Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bertemu Kompasianer Pikun di Kompasianival 2012

22 November 2012   00:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:53 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu saya masuk menjadi salah satu kandidat sebagai Kompasianer Terfavorite, saya hanya terdiam nggak berani koprol sambil berteriak WOW, karena apa? Ya tidak terpikirkan sama sekali, tahunya saja setelah dimention di facebook oleh Babeh Helmi (Kompasianer Terfavorite 2011). Setelah meluncur ke Kompasiana, ternyata memang benar, saya masuk di antara 12 kandidat yang lain. Tak terpikirkan, karena melihat pengalaman pemilihan tahun-tahun kemarin yang berdasarkan jumlah hit dari semua artikelnya. Kriteria semacam itu membuat saya berpikir, Kompasianer Terfavorite 2012 pasti dipegang Seand Munir, yang dengan 1 artikel saja sudah mengumpulkan sejuta klik! Kalau benar demikian, pasti pemilihan ini makin seru, Seand Munir pasti dijadikan bulan-bulanan banyak Kompasianer yang lain. Tentu saja Seand Munir akan terus bertahan dibantu 16 dayang-dayang kloninangnnya ha ha ha ha ha.........

Rupanya Admin sudah makin matang, bertindak bijak dan mau mendengarkan banyak masukan dari membernya, kriterianya makin jelas, transparan, dan berimbas pemilihan tahun ini PALING ADEM dibandingkan pemilihan sebelumnya yang BERDARAH-DARAH sampai membuat Titi HAMIL karena banyak main BBM-an. Selain itu, 12 Nominasi yang diusulkan dan berhasil disaring Admin  48 calon dari 160 ribu membernya, memang tidak ada yang kontroversial, jadi pemilihan tahun ini adalah BABAK TERBAIK yang layak disambut dengan sukaria kita semua. Padahal saya sudah menyiapkan diri untuk bertempur bila menghadapi badai gempuran dari para kontra terkaporit ini. Saya sudah menyiapkan draft minta bantuan dari sahabat Kompasianer yang berada di Timur Tengah, Jerman, China, Hongkong, Amerika,dan dari dalam negeri sendiri, baik yang di Jawa maupun luar jawa, bila nanti jadi berperang. Ternyata, pikiran negatif saya itu tak terbukti, yang terjadi malah adem ayem kadyo siniram banyu sewindu lawase.

13535141071057325599
13535141071057325599
Kampanye pun segera saya kibarkan. lebih cepat lebih baik, kata pak Jusuf Kalla. Akhirnya saya pun siap-siap berangkat ke Jakarta, setelah ada kejelasan dari hasil VOTE yang diumumkan.Inbox saya cukup banyak tawaran yang akan menjemput di bandara Soetta, pun menyediakan tempat buat menginap. Saya bingung memilihnya, semua teman baik, semua bermaksud baik, dengan pertimbangan untuk menghormati SESEPUH, saya memilih pak Thamrin Dahlan untuk menjemput saya. Beliau adalah penulis buku laris BUKAN ORANG TERKENAL itu. Pada hari keberangkatan, pak TD sangat antusias sekali, SMS dan dering HP-ku setiap saat berbunyi. Saya pun tak selalu menjawabnya, karena sikon yang tak memungkinkan, misalnya pas pesawat mau turun, jelas saya tak berani mengangkatnya. Akhirnya, saya pun menjawab saat sudah berada di dalam terminal bandara. "Saya pake baju kotak-kotak!" Jawab pak TD bersemangat. Pertemuan yang hangat, pak TD memeluk saya dan berjabat erat, dan beliau ditemani Kompasianer Nuryadi, kami pun berkenalan, berbincang sepanjang jalan menuju TKP, Gandaria City.

Meriahnya Kompasianival 2012 Spanduk besar Kompasianival terbentang gagah dari atas ke bawah di tengah-tengah mall Gancit itu, kami bertiga langsung menuju lantai 3. Kemudian registrasi ulang yang dilayani cewe-cewe kinclong, setelah itu masuklah kami dan berbaur dengan yang sudah hadir. Saya tidak melihat booth Planet Kenthir yang tepat berada di pintu masuk, saya langsung nyelonong terus ke depan, eh sampai di stand Pos Ronda Desa Rangkat berpapasan dengan perempuan tengah baya yang begitu kuhafal wajahnya. Beliau langsung menebak dan berteriak : "Tante Paku ya?!" "Hai Oma Eni kan?" Wow langsung Oma Eni memelukku erat, berjabat cepat dan langsung minta foto bersama berulang kali. Dan saya pun menjabat sahabat Rangkat yang lain ampe lupa siapa saja, saking banyaknya. Saya kagum dengan Oma yang satu ini, beliau begitu betah, begitu perhatian, dan sangat bersahabat dengan siapa saja. Dari pagi sampai malam terus menikmati acara dan beranjangsana kepada nama-nama Kompasianer yang beliau hafal untuk saling berkabar. Ah Oma Eni Anda memang layak menjadi motivator anak-anak muda yang suka menulis di Kompasiana ini.

Setelah puas berbasa-basi dengan Oma Eni, saya menghampiri perempuan subur yang sangat energik, saya sudah mengenalnya, walau hanya lewat foto-fotonya saja. Beliau saya jabat, dia bingung dan bertanya. "Siapa ya?" "Hayo siapa coba? Masa Jingga lupa?" Kata saya langsung menyebut namanya. Makin bertambah bingunglah dia, saya pun menghampiri telinganya dan berbisik menyebut namaku. Begitu tahu dia langsung berteriak dan memelukku erat sekali, cipika-cipiki asyik sekali, ampe membuat Mommy kaget dan ikut menghampiri. Menjabat saya sambil berbisik. Saya tidak mendengar bisikannnya, dan mendekatkan telingaku. "Boleh Mommy menciummu?" "Ouh silahkan Mommy?" Jawabku sambil tertawa, kami pun cipika-cipiki dengan hangatnya. "Mari nongkrong di sini Tante, mau minum apa? Kopi? Kopi Susu? Susu Coklat?" "Ah apa saja mau Mom," Dan Mommy memberikan segelas susu coklat panas.

Sambil menenteng minuman itu, saya pamit pada Mommy buat berkeliling ke stand yang lain. Kesan saya begitu mendalam, Mommy memang luar biasa, saya ingin lebih dekat ngobrol dengan beliau pendiri komunitas Desa Rangkat ini, tapi suara bising itu membuatku tidak nyaman berbicara. Saya menyambangi Stand di sebelahnya yaitu booth Koplak YoBand, eh ada Ibu Seno, saya pun berjabat tangan sambil tak bertanya, "Bawa galon minuman nggak bu?" Beliau langsung ngakak . Saya pun bertemu dan  menyalami juga Babeh Helmi yang sudah kukenal figurnya ini. Kami berjabat erat sambil basa-basi. " Saya hadir di sini karena takut dilaporin ke Taman Lawang Beh hahahahahahaha......" Babeh Helmi tertawa dan bercerita singkat. Tak berapa lama ada teman lain yang menjabat saya, sepertinya sudah familiar denganku, tak urung saya bertanya? "Siapa ya?" Hahahahaha.....asem tenan! Ternyata sobat lama Kandar Cakrawerdaya. Dan saya pun berjabatan dengan anggota Koplak YoBand lainnya. Tak berapa lama saya diseret Babeh Helmi buat diwawancarain oleh mbak Dessy, dan saya lupa apa yang ditanyakan dan saya menjawab apa, maklum saya lebih menikmati wajah cantiknya mbak Dessy hahahahahahahaha............ Yang penting saya sudah ikut membubuhkan kenang-kenangan dengan tanda tangan di layar yang disediakan. Koplak YoBand memang kreatif, perlengkapannya cukup canggih dan layak melebarkan taringnya untuk berkarya yang lebih luas. Dan setelah menerima penghargaan, saya pun masih diseret Babeh Helmi buat diwawancara lagi, kali ini mbak Yayat yang menjadi reporternya.

Karena bising yang mengganggu ini, saya mlipir keluar. di depan pintu saya mengenal sahabat lama yang baru datang, si Gondrong Hai Hai, Kompasianer lama yang lebih sering jadi silent reader namun aktif di blog pribadinya ini. Kami berjabat erat dan mengajaknya berkeliling masuk ruangan lagi. Dan baru nyadar di depan pintu masuk ketemu stand Planet Kenthir, saya pun berjabat erat dengan mereka, ada Nunik, Hawa, Sanchai, Indri, Wepe, dr. Posma, Kong Ragile, Piere Barutu, Amalludin, Elang Langit, pak Yusuf Dwiyono, Mas Wagiman, dan lain sebagainya. Dari stand Planet Kenthir saya melihat sosok di stand IdKita yang sangat terkenal, mbak Christie Damayanti, saya hampiri dan mengajaknya berjabat tangan. Beliau bertanya : "Siapa ya ini?" Saya mendekat ke telinganya, begitu mendengar mbak Christie kaget, spontan dia berteriak menyuruh saya mendekat dan beliau mengenalkan anaknya serta menyuruhnya memotret kami berulang kali. Dan disitu pula saya berjumpa mbak Fitri, sementara mbak Christie foto dengan teman yang lain, saya pun sibuk berfoto dan berkabar dengan mbak Fitri Yyeye.

Tak berapa muncul Kompasianer Jerman yang sudah akrab denganku, mbak Indriati See, taraaaaaaa......kami semua berjabat tangan dan, ritual blogger pun berlangsung, SALING MOTRET! Biarlah para wanita itu saling berangkulan dan bercerita, saya mendekati cowo yang dulu GIMBAL, saya yakin dia ini tidak kenal saya. "Hallo mas Rony, apa kabar?" Dengan pelan Rony (R82) yang tampak kalem ini menjawab pelan dan bertanya, siapa ini? "Hayo tebak siapa saya?" Dia berpikir keras. "Lupa ya? Lhoh kamu sering ngeledekin aku mirip mbak Tyas itu lho? Ingat nggak?" Wah makin berpikir keraslah dia. Belum berhasil menjawab, masuk perempuan mungil  berhijab dengan warna senada dengan bajunya, beliau murah senyum, langsung menjabat Roni, sepertinya sudah mengenal. Saya pun ikut menjabatnya, saya tahu siapa beliau, walau belum pernah sama sekali mengenalnya. Bagaimana kok bisa tahu? Rahasianya ya saya baca tanda pengenal yang dikalungkannya itu. Begitulah kiat saya untuk lebih tahu dahulu.

"Apa kabar mbak Ira Oemar?" "Baiiiik......siapa ini yaaaa?" "Hayo siapa? Masak lupa?" "Aduuh siapa ya?" "Halaah kamu kemarin yang baru kirim inbox ke saya itu lho?" Makin kacau balaulah dia hahahahaha............... Mbak Ira benar-benar penasaran, dia tanya Roni, Roni cuma menggeleng doang. Dia tanya lagi sama pak Thamrin Dahlan yang baru saja muncul dan berada di sebelahnya. "Wah ndak tahu saya," jawab pak Thamrin serius. Mbak Ira langsung meraih tanda pengenal saya, tidak ada namanya. Makin penasaran saja beliau. Akhirnya pak Thamrin kasihan dan menyebutkan nama. Begitu mendengar mbak Ira langsung merangkul gemas, Roni pun nepuk-nepuk kepalanya sambil tertawa. Ritual Blogger pun berlanjut FOTO-FOTOAN lagi. Setelah itu saya keluar stand disambut laki-laki tinggi besar, saya sudah tahu dia Revangga Dewa Putra, saya jabat dia sambil berkata : "Wah sudah lama kita tak berjumpa ya?" "Iya ya benar, sudah lama sekali memang tak pernah jumpa hahahahaha......." Kami berdua ngakak, sebab memang sebelumnya kami tidak pernah berjumpa kok bisa-bisanya saya bilang lama tak berjumpa. Sebab memang saya sengaja kok, maklum KENTHIR ya harus dibegitukan. Dan RDP pun memperkenalkan cewek cantik yang dianggapnya sebagai istrinya, benar apa tidak, EGP dah, masak ada suaminya mau gua godain  hahahahahaha..............Dan ritual FOTO BERSAMA pun berlangsung berulangkali. Dan semakin banyak yang bergabung, ada pak Windu, Piere Barutu, Kong Ragile, Amalludin, Dian Kelana, dan banyak lagi, saya belum ketemu fotonya yang sudah jadi, entah siapa aja yang motret, pokoknya narsis barengan hahahahahaha...............

Ketika saya ke kamar kecil, tiba-tiba ada sosok lelaki gagah dan tampan menyapa saya. Saya bingung sepertinya dia sudah kenal sekali denganku. "Di Kompasiana nick Anda siapa?" "Opik!" Waaaaa.....Bung Opik si Sun Gon Kong rupanya hahahahahaha......saya jabat erat-erat dia. Dan kami pun banyak ngobrol di luar arena sambil merayakan korban bakaran. Ketika saya berkeliling bersama Hai Hai eh ada mas Wedha, teman lama saat saya kerja praktek di Majalah Hai, kesempatan ini saya gunakan untuk foto bersama dan saling mengabarkan. Mas Wedha wajahnya masih saya hafal, walau rambutnya sudah memutih semua. Ia dulu sangat ngetop sebagai illustrator cerita serialnya Hilman LUPUS.

13535128471923702402
13535128471923702402
Dan saya pun sempat berfoto dengan Kompasianer yang lebih banyak lagi, menyapa Kompasianer top lainnya, ada Katedra Rajawen, Om Jay, Ahmed Tsar Blenzinky, juga ketemu rombongan dari kota yang sama mas Dimas Suyatno dan istrinya, saya kaget ketika tanya keberadaan Bubup eh ternyata dia lagi jadi GATOT KUCING to hahahahahahaha......benar-benar membuatku pangling-ling. Yang paling aneh ketika saya menghampiri pria tinggi besar berkumis tebal, beliau saya salamin dan duduk di sebelahnya, di stand Fiksiana Community. Saya perkenalkan diri, dia hanya mengangguk, tidak ada respon sama sekali. Sepertinya saya ngomong sendirian ketika beliau tidak menjawab pertanyaan saya, entah karena bisingnya suara atau dia sedang melamun, saya pun pamit melanjutkan berkeliling. Ketika di luar, beliau bertanya pada Babeh Helmi, "Tante Paku itu yang mana?" Babeh Helmi menarik tangan dia dan mendekatkan kepadaku, saya berdiri dari duduk dan menjabat lagi. Beliau memelukku dengan erat sekali hahahahahahaha.......Dasar KUTU KUPRET! Lhah tadi saya sudah memperkenalkan diri dicuekin, eh kini malah ramah sekali. "Hahahahahaha......maklum, maklum, usia udah tua nih hahahahaha.....!" Yang mendengar pada tertawa, ada pak Yusuf Dwiyono, Choirul Huda, Hai Hai, dan Kompasianer yang mengaku baru bergabung (maaf saya lupa namanya), serta masih banyak lagi. Dan cerita masih akan saya sambung lagi, terlalu banyak yang harus saya ingat dan saya tuliskan, tentu akan menjadi kenangan yang teramat manis untuk tak dilupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun