(sidomi.com) Bangsa yang carut marut dengan berbagai masalah ini memang dibutuhkan Presiden yang KUAT dalam merenovasi negeri ini. Sebab rakyat yang sudah terbiasa dicekoki dengan SUBSIDI menganggapnya sudah bergizi dan akan sehat terus, padahal pelan-pelan akan membuat mati pada generasi selanjutnya, subsidi seperti CANDU yang bisa membuat ketagihan sampai melupakan akibat jangka panjangnya. - Selama 10 tahun tak ada pembangunan Waduk besar-besaran, bagaimana mau swasembada beras? - Selama 10 tahun tak ada jalan Tol di luar Jawa yang panjang, bagaimana ekonomi mau maju? - Selama 10 tahun tak ada pembangunan pembangkit listrik yang besar dan bisa menjangkau banyak pulau, bagaimana listrik tidak mahal? - Selama 10 tahun tak ada pembangunan REL baru, dan kesenjangan harga pun terpaut jauh antara Jawa dan luar Jawa, bagaimana pembangunan bisa merata? - Selama 10 tahun BBM beli dari banyak makelar dan mereka pun berbagi komisi, dari pejabat hingga pengusaha, duit utangan habis untuk membiayai keserakahan orang-orang kaya, bagaimana rakyat tidak semakin tercekik? - Selama 10 tahun pemerintahan lama meneruskan gaya ORBA, memberi subsidi dari uang utangan untuk membungkam rakyat agar tidak kelaparan, sisa utangan dibagi para penguasa, pengusaha kakap atas nama stabilitas. Bagaimana memperbaiki ekonomi dan perilaku bangsa yang demikian lihainya berlindung dibalik undang-undang atas nama rakyat biar sejahtera itu?
(BeritaIntrik.com) Semua butuh proses! Tidak bisa Presiden Indonesia terpilih di era cyber ini langsung membuat Indonesia MAKMUR dari Sabang sampai Merauke tanpa kerja keras! Selain kerja keras juga HARUS BERANI menghadapi orang-orang rakus yang sudah nyaman sejak lama itu. Celakanya, sebagian Mahasiswa yang dianggap generasi intelektual ini mudah sekali diprovokasi orang berduit yang suka main fitnah dan menginginkan situasi gaduh atas nama rakyat untuk kepentingan sesaat, tak perduli harus mengadu domba, kalau perlu bertabur ayat-ayat agama agarNKRI hancur lebur nantinya, dan mereka akan mengambil alih demi melanggengkan zona nyamannya. Situasi sekarang berbeda dengan peristiwa 1998, Mahasiswa bisa bersatu dengan rakyat di seluruh Indonesia untuk menuntut mundur rezim Soeharto dari kursi Presiden hingga melahirkan REFORMASI. Namun reformasi hanya jargon belaka, berikutnya terjadi "perang" memberebutkan kekuasaan dengan cara yang sangat memilukan. Dan tokoh-tokoh yang mengaku sebagai pehlawan reformasi pun tak mau "bertapa" tut wuri handayani, namun masih menyimpan ambisi untuk terus berkuasa, hingga rakyat terbuka matanya, muak melihat kelakuannya. Rakyat pun mencari tokoh baru yang layak menjadi nahkoda kapal besar ini. Rakyat melirik SBY, yang diharapkan mampu menata bangsa dengan lebih baik. Namun harapan rakyat hanya mampu mengenang kata PENCITRAAN dan PRIHATIN saja. Meskipun demikian, rezim SBY cukup sukses membuat stabilitas politik terjaga hingga 10 tahun jabatannya aman dari tuntutan Mahasiswa dan Rakyat untuk mundur. Meski harus rela memperbanyak utang untuk membungkam rakyat dengan SUBSIDI, tak perduli infrastruktur yang dibangun tak sebanding dengan besaran utangnya.
Dan Jokowi menjadi Presiden yang harus cuci bersih pesta pora 10 tahun kemarin, utang menumpuk dan saatnya jatuh tempo. Ketersediaan BBM menipis dan harus mengambil tindakan SIMALAKAMA. Rakyat pun tak mengetahui detilnya. Ekspetasi kuat rakyat berharap Jokowi mampu memperbaiki Indonesia dalam waktu singkat, kalau bisa 100 hari atau 5 bulan kerja, sungguh impian mengenaskan bila tidak mau melihat rentetan panjang peristiwa sebelumnya secara TELITI dan HATI-HATI. Akhirnya hanya mengeluh dan mengeluh saat negeri ini ditata ulang dengan cara kreatif namun akan terbukti kelak di kemudian hari. Celakanya Mahasiswa yang mestinya HEBAT, CERDAS, dan BERMARTABAT, lebih mengedepankan arak-arakan demo, membakar ban, memacetkan jalan mengganggu perekonomian, bakar pocong dan foto Presiden, pasang poster menghujat Presiden yang belum lama bekerja untuk LENGSER tanpa dasar undang-undang yang jelas. Mahasiswa sekarang seperti sudah lupa kalau masih ada jutaan rakyat yang CERDAS hasil didikan Orde Baru, bisa melihat dan menyaksikan para mahasiswa yang DEMO jadi pecundang, karena tidak mengedepankan DIALOG yang cerdas, melainkan tuntutan yang tidak jelas-jelas dipelajari terlebih dahulu rentetan peristiwa sebelumnya. Asal demo dan teriak-teriak dengan pengeras suara hingga serak tanpa memberikan solusi yang damai. Untunglah rakyat TIDAK BERPIHAK pada Mahasiswa, mereka tidak mendukung demo para Mahasiswa itu seperti tahun 1998, karena rakyat tidak menginginkan insiden Presiden dihentikan di tengah jalan tanpa kesalahan yang fatal. (BeritaIntrik.com)
Rakyat melihat sendiri, Presiden Jokowi benar-benar bekerja dengan keras, dan mereka begitu antusias menyambut kehadiran Presiden Jokowi dimana ia berada. Itu sudah bukti bahwa rakyat mencintai Presidennya dan mematuhi untuk terus bekerja dan memiliki OPTIMISME dalam menghadapi nasib bangsa ini. Masa depan bangsa ini masih indah dan terbuka lebar, seandainya rakyat tahu itu. Kita lihat, ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi membutuhkan waktu 2 tahun untuk memperlihatkan hasil kerjanya kepada rakyat Jakarta. Dan terbukti rakyat mengapresiasinya dengan tinggi, langsung meminta PDIP untuk mencalonkan Jokowi menjadi Presiden! Untuk Indonesia, Jokowi perlu waktu 3 tahun dan akan menunjukkan pada rakyat di seluruh Indonesia hasil capaian kerja kerasnya itu. Dan rakyat memahaminya, terbukti mereka tidak mendukung DEMO Mahasiswa, tidak mendukung demo Kepala Desa, atau demo dari elemen masyarakat mana saja. Rakyat lebih suka meniru Presidennya, BEKERJA KERAS di saat yang sulit ini. Sulit karena memang lagi ditata dengan teliti dan hati-hati serta banyak tantangannya. Dan Presiden Jokowi tetap "diserang" para "penjahat" itu dengan berbagai ISYU untuk menggoyang agar zona nyamannya tidak diganggu-gugat. Jokowi tak perduli, demi rakyat ia SIAP menghadapi TEROR, risiko apapun akan ia hadapi. Ia siap tidak populer karena dicaci, sebab ia tetap POPULER meski populer dicaci. Dicaci para Haters berikut kloningannya di dunia maya, dicaci tokoh itu-itu saja di dunia nyata, toh ia tetap populer dengan hastag JOKOWI.
(BeritaIntrik.com)
Walau Presidennya KEREMPENG namun kuat seperti BANTENG, langkahnya cepat tak seperti kura-kura. Jika pak JK bilang "Lebih Cepat Lebih Baik" maka Jokowi mengatakan "LEBIH BAIK CEPAT LAGI." Contoh yang diperlihatkan sang Presiden itu membuat rakyat semakin TABAH dan KUAT. Rakyat tak begitu risau dan melakukan demo saat digoyang isyu BERAS PLASTIK. Bagi rakyat Indonesia, makan BERAS PLASTIK tidak akan membuatnya SAKIT, sebab : 1. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan IKAN GABUS. 2. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan GURAME BALSAM. 3. Rakyat Indonesisudah terbiasa makan NASI KUCING. 4. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan TONG SENG. 5. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan GANJEL REL. 6. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan NDOG GLUDUG. 7. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan RAWON SETAN. 8. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan GETUK KETHEK 9. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan KAPAL SELAM. 10. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan SOTO SETAN. 11. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan OSENG-OSENG MERCON. 12.Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan NASI GORENG BUKIT. 13. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan TAHU GIMBAL. 14. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan KUE DOLLAR. 15. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan KUE CUBIT. 16. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan NASI KENTUT. 17. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan KUKU MACAN. 18. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan SATE KALONG. 19. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan SATE LALAT. 20. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan OTAK-OTAK. 21. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan MIE LENDIR. 22. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan MIE PEDAS MAMPUS. 23. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan KERUPUK MELARAT. 24. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan RONDO ROYAL. 25. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan KUE BUJANG SELIMUT. 26. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan BAKSO URAT 27. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan KOKAM. 28. Rakyat Indonesia sudah terbiasa makan KUE SARANG SEMUT Disamping makan makanan yang penuh nyali itu, rakyat Indonesia pun tak ragu untuk menenggak minuman yang mengerikan namanya, namun tetap sedap di kalangan rakyat kita, misalnya : 1. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum ES LAKSAMANA MENGAMUK 2. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum BIR PLETOK BETAWI. 3. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum WEDANG UWUH (SAMPAH). 4. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum ES SARANG BURUNG. 5. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum ES TELLER. 6. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum ES BUAH COCKTAIL KAYU. 7. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum ES SARANG KUNTILANAK. 8. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum ES POCONG 9. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum AIR MATA KUCING SEGAR. 10. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum ES CAMPUR NAGA BONAR. 11. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum ES SI MANIS JEMBATAN ANCOL 12. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum DEGAN BAKAR. 13. Rakyat Indonesia sudah terbiasa minum AIR MATA PENGANTIN. Jadi ISYU BERAS PLASTIK tak begitu membuat heboh seluruh rakyat Indonesia, hanya di wilayah-wilayah tertentu yang menjadi target orang-orang jahat memulai kejahatannya itu. Kenapa rakyat seperti tak memperdulikan adanya beras plastik? Ya, karena terbiasa makan dan minum yang lebih heboh daripada sekedar beras plastik itu! Siapa tahu ada bakul beras yang kreatif memasang papan nama di kiosnya dengan nama "JUAL BERAS PLASTIK" artinya beras yang dibeli akan dikantongin pakai plastik hahahahahaha...... Kita sering lupa bahwa bangsa ini adalah bangsa besar, memiliki modal yang SANGAT besar, memiliki penduduk yang besar, memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, mulai dari udara, darat, lautan, budaya, sangat luar biasa sekali sebagai aset yang mestinya tak habis tujuh generasi nanti, dan kita memiliki Presiden yang memikirkan itu semua demi masa depan rakyat semua, tetap optimis, tetap sabar, dan berikan dukungan secara konstruktif bila memberikan kritiknya. Salam NKRI Raya!
(Tante Paku)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Politik Selengkapnya