Tidak ada manusia yang hidupnya sempurna, walau dia mengaku beragama dan sudah menjalankan segala ritual keagamaannya dengan ketat dan konsekuen, artinya hidup manusia itu mendekati kesempurnaan saja tidak, tapi akan terus berusaha bisa memperbaiki kesempurnaan itu. Dan untuk itu semua manusia terus mendatangi-Nya dengan berbagai cara yang ada. Tempat-tempat ibadah dianggap rumah-Nya, ritual-ritual dianggap sudah menyenangkan hati-Nya, kitab-kitab suci dianggap tulisan yang sempurna, namun kebenaran-kebenaran selalu saja ada dan diperdebatkan dalam rasa ketuhanan di setiap zaman. Dan rumah ibadah pun menjadi tempat suara Tuhan berada walau belum tentu semua bisa memahaminya, bahkan ada yang menganggap Tuhan memang belum tentu ada dalam rumah ibadah, buktinya kejahatan selalu terjadi dalam rumah ibadah. Suatu hari saya pergi ke Gereja yang baru pertama kali ini aku masuki. Sebuah Gereja yang indah, megah, dan jemaatnya melimpah, serta berpakaian indah. Saya mengambil duduk di bangku tengah, berdekatan dengan seorang pemuda yang terlihat perlente, rambut disisir rapi serta berbau wangi. Ketika saya menarik lengan kemeja untuk melihat jam tangan, karena khotbah yang begitu membosankan, celakanya saya lupa membawa jam tangan. Rupanya pemuda di sebelah saya itu memperhatikan dan bertanya kepada saya. "Anda pengin membeli arloji baru?" sapanya sangat ramah. "Apa merknya? Berapa harganya?" tanya saya penasaran. "Sssst...jangan keras-keras, arloji itu MASIH DIPAKAI orang di depan anda!"
*****
Selama ratusan bahkan ribuan tahun Agama mengisi cerita yang begitu tebal dalam kehidupan manusia ini. Berbagai pertanyaan selalu tak memberikan jawaban memuaskan, bahkan ada yang tak perduli lagi dengan Agama karena memang tak bisa atau tak mau memahaminya. Sementara yang mengaku beragama seperti tertulis dalam KTP Indonesia ini selalu saja merasa benar, dan benar-benar Agamanya adalah yang paling benar dan berebutlah mereka untuk memperbanyak umatnya, dianggapnya umat terbanyak menjadikan Agamanya adalah benar. Akhirnya mereka lupa diri bahwa SEMUA MANUSIA itu adalah rekanan Tuhan, namun banyak yang tak mau memahami-Nya.
Tiba-tiba saya bertemu lagi dengan orang yang menawarkan jam ketika saya di Gereja kemarin, iseng-iseng saya menggoda dengan sebuah pertanyaan, " Saya butuh Sandal baru, bisa mencarikan sekarang?" Saya pikir, mana mungkin dia bisa mengambil Sandal di Gereja, namun dia memberikan jawaban yang sangat meyakinkan.
"Oke, nanti habis Jumatan ketemu di tempat parkir Masjid Gede ya?"
***
Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat. Illustrasi : guapinginmiskin.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H