Ajang Festival Fiksi Kolaborasi (FFK) 2011 ada yang mengusulkan diadakan setiap bulan sekali saking senang hatinya melihat kebersamaan yang indah itu. Menurutku, kalau setiap bulan sekali diselenggarakan Festival sejenis justru akan kehilangan GREGETNYA, kebosanan pasti akan menghinggapinya dan kuantitas pesertanya pasti akan mengalami penurunan. Sebaiknya setiap festival paling cepat diadakan setiap tahun sekali saja, terserah pada tanggal dan bulan apa saja, biar tidak dihinggapi rasa kejenuhan dan kemeriahannya akan terjaga sebagai kenangan yang menggembirakan setahun sekali di Kompasiana ini bagi semua yang bisa menulis fiksi maupun sebagai penikmat saja. Justru bagi penulis fiksi mesti ada yang memulai untuk mempelajari kembali karya sastra bersama-sama dengan para pakar yang ada di sini atau mereka yang perduli untuk memoderatori ketika berdiskusi dalam sebuah blog dengan mengangkat karya-karya sastra Indonesia yang lama atau yang baru. Bisa saja ada yang mengunggah karya Sutan Takdir Alisyabana, misalnya DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM, TAK PUTUS DIRUNDUNG MALANG atau ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN, KALAH DAN MENANG dan sebagainya. Atau kita membicarakan karya sastranya Subagio Sastrowardoyo, Wildan Yatim, Trisnoyuwono, Ajip Rosidi, Budi Darma, NH. Dini, Putu Wijaya, Julius R. Siyaranamual, A.A.Navis, Arswendo Atmowiloto dan masih banyak lagi yang bisa kita pelajari dari para penulis kita, baik yang di dalam negeri maupun penulis dari luar negeri. Semua itu tentu untuk menambah pengetahuan kita semua, masalahnya siapa yang mau memulainya? Ini yang tidak mudah! Kembali ke kisah para penulis fiksi yang tengah berkolaborasi dalam ajang FFK 2011 kemarin. Galaunya Hati Tia membuat Deasy dan Dimas Nur saling tatap, entah apa yang tersimpan dalam pandangnya itu. "Fiksi Itu..." gumamnya sambil melihat sepuluh orang yang tengah membawa poster bertulisan Fantastic 10, mereka adalah Zuhdy Tafqihan , Dwi Ilyas , Granito Ibrahim , Deasy Maria , Rianty Indah Ayuri , Fera Nuraini HaruSabar , Fitri Yenti , Haz R-Alg , Andi Olha Mappasosory ,Gusti Putra. Ketika Cika, Ciko dan Ciku Main Terlalu Jauh, justru menjadi kesempatan Winda Krisnadefa dan Yulia Rahmawati Mendadak Duet. "Duet Bajigur." teriak Hanafie Aliyya dan Dewi Damayanti sambil tertawa. Roni Syaroni aka R-82 dan Granito Ibrahim malah memainkan Kisah Cinta Satu Malam. "Entah mereka itu Setia Atau Mati?" tanya Uleng Tepu pada Herlya Annisa. "Itulah yang dinamakan Satu," jawab Herlya An-Nisa dan Andee Meridian mengangguk-angguk membenarkan. "Kisah Roni dan Granito itu Antara Nyata dan Maya," sahut Katedra yang menggandeng Alfian Noor sebagai Duet Mistery nya. Hingga tidak menyadari bahwa dirinya juga telah melakukan perbuatan yang sama, selingkuh sesama jenis. "Iya, itu seperti Sepenggal Kisah Aku dan Tante Veni," jawab Herlya Annisa lagi memperjelas, Hadi Samsul yang jadi pasangan duet Belah Duren hanya tersenyum saja mendengar pengakuan itu, rupanya Herlya punya cerita sendiri dengan Tante Veni yang terkenal agresif itu, yang Hadi Samsul tidak tahu bahwa Herlya tidak suka cinta sesama jenis! "Aku seperti masuk dalam sebuah Labirin," urai Roni Syaroni aka R-82 dan Iin aiy-aiy yang tak jauh dari sisinya, hanya memandang sambil merangkai caci-maki untuk dijadikan serangan balik bila cemburu sudah meledak nanti. Tiba-tiba Rizal Falih berteriak : "Ceraikan Aku atau EGOmu!"Ningwang D’ Agustin terperangah, namun tetap diam seperti Gemulai Rumput Liar di padang sabana. Di kamar kecil tampak Rianty Tayu Syafna dan Irsyam Syam asyik membuang Air Mani sebagai bukan salah satu ritual Attumate tentunya dan tidak membutuhkan biaya banyak. "Aneh, tapi mereka bukan cerpen Antara Cheppy dan Chaty karyanya Johny," bisik Galuh Ayu Anitasari pada M Rifan Fajrin yang lagi ngulek Cabe Rawitnya. "Kau Tak Terganti," ucap Erick Gafar mesra pada Dina Sulistyaningsih setelah usai mengintip French Kiss Yang Mematikan, Pada Suatu Sore Yang Basah Dan Dingin tadi. Di tempat yang lain Della Anna dan Gusti Putra Sabar Menanti di depan Pura Penantian, sambil mendengarkan kabar Ruwet antara hubungan cinta Odi Shalahuddin dan Katedra Rajawen yang pada selingkuh dengan yang sejenis maupun lain jenis. Dan Reny payus , Anazkia Aja , Bambang Priantono masih saja ngegossip Rahasia Emak yang selingkuh diam-diam sambil menikmati Indahnya Bencana Gempa dan Tsunami lewat penuturan Diana Dhamayanti dan Ibud Tozuro . "Sebenarnya itu Persembahanku Untukmu Sahabat Kompasiana," gumamnya lirih. "Ya aku melihat Sayap Angin saat bencana itu melanda," sahut Andi Olha Mappasosory dan Granito yang Tiba-Tiba Duet dalam berbicara itu. "Ah Serenade Akhir Perempuan Penangkap Angin sudah selesai," Ivan Kavalera dan Elly Suryani menanggapi. "Itu kan hanya Serpihan Cinta Emak," ungkap Youly Chang yang dianggukin Bung Opik. "Seperti Misteri Takdir Bahagia Adam dan Hawa," kata Lala berfilosofi dan Refo ,Mommy ,d-wee membenarkannya. Dalam pembicaraan yang lagi hangat itu tiba-tiba dikejutkan datangnya Nova Agung Budiono dan Sasa Hijau sambil menceritakan Kisah Remaja “36b” dan “18cm". Mendengar itu, Aziz Abdul Ngashim dan Devi hanya tersenyum seperti Senyum Tua di Ujung Senja. "Itu kan Kasih Terpendam Di Pulau Seberang," kata Endah Raharjo dan Dian Kelana yang masih asyik memotret pertemuan itu. "Semoga saja tidak bernasib tragis seperti Wachid!" jawab Sigit Muzgith Prabowo sambil memandang Abebah Adi di sampingnya. Dan Dee dee Sabrina serta adityo eka pegrianto tetap asyik berlatih Ballerina, lincah bergerak indah seperti Pelangi Di Langit Jepang karya trio Dragon Phoenix itu. (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H