Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hantu Penunggu Kamar Mandi

6 Desember 2010   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:58 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://i375.photobucket.com/albums/oo192/wahyukokkang/reklame/Dukun.jpg

Kampus UNS (Universitas Negeri Sebelas Maret) Kentingan Solo, dulunya adalah bekas kuburan Cina yang cukup luas, tak heran banyak cerita mistis di seputar kampus tersebut. Yang terkenal dari mahluk halus di tempat tersebut sering disebut adalah NYAH REWEL. Saya pernah dinasehati dengan logat khas tionghoanya, tentu saja tidak bertemu langsung, tapi dalam tidur ayam saya di suatu siang yang saat itu sepi sekali. Nasehatnya sangat baik, saya hanya disuruh rajin belajar biar cepat lulus, itu saja, karena perkataan berikutnya tak bisa kusimak  saat seorang teman membangunkanku dengan mendadak.Saya sering menemani kakak kelas dari jurusan lukis saat lembur mengerjakan tugas melukisnya, tak jarang saya dijadikan model untuk karya-karyanya, entah menjadi lukisan naturalis atau surealis. Tidak itu saja saya juga sering ngelayap ke kampus-kampus fakultas yang lain untuk bertemu teman atau ada tugas yang berhubungan dengan majalah kampus. Tak jarang saya menginap di rumah teman yang kostnya di seputar kampus kalau rapat usainya terlalu larut. Dengan demikian bertambah pula teman-teman dari fakultas lain yang kukenal. Ada seorang gadis yang selalu kuperhatikan di kamar kost tersebut, namanya Icha Marisha Tak Kuduga, rupanya ia tengah frustrasi ditinggal pacar pergi, ia tumpahkan semua unek-uneknya dalam baris-baris puisi dan ia posting di situs yang cukup ngetop eh ketangkap karena COPAS, semakin bertambahlah kecanggungan dalam sikapnya. Sering melamun dan mengalami kekosongan jiwa. Ketika saya baru pulang dari kampus ke tempat kost teman, sekitar pukul 9 malam,  tiba-tiba Grace menghambur di depanku dengan wajah ketakutan. "Mas, tolong mas," kata Grace memanggil saya dengan suara gugup. "Ada apa?" tanya kami berdua serentak. "Icha kejang, mungkin kesurupan!" ujar Grace sambil mengandeng tanganku menuju kamarnya. Di kamar sudah ada penghuni kost yang lain, cewe semua, ada Clarine, Maria, Viona. "Siapa itu?" tanya saya ketika sudah di depan kamarnya, ternyata ada orang tua yang tengah menangani Icha. "Itu dukun mas, tadi si Clarine yang manggil," bisik Icha mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Dukun apa? Ditanya dulu, entar dukun pijet atau dukun beranak," jawab saya sekenanya. Icha mencubit lenganku sambil mengatakan bahwa itu dukun sakti yang paling terkenal di daerah sini. "Daerah ini memang angker," kata nenek dukun itu setelah berhasil menenangkan Icha dan terlihat tertidur itu. "Setiap setahun sekali harus dipotongkan kambing untuk SAJEN sing MBAUREKSO, penguasa di sini. Kalau tidak dipotongkan kambing, hantu-hantu penunggu sini akan ngamuk," lanjut nenek dukun itu menjelaskan. Walau bertentangan dengan hati nurani, sebagai orang yang dituakan di tempat kost tersebut, walau saya bukan penghuni kost,  saya mengiyakan saja ucapan nenek dukun itu agar tidak mengecewakan.

http://tutinonka.files.wordpress.com/2008/05/img_0099.jpg
http://tutinonka.files.wordpress.com/2008/05/img_0099.jpg
Sepeninggal nenek dukun. "Bagaimana pendapat mas Stef dengan sajen itu, soalnya kami masih lama tinggal di kost ini?" tanya Grace danClarine bergantian. Sementara Jalu, teman yang pulang bersama saya hanya diam saja, maklum dia memang terkenal sebagai lelaki pendiam, saya lah yang sering dijadikan pertimbangan bila dia punya masalah. "Apakah harus kita potongkan kambing, agar kita di sini tidak diganggu hantu itu?" Grace melanjutkan bicaranya. Sejenak saya terdiam, menatap si cantik Icha yang masih terbujur lemas. "Tidak perlu, kita lihat dulu kondisi Icha, apa dia kerasukan atau lagi stres berat saja." Sehabis berkata begitu saya terperanjat ketika Icha bangun dan memanggil namaku. Seperti bukan suaranya, saya ingat bila menghadapi orang seperti ini, harus di pegang anggota tubuhnya sambil berkata tanya "Siapa ini?" Icha masih belum menjawab. Saya pijit tangannya kuat-kuat. "Siapa ini?" "Saya Cik Chen," jawab Icha dengan suara jelas. "Siapa?" tanya saya mengulang. "Cik Chen," suaranya lirih. "Untuk apa Cik Chen merasuki teman kami ini?" "Saya mau minta tolong," katanya lebih lanjut. "Minta tolong? Memangnya ada apa?" "Mamah saya di sandera piaraannya nenek dukun tadi," Kami semua terperanjat mendengar pengakuan itu. Ada kilat menyambar di langit, sepertinya sebentar lagi akan hujan. "Bagaimana saya bisa menolong Cik Chen, alam kita kan berlainan. Saya di alam nyata, anda di alam roh." "Apa benar alam kita berlainan? Saya kok sering melihat kalian di rumah ini dan tak mau membalas sapaan saya?" Kami saling berpandangan. Ruangan menjadi sunyi. Grace dan Clarine dan yang lainnya saling berdempetan ketakutan, Jalu bersedekap diam saja. Meski perasaan dirundung ketakutan, dengan bulu kuduk yang sudah meremang, saya memohon Cik Chen untuk meninggalkan tubuh Icha, tapi Cik Chen bertahan tidak mau meninggalkan sebelum ada kesanggupan untuk menolongnya. "Bagimana cara menolong mamahmu itu?' tanya saya lagi. "Lenyapkan piaraan nenek dukun itu dari rumah ini, ia selalu berada di kamar mandi itu," Kami semua bersamaan memandang ke arah kamar mandi yang berada di sudut rumah ini. Tiba-tiba ada angin menderu kencang, dan pintu kamar mandi terbuka sekejap kemudian menutup lagi. "Itu dia sudah pulang, cepat kamu musnahkan dia agar mamaku bisa bebas pergi bersamaku lagi!" "Dengan apa?" tanyaku bingung. "Terserah kamu kan orang Kristen pasti tau caranya!" Ah, sial bener nih si Cik Chen memaksaku untuk berpikir keras mengingat apa yang mesti kulakukan bila menghadapi hal demikian. "Kamu punya lilin?" tanyaku pada Grace, dan ia mengangguk. "Cepat bawa ke sini!" Setelah Grace membawa lilin, saya pun menyalakannya dan membaca doa yang diajarkan oleh Eyang Paku Wesi leluhurku.
http://ladalada.com/data/juon%20wii.jpg
http://ladalada.com/data/juon%20wii.jpg
"Demi nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, sir eling iku urip, rasa iku Allah, ngaubi Yesus Kristus sing krana ingsun, yen kranaa pucuk gupuk, gigir manik, tes-tumetes tibane sumirat, preg rikala panutupe teguh rahayu kabeh," sambil membaca itu saya berjalan membawa lilin ke arah kamar mandi. Begitu tiba di depan kamar mandi, tiba-tiba pintu terbuka dengan keras, dengan secepat kilat saya lemparkan lilin ke arah kamar mandi. Terjadilah hal yang aneh, ada kobaran api yang besar, saya yang berdiri satu meter dari pintu hanya bisa ternganga, Grace, Clarine, Viona, Maria, Jalu, hanya memandang dengan ketakutan. Ternyata api berkobar hanya sekejap saja, setelah suasana kamar mandi senyap, tampak jelas ada sebatang lilin tergeletak di lantai dan mendadak ada suara memanggil. "Ada apa ini kok masih belum pada tidur?" suara Icha mengagetkan kami, ya suara Icha yang asli, bukan suara Cik Chen lagi. Perempuan memang paling mudah dimasuki makhluk halus, lihat saja berita yang sering kita dengar, sebagian besar kaum hawa lah yang menjadi korban kesurupan, konon kaum hawa lebih labil. "Kamu tadi kerasukan roh halus," jawab Grace sambil memeluk Icha. "Saya tadi bermimpi, ada gadis seusiaku mengucapkan terima kasih telah membantu membebaskan mamahnya," kata Icha mulai menceritakan kejadian yang menimpanya. "Namanya siapa?" tanya saya. "Dia tidak memberitahu namanya," jawab Icha sambil berdiri mengambil handuk. "Saya belum mandi, rasanya gerah sekali," katanya sambil berjalan menuju ke kamar mandi seolah tidak terjadi apa-apa. Kami semua saling berpandangan, hanya bisa diam sambil menunggu Icha mandi, entah apa yang kami tunggu. "Bolehkan saya mengintip Icha mandi, saya kuatir kalau ada apa-apa?" kata saya memandang Grace dan Clarine , Viona, Maria bergantian. "Huuuuuu....!" jawab mereka berbareng sambil menepuk bahuku. Jalu pun tersenyum keki sambil masuk ke kamarnya, seolah tidak terjadi apa-apa. Dan Icha sepertinya menikmati mandinya, ada suara nyanyian yang disenandungkannya begitu indah. Mendadak nenek dukun datang menghampiri kami tanpa terdengar langkah kakinya, semua memandangnya dengan curiga. Matanya menatap ke arahku, aku membalas tatapannya, tidak ada gentar di hatiku.
http://i375.photobucket.com/albums/oo192/wahyukokkang/reklame/Dukun.jpg
http://i375.photobucket.com/albums/oo192/wahyukokkang/reklame/Dukun.jpg
Illustrasi : Faceebook, kaskus.us, pandasurya.wordpress.com, wahyukokkang.wordpress.com, tutinonka.wordpress.com, litarosalia.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun