Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Mereka Kualat Dengan Jokowi?

12 Agustus 2013   23:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:23 6622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali Jokowi ingin meniru sukses Barack Obama ketika memenangkan pemilihan Presiden Amerika, salah satunya menguasai media, tiap hari pemberitaan tentang Obama menjadi konsumsi publik dengan berbagai sisi. Demikian pula Jokowi, ada tim media yang setiap hari menulis tentang dia, hasilnya Jokowi diperhitungkan menjadi salah satu kandidat Presiden RI berikutnya. Apakah ada Kompasianer yang menjadi tim medianya Jokowi dengan sukarela? Sebagai orang Jawa, Jokowi sepertinya mengerti ungkapan populer bahwa WONG JAWA NGGONE SEMU, artinya penampilan orang Jawa tidak sekedar kasat mata namun penuh juga dengan bahasa SASMITA (isyarat). Tentu saja sikap demikian biasanya muncul dalam usaha mendidik atau menyampaikan gagasan-gagasannya kepada orang lain tidak gamblang, melainkan menggunakan simbol. Segala sikap dan perilaku yang terbungkus semu itu merupakan bentuk kehalusan budi, tak berlaku vulgar, walau sedang marah sekalipun, tetap disampaikan dengan semu atau SAMUDANA, bermain rasa. Itulah Jokowi, tentu berbeda dengan gaya Ahok karena memang beda kultur, walau ada kesamaannya, yaitu ingin bertindak TEGAS! Digdaya Tanpa Aji Digdaya itu sebutan untuk orang yang sakti, ampuh, perkasa, mumpuni, pokoknya orang yang mempunyai PRIBADI SUPER, mempunyai kelebihan-kelebihan. Dalam cerita komik, pendekar digdaya sering digambarkan sakti mandraguna, bisa kebal senjata tajam, kebal pukulan, bisa terbang, menundukkan musuh cukup dengan sorot matanya, dan lain sebagainya. Kalau Asmaraman S Kho Ping Hoo menyebutnya PENDEKAR SUPER SAKTI. Bila sebuah kesaktian sumbernya dari AZIMAT sering bersifat negatif, pada umumnya membuat pemiliknya sombong, bahkan sering mempunyai musuh. Kesaktian dari Jimat atau pemberian JIN-JIN bisa membuatnya lupa diri lupa kepada Tuhan, kadang malah durhaka kepada Tuhan, ia lupa bahwa di atas orang sakti masih ada yang sakti. Bukankah Jin pemberi azimat atau AJIAN adalah mahluk yang selalu menuntut imbalan? Digdaya tanpa Aji menurut ajaran Drs. R.M.P. Sosrokartono (kakak kandung R.A. Kartini), seseorang tidak perlu melakukan ritual atau membawa/memiliki azimat untuk memperoleh kesaktian. Ada yang mengatakan, asalkan hati selalu bersih dan perbuatan kita baik, maka kita akan selamat, sebab yang namanya sakti itu SELAMAT, sebab hanya Allah yang Maha Sakti sesungguhnya. Sebab, untuk apa sakti jika tidak membawa keselamatan?

Di era modern ini, orang yang TIDAK mempunyai musuh layak disebut ORANG SAKTI, karena dia bisa menang tanpa perlu perang! Sebab kebaikannya itu dapat mengalahkan orang lain tanpa perlu mengadu otot. Orang pasrah akan selalu ditolong Tuhan. Tekad yang kuat membuatnya hebat, dan keadilan adalah kesaktian yang dapat menundukkan kejahatan! Apakah Jokowi masuk dalam golongan orang sakti di zaman modern ini? Ajian Jokowi hanya tekad, semangat, keberanian, dan niat demi membangun bangsanya. Lantas, apakah orang-orang yang pernah "menyepelekan" bahkan "menghinanya" akan terkena ajian kesaktiannya? Lihatlah, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, pernah mengatakan Jokowi BODOH dengan geram, akhirnya beliau tidak terpilih lagi menjadi Gubernur Jawa Tengah dikalahkan oleh Ganjar Pranowo. Lihatlah, Rhoma Irama yang sinis menuduh ibunya Jokowi Kristen, menghantam Jokowi dengan jurus SARA, akhirnya menangis bombay, MEWEK-MEWEK di kantor Panwaslu DKI Jakarta, Senin (6/8/2012). Lihatlah, Foke merasa jagoan ketika bersaing dengan Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta, menggunakan jurus SARA, mengancam warga Jakarta akan mencabut KTP jika tidak memilih orang Betawi, akibatnya suaranya ANJLOK dikalahkan Jokowi. Dan entah berapa orang lagi yang mengalami nasib naas ketika "meremehkan" kebijakan Jokowi itu? Seperti Amien Rais, Hidayat Nur Wahid, Fitra, sebentar lagi Farhat Abbas dengan jargon SUMPAH POCONGNYA tentu akan menerima karmanya sendiri, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang bernada "SINIS"  dengan cara kerja Jokowi namun bernuansa dengki serta iri, bahkan dengan berani mencatut ayat-ayat suci demi PEMBENARAN kesinisannya itu. Apakah mereka itu kualat dengan "kesaktian" Jokowi? Apakah karena Jokowi dianggap Satrio Piningit hingga mereka kualat? Masih bisa diperdebatkan!

(SEKIAN)

Illustrasi : https://www.facebook.com/groups/Jokowi.Indonesiabaru/photos/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun