Huru hara hura-hura selalu saja terjadi di Pasar Besar bernama Kompasiana.com ini, tentu saja dengan topik yang berbeda tergantung suasana yang dihembuskan Kompasianernya. Kompasiana seperti Indonesia kecil, ada aturannya ada yang mengaturnya. Indonesia juga ada undang-undang yang dibuat untuk ditabrak, orang jujur ditendang, Gayus muncul disayang. Itulah bangsa kita, sering tidak mau belajar dari yang baik dan lebih suka BANCAKAN duit rakyat. Semakin banyaknya Kompasianer di Pasar Besar ini apakah akan memunculkan permainan politik licik dan akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan? Apakah semakin banyak anggotanya di sini akan semakin banyak musuh dalam selimut Kompasiana? Untungnya Kompasiana bukan pemerintah, yang suka menekan rakyat dan pejabatnya cuma jalan-jalan ke sana-sini dengan menggunakan anggaran serta tunjangan yang identik dengan kemewahan. Apa mereka memikirkan untuk mengembalikan anggaran untuk kemakmuran rakyat? Para Kompasianers tidak dipungut bayaran ketika membuka lapak di sini, bahkan Adminnya sering memberi hadiah secara kreatif maupun edukatif, barangkali itu salah satu penghargaan bagi para penghuninya yang sudah susah payah mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran demi kemajuan Kompasiana ini, maka saling Sharing dan Connecting menjadi slogannya. Tentu berbeda dengan negara kita Indonesia ha ha ha....(Sebab Indonesia itu lucu berbalut getir). Bayangkan saja warga negaranya harus menanggung beban begitu berat, kemakmuran rakyatnya seperti tak dipikirkan para petingginya. Bagaimana bisa makmur dengan baik bila punya rumah BAYAR PAJAK, punya mobil BAYAR PAJAK, punya gaji BAYAR PAJAK, wiraswasta/berusaha BAYAR PAJAK, pokoknya bekerja ya BAYAR PAJAK, bahkan parkir sampai urusan kencing ya BAYAR PAJAK! Selalu saja pemerintah dengan alasan MERUGI, subsidi BBM DICABUT, subsidi listrik DICABUT, subsidi ini itu pada akhirnya mau DICABUT SEMUA. Pokoknya negara mau untungnya saja, nah bagaimana kenikmatan menjadi warga negara?
http://i195.photobucket.com/albums/z8/nano_meter256/sehpuji.jpg
Memang motivasi seseorang dalam melakukan suatu perbuatan, baik atau buruk, seringkali susah ditemukan alasannya. Satu pihak orang BUTUH KETENARAN, pihak lain BUTUH SANJUNGAN, lainnya lagi ingin disebut NYENTRIK, UNIK, SPESIFIK, SOPHISTICATED, dan lain-lain. Apakah hanya sedikit saja orang yang melakukan perbuatan baik karena panggilan nuraninya? Apakah hanya sedikit saja orang yang melakukan perbuatan baik karena memang kewajibannya? Apalagi ini zaman orang yang cenderung memitoskan hal-hal yang bersifat kebendaan, sungguh sulit tantangan hidup untuk berbuat baik ini. Menjadi
Admin di Pasar Besar yang penghuninya terdiri dari banyak karakter memang tidak mudah, persoalan demi persoalan datang silih berganti, tentu semua tidak dapat diselesaikan hanya dengan berucap : "Sim salabim! Abrakadabra!" saja. Membuat lomba demi kemajuan bersama pasti menerima kritikan dengan bermacam motivasi pengkritiknya. Soal HL jatuh bangun menjadi bahan yang tak melelahkan untuk dibahas, belum soal TER-TER yang lain selalu menjadi perbincangan tatkala tidak ada isyu yang lagi hangat untuk dikumandangkan. Padahal itu semua memang dalam pengawasan dan kekuasaan Admin, kita mestinya memaklumi hal itu, sekali-kali mengkritik tentu juga bukan hal yang tabu, tapi kalau memaki Admin dengan kata-kata yang tidak pantas apakah itu layak?
http://1.bp.blogspot.com/_D-LZxhXlNXY/SMC1_RPl9cI/AAAAAAAAECU/LEmG5rgbr6I/s400/humor-pictures.jpg
Admin juga manusia, mereka bekerja demi menerima sebuah tanggung jawab, kemampuannya menjadi ukuran harkatnya. Memang sebagai manusia, orang yang paling kuat adalah orang yang dapat menguasai dirinya sendiri dengan segala nafsu-nafsunya. Toh, di hadapan Tuhan, manusia tidak lain adalah makhluk paling lemah, namun demikian mempunyai akal dan pikiran untuk menjadi kuat. Coba anda baca pengalaman Admin di bawah ini ketika memasuki malam pertamanya. Sebagai pengelola sebuah situs di dunia maya, ia ingin menggunakan bahasa-bahasa dunia maya dalam merayu sang istri yang baru saja dinikahinya. "Blogger baru akan siap on line, apakah sudah siap untuk chatting?" Sang istri diam saja, malah merebahkan diri di ranjang dan tak lama kemudian tertidur karena kelelahan, maklum seharian melakukan resepsi yang cukup melelahkan. "Blogger baru sudah on line dan siap mengetik sebuah blog baru, apakah mouse-nya siap di klik kanan kiri?!" Admin kembali berteriak melantunkan pesan-pesan istimewanya. Namun tidak ada tanda-tanda yang pasti dari sang istri, dengkurnya menguatkan bahwa istrinya sudah pulas. Memasuki jam 1 malam, justru sang istri bangun dan mencoba membangunkan sang Admin dengan bahasa-bahasa internet juga, "Layar komputer sudah dibuka dan menyala, mouse siap di klik kiri maupun kanannya. Apakah blogger baru siap on line?!" Berulang-ulang sang istri mengatakan hal tersebut, bahkan, nadanya makin lama makin meninggi walau malam semakin sepi, maklum sedang horny berat. Namun si Admin ini tetap dingin saja. Karena jengkel, sang istri mengguncang bahu Admin seraya berteriak lantang dengan nada protes. "Mas Admin ini gimana sih? Aku sudah berulangkali mengatakan sudah on lin, mouse terbuka dan siap di klik, tapi kok bloggernya nggak ada reaksi?!" Admin pun terbangun, masih agak ngantuk menjawab, "Tunggu saja LOADING-nya agak lama!!!" Begitulah nostalgianya sang Admin, kini menuai kembali suatu kritikan yang cukup pedas, disuruh mundur dengan alasan ini itu, pro kontra terjadi seperti biasanya. Akhirnya, demi meredam suasana, Admin pun minta berhenti pada pimpinannya. Pulang ke rumah sang istri bertanya dengan nada heran. "Aku heran, baru 2 tahun bekerja kok sudah minta berhenti hanya karena kritikan biasa kek gitu. Padahal gajimu belum dinaikkan, apa sih yang kau cari mas?" "Pesangon!" Jawab Admin singkat padat dan mantap. Admin, begitu panggilannya di kantor, kalau di rumah panggilannya Minto, nama panjangnya ADMINTO! Illustrasi : downloadgambarlucu.blogspot.com, humorterbaik.blogspot.com, humor-in-photos-and-pictures.blogspot.com,
ngineeringhumor.comBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya