Lagu Indonesia Raya berkumandang saat teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda, dulu rumah seorang Tionghoa yang bernama Sie Kong Liong. Artinya, orang-orang Tionghoa (Cina) telah ikut berpartisipasi dalam gerakan Sumpah Pemuda tersebut. Bahkan yang hadir dalam pembacaan itu ada beberapa orang Tionghoa yang tercatat dalam sejarah yaitu Kwee Thiam Hong, Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok, Tjio Djien kwie. Jadi orang-orang Tionghoa harus kita rangkul untuk kemajuan Indonesia di masa depan, mengingat sejarahnya artinya jangan diskriminatif hidup subur dalam bumi Indonesia ini. Yang jadi pertanyaan, apakah kaum muda sekarang masih hafal isi dari teks Sumpah Pemuda itu? Walaupun isinya singkat dan mudah dihafalkan, belum tentu generasi muda sekarang bisa menghafalkannya, apalagi memahami maknanya eh para anggota DPR dan para pejabat baru kita BELUM TENTU hafal juga lho? Barangkali lebih mudah menghafalkan ayat-ayat agama yang panjang-panjang daripada menghafalkan teks Sumpah Pemuda itu. Mungkin saja menghafalkan ayat Agama lebih bermanfaat daripada menghafalkan teks Sumpah Pemuda? Begitulah, rasa nasionalisme kadarnya semakin rendah bagi pemuda-pemudi kita dibandingkan kadar tebalnya fanatisme keagaamaan. Apakah hal ini perlu disalahkan atau dikaji ulang? Ah, rasanya terlalu cepat kalau kita ingin menghakiminya, yang jelas Sumpah Birahi sepertinya akan lebih mudah diingat dan dipraktekkan kalau teksnya seperti di bawah ini :
SUMPAHÂ BIRAHI
1. Kami Pemuda dan Pemudi Indonesia, mengaku membayangkan saja birahi sudah hidup.
2. Kami Pemuda dan Pemudi Indonesia, mengaku menatap saja birahi langsung hidup.
3. Kami Pemuda dan Pemudi Indonesia, mengaku dipegang sedikit saja birahi semakin hidup.
Kompasiana, 28 Oktober 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H