Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Ada Buku Porno di Kios Buku Belakang Sriwedari yang Terbakar

1 Agustus 2013   00:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:46 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ikut prihatin atas terbakarnya puluhan kios buku murah di belakang Taman Sriwedari Solo pada Rabu malam sekitar pukul 19.30 WIB (31/7/2013) . Asal api belum ditemukan walau ada beberapa spekulasi yang beredar, 10 pemadam dikerahkan, namun mereka masih kewalahan.  Cuaca cerah dan angin kencang malam itu semakin membuat api membesar dan meludeskan banyak buku yang mudah terbakar tanpa bisa diselamatkan para pemilik kiosnya. Kios buku di belakang Taman Sriwedari ini cukup mengesankan bagi saya, karena dulu saya sering berburu buku yang diperlukan bersama teman di sini. Buku memang bagian dari kebutuhan masyarakat di era teknologi yang semakin melaju ini, sebab media cetak ini mempunyai karekteristik tersendiri, misalnya bisa disimpan lama, digunakan dari pemilik satu ke pemilik lainnya dengan cara saling pinjam. Saya pernah berbincang-bincang dengan beberapa pemilik kios buku tersebut, profesi penjualan buku di belakang Sriwedari itu cukup lumayan hasilnya, maklumlah buku yang sama bisa atau akan digunakan orang yang berbeda setiap tahunnya. , ditinjau dari jenjang pendidikan yang ditempuh. Dari pengakuan beberapa penjualnya, penghasilan yang diterimanya mampu menutup kebutuhan rumah tangganya, termasuk menyekolahkan anak-anaknya.

Beberapa pedagang yang berhasil menyelamatkan buku-bukunya. (Foto : www.boyolalipos.com)

Rerata para penjual di sini merasa lega bila tahun ajaran tiba. Dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi buku-bukunya tersedia di kios-kios yang berderet rapat itu. Mereka buka mulai dari jam 08.00 pagi hingga jam 21.00. Sekitar bulan Juli, Agustus dan September menjadi bulan panen bagi para pemilik kios buku itu. Sementara bulan liburan menjadi kebalikannya, banyak orang-orang yang MENJUAL buku atau majalah yang sudah tidak dipakai lagi. Kata mereka, keuntungan menjual MAJALAH lebih banyak dan cepat laku dibandingkan buku-buku pelajaran. Apalagi bila kurikulum pelajaran berganti, buku-buku pelajaran yang terlanjur dibelinya itu dipastikan tidak bakal laku, biasanya mereka jual KILOAN alias menderita kerugian. Di Kios buku belakang Sriwedari itu tidak hanya menjual buku bekas saja, mereka juga menjual BUKU_BUKU BARU yang dibeli dari toko buku atau dari beberapa penerbitan dengan discount khusus. Terkadang mereka tersinggung dengan perlakuan pembeli yang MENAWAR buku yang masih baru itu dengan harga sama dengan buku bekas. Padahal buku baru tersebut saya bandingkan dengan harga di toko-toko buku masih lebih murah di kios-kios tersebut. Yang unik dari kios buku belakang Sriwedari itu dapat ditemukan beberapa buku yang tak dicetak lagi atau BUKU LANGKA. Bagi penjualnya, memiliki buku langka bisa memberikan keuntungan yang berlipat dari biasanya, sebab mereka tahu arti pentingnya buku langka itu untuk beberapa orang yang membutuhkannya. Menurut informasi, kurang lebih ada 25 kios yang hangus terbakar, tidak ada korban jiwa. Walikota FX Hadi  Rudyatmo yang langsung meninjau di tempat kejadian pada malam kebakaran itu mengatakan kepada pers, "Jangan sampai pusat buku murah ini tutup. Kawasan ini sudah puluhan tahun dikenal sebagai pusat perdagangan buku bekas dan baru, pusatnya ilmu pengetahuan. Kami akan memasang hidran di sekitar kawasan ini karena komoditas yang diperdagangkan adalah barang mudah terbakar. Pemkot tidak memiliki anggaran khusus untuk memperbaiki kios yang rusak. Namun kami memiliki dana tak terduga sebesar Rp 4 miliar," ujar FX Hadi Rudyatmo. Semoga Pemda secepatnya mencarikan solusi yang tepat, membangun kios-kios tersebut dengan lebih baik dan bercirikan BUDAYA SOLO. Sebagai catatan, jangan berharap menemukan BUKU atau MAJALAH PORNO di sini, sebab mereka tahu etika tentang buku yang dilarang peredarannya oleh pemerintah. Maka jangan berharap FPI melakukan swepping di kios buku belakang Sriwedari dengan alasan memberantas maksiat, sebab memang belum pernah ada kasus ditemukannya buku/majalah porno di situ.

Illustrasi : 1. www.merdeka.com -2. www.boyolalipos.com 3. www.wartanews.com

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun