sudah tak diperhitungkan lagi, yang penting TUGAS MENDADAK harus bisa diselesaikan dengan cepat!

7 Perwira 7 Korban = 14 Januari

Apakah ini hanya satu KEBETULAN saja, korban dalam tragedi teror Jakarta itu jumlahnya ada 7, sementara para Perwira yang terlibat baku tembak juga ada 7, bila di jumlah 7 + 7 = 14. Peristiwa terjadi pas tanggal 14 Januari 2016. Dan inilah catatan nama para Perwira Polisi yang dikutip dari sumber Firman Bossini :

1. Kombes (Pol) Krishna Murti, (Dirkrimum Polda Metro Jaya)

Kombes Krishna Murti bersama dengan Karo Ops Polda Metro Kombes Martuani, tengah melintas di ruas jalan Thamrin menuju ke Istana melakukan pengamanan demo. Mobil berhenti begitu mendengar tembakan dan ledakan. Krishna bersama Martuani segera bergabung dengan Kapolsek Menteng AKBP Deddy Tabrani dan Kabag Ops Polres Jakpus AKBP Susatyo yang ternyata tengah mengepung pelaku.

2. Kombes Pol Martuani Sormin Siregar (Karo Ops Polda Metro Jaya)

Kombes Pol Martuani Sormin, memilih turun ke lapangan untuk meringkus pelaku bom di Sarinah pada saat sang istri tercinta sedang menjalani pengobatan di rumah sakit. Dari cerita sang anak terungkap: "Ayah kemudian bercerita bahwa dia baik-baik saja meskipun kematian sangat dekat dengannya. Dia juga bercerita kalau saat turun dari mobil, tersangka sudah mengarahkan tembakan ke arahnya dan melempar bom namun berhasil ditepis olehnya. Lalu sang ayah kemudian berlari mengejar tersangka......."

3. AKBP Untung Sangaji (Pamen Pusdikpolair Polda Metro Jaya)

AKBP Untung Sangaji adalah sosok pria berkemeja putih yang membawa senjata dan menembak teroris di dekat pagar Sarinah. Aksi heroik AKBP Untung terekam kamera wartawan dan sejumlah warga yang menyaksikan peristiwa itu.

"Saya pun mengeluarkan pistol dan mendekat ke arah itu. Saya kemudian melihat pelaku memegang senjata dan melempar bom ke bawah mobil Karo Ops Polda Metro Jaya."

"Ketika perhatian pelaku ke arah mobil Karo Ops, saya melingkar dari sisi kiri Starbucks kemudian menembak ke arah dada dan kaki pelaku."

4. AKBP Teddy Tabrani (Kapolsek Menteng Polda Metro Jaya)

Kapolsek Menteng, AKBP Dedy Tabrani, menembak mati seorang teroris saat terjadi insiden di Starbucks Coffee, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

"Kontak senjata lama, kurang dari satu jam, sekitar 45 menit. Di situ ada tiga orang pelaku. Di antara mereka ada yang bawa tas, yang diduga berisi bom buatan."

"Kami baku tembak lama. Dor-doran di depan Starbucks. Dia melempar bom dari Starbucks ke arah kami."

"Seorang teroris berhasil saya tembak."

5. AKBP Susatyo Purnomo Condro (Kabag Ops Polres Metro Jakarta Pusat)

“Andai mereka tidak dihadang dari depan, bisa-bisa kejadian seperti di Paris terulang di sini. Mereka bebas mencari sasaran karena masyarakat berada sangat dekat dengan pelaku/ TKP termasuk melempar bom ke pejabat Kepolisian atau Polisi lainnya saat olah TKP, mengingat yang menjadi target mereka adalah petugas Polisi. Polres Jakpus menghadang pertama kali ketika belum ada bantuan taktis satuan lain."

Fokus mereka langsung ke AKBP Susatyo. Dia menjadikan posisi ini sebagai pengalihan konsentrasi pelaku sehingga ada ruang gerak bagi anggota lain untuk mendekat.

Sementara dari sisi kiri Starbucks, AKBP Susatyo melihat sudah ada Karo Ops dan Kapolsek Menteng, AKBP Teddy Tabrani yang akan mendekat, sambil menolong anggota yang terjebak sebagai sasaran tembak karena tidak ada tempat berlindung selain mobil dinas Susatyo.

6. AKBP Herry Setiawan (Kasubdit Jatanras Ditkrimum Polda Metro Jaya)

Herry Heryawan saat itu di lokasi untuk menyelamatkan korban yang tertembak di perempatan Thamrin. Dia juga beberapa kali mengarahkan tembakan ke pelaku teroris yang bersembunyi di depan Starbucks Coffee.

7. Kompol Teuku Arsya Khadafi (Kanit IV Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya)

Saat peristiwa baku tembak polisi dengan kelompok teroris, Arsya mengenakan kemeja hitam, celana panjang cokelat muda serta sepatu merk Adidas Tactical Camo yang senada dengan warna celananya.Tak hanya itu, sebuah sling bag (tas selempang) serta rambut klimis bergaya potongan pompadour juga menambah keren penampilan Arsya.

Teuku Arsya Khadafi merupakan perwira menengah berpangkat komisaris, lulusan Akademi Kepolisian pada 2003 lalu. Si tampan yang bikin banyak gadis mengagumi dirinya memiliki keberanian luar biasa, maju merangsek ke barisan depan.

Mereka Layak Dapat Penghargaan

Bila mereka yang terlibat mendapat penghargaan tinggi, memang sudah layak sebagai apresiasi pemerintah atas kinerja mereka yang cepat tepat itu.Apakah ini merupakan VIRUS Revolusi Mental yang dikumandangkan Presiden Jokowi sudah mulai merasuk ke jiwa para abdi negara itu?

Kita sering mendengar berita saat BLUSUKAN Presiden Jokowi tak memegang kaku segala protokoler yang biasa dilakukan Presiden sebelumnya, sering berhenti mendadak untuk menemui rakyatnya, membeli dagangan yang sedang dijajakan rakyat di tepi jalan, memberikan sesuatu yang di bawanya kepada rakyat yang ditemuinya. Demikian pula para Perwira itu pun tak segan berbelok, berhenti bila ternyata ada keributan dan mengatasi masalah secepatnya, seperti kisah di jalan MH Thamrin itu.
Artinya para ABDI NEGARA sedikit demi sedikit sudah mulai bisa mengikuti gerak langkah Presidennya dengan cukup baik.

Dengan demikian, kita jangan terlalu mudah MENUDUH aparat Kepolisian atau BIN "kecolongan" atau tidak bisa bekerja, saya kira mereka sudah melakukan tugasnya dengan baik. Jangan hanya bisa menyoroti kinerja Polisi yang negatif saat ketahuan ada yang jadi TUKANG PALAK di jalanan atau berbuat tidak adil pada masyarakat. Polisi juga manusia, tidak semuanya bersih dan adil, namun ada juga OKNUM POLISI yang bertindak seperti Preman saat berpakaian dinas, itulah gunanya REVOLUSI MENTAL
yang juga harus dijalankan semua aparat di negeri ini.

Salam NKRI Raya!

 

Illustrasi 1 dan 2

Illustrasi 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun