Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Humor

Pengakuan Korban Perkosaan

4 November 2012   02:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:00 1653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://4.bp.blogspot.com/-55BAaXsXI_w/Ta33_sRsGII/AAAAAAAAAF4/kQcQwCQtRLg/s1600/Rossi+boncengin+simbok.jpg

Apakah seorang wanita harus dikenang bukan karena apa yang ia kerjakan, melainkan apa yang telah ia derita? Apakah seorang wanita harus mendedikasikan seluruh hidupnya menjadi ibu yang sepenuhnya untuk membesarkan anak-anaknya dan harus tunduk pada kemauan suaminya? Apakah seperti itu kodrat sesungguhnya sosok manusia yang berkelamin wanita? Betapa wanita itu memiliki keindahan yang banyak dipuja kaum pria dan insting bisnis sosok pria pun menjadikan wanita bagian dari perjalanan bisnisnya, namun bisnis paling purba yang menjadikan wanita sebagai objek tak jauh dari bisnis BERCINTA, tentu ketika wanita itu masih muda. Namun ketika sudah melahirkan anak, apakah wanita sudah kehilangan keindahannya? Seperti lebah yang kehilangan sengatnya, tak ada lagi yang bisa dibanggakan, selain harus pandai berpura-pura dan itu salah satu ketrampilannya. Emansipasi wanita semakin deras mengalir di berbagai penjuru, namun masih banyak wanita yang tertindas oleh aturan yang dibuat kaum lelaki. Perceraian adalah hak mutlak dimiliki para suami, himpitan kemiskinan menambah penderitaan para wanita, mereka bagai bola yang bebas ditendang kemana bapak suka, dikawinpaksakan, dipekerjakan demi menambah kebutuhan makan sehari-hari, bahkan dijadikan pelacur pun tak masalah. Sungguh penyakit masyarakat itu yang paling menderita para wanita, apalagi bila mempunyai anak, ia harus tegar menghadapi kenyataan yang dihadapinya. Betapa remuk redam hati seorang ibu yang melihat anak wanita satu-satunya menjadi korban perkosaan, apapun hiburannya tak ada yang bisa menggantikan trauma perkosaan itu, apalagi bagi yang mengalami derita itu. Simbok : "Tulkiyem anakku, kamu harus mencari siapa lelaki yang telah memperkosamu itu! Apa sudah kau temukan?" Tulkiyem : "Laki-laki itu sudah minggat dan tak ada yang tahu kemana minggatnya, tapi aku sudah ketemu bapaknya, umurnya mengaku 70 tahun!" Simbok : "Oh, terus apa katanya?" Tulkiyem : "Bapak itu bersedia mengawini saya mbok!" Simbok : (Glodak, klonthang, krompyaaaaang ......simbok jatuh dari kursinya, PINGSAN!!!) Illustrasi : arsipberita.com,gojek-kere.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun