Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pejabat di Indonesia Sering Bertingkah

19 Agustus 2010   11:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:53 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://2.bp.blogspot.com/_l0SIZlxFSoo/TFFkQ5W_PUI/AAAAAAAAA0Y/MytfTIH-NLI/s1600/1smry33o.jpg

Sudah 65 tahun kita merdeka dari penjajahan, apakah rakyat sudah hidup "merdeka" layaknya di negeri sendiri yang GEMAH RIPAH LOH JINAWI ini? ORANG hidup sejatinya pengin hidup nikmat, jauh dari derita selalu sehat sentosa sepanjang masa. Tapi kenyataan hidup sering tidak seperti yang diinginkan, persoalan demi persoalan selalu silih berganti, lebih-lebih persoalan ekonomi sering menjadi hal utama yang menjadikan semua persoalan kian terasa berat. Menjadi miskin, oh tentu bukan cita-cita semua orang, tapi nyatanya banyak yang menyandangnya tanpa bisa dihindarinya. Lalu apa sih yang menyebabkan manusia itu jadi miskin? Ah, kompleks dan makro jawabannya. Kita yang hidup di bumi Indonesia sebenarnya impossible untuk miskin, dibandingkan Bangladesh, Tanzania, Maroko dan sebagainya, karena jauh berbeda dengan keadaan TANAH AIR kita. Lihatlah alam Indonesia yang banyak mengandung kekayaan. Istilah miskin sebetulnya tidak ada, kalau ada orang miskin di tengah-tengah kita, maka kesimpulan kronologisnya adalah, mereka itu DIBUAT MISKIN. Ada sesuatu faktor X yang membuat rakyat miskin.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/61/Jakarta_slumhome_2.jpg/300px-Jakarta_slumhome_2.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/61/Jakarta_slumhome_2.jpg/300px-Jakarta_slumhome_2.jpg
Ketika Bangsa Indonesia masih dijajah, bolehlah berkata yang memiskinkan mereka adalah penjajahan Belanda. Tapi sekarang? Kalangan pribumi juga bisa membuat orang-orang lain jadi miskin. Dulu ada raja-raja yang memiskinkan rakyatnya. Sekarang, ada bisnis, industri dan sebagainya, yang andil memiskinkan rakyat itu. Rumit tapi bisa diambil kesimpulan dasarnya adalah rakyat itu dibuat miskin Bisa terjadi ada orang kehausan padahal dia berada di pinggir kolam atau dekat sumber mataair. Kok bisa ada orang haus di tepi sumber mataair? Pasti ada orang yang membuat orang lain jadi haus.

http://www.kamusekonomi.com/wp-content/uploads/2011/12/Jenis-Jenis-Kemiskinan-Dan-Indikatornya.jpg
http://www.kamusekonomi.com/wp-content/uploads/2011/12/Jenis-Jenis-Kemiskinan-Dan-Indikatornya.jpg
Ada juga orang yang punya kedudukan punya nyali untuk bekoar. Orang kaya berhak mencibir yang miskin bila berbincang perihal harta. Inilah laku fisik keduniawian. Dalam situasi normal, benarkah orang Indonesia tidak mungkin miskin? Bisa kita lihat potensi alamnya berlimpah-limpah. Apa saja subur, alang-alang, rerumputan, pepohonan, ikan-ikan, bahkan cacing juga subur.Kenyataannya, Gajah dan Harimau sampai Orangutan pun sudah mulai dibuat miskin. Binatang-binatang itu mulai kehilangan habitatnya, karena ulah manusia. Lalu kenapa manusia yang MEMPUNYAI AKAL BISA MISKIN di ALAM YANG KAYA RAYA? Sudah miskin sering kena bencana lagi, APES TENAN!!! Jadi mesti ada yang membuat keadaan jadi miskin. Gejalanya bukan kemiskinan, melainkan pemiskinan. Mestinya, kelebihan harta tidak dipakai sebagai senjata penghinaan, tetapi justru merupakan bahan membangun jalan menuju Firdaus. Toh orang yang memiliki kekuasaan semu pun layaknya berkedudukan sebagai pengayom masyarakat, pengarah, pemandu, penuntun, dan predikat senada yang bersifat membantu masyarakatnya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, mereka sering menjadi PELAKU PEMISKINAN.

Kita senang bila melihat perkembangan kemajuan yang dapat menyentuh rakyat yang miskin. Namun, di dunia ini selalu ada yang positif dan negatif. Kalau positif melebihi yang negatif maka rakyat akan lebih makmur namun tidak mudah untuk memperjuangkan hal-hal yang positif. Ada pitutur adiluhur yang mengatakan "Asu gedhe banter njegoge, tetep kalah klawan macan luwe" (Anjing besar nyaring menyalaknya, tapi tetap kalah melawan harimau lapar). Artinya Harimau yang lapar tidak bakalan takut dengan gonggongan anjing besar. Malahan, semakin lantang sang anjing menggonggong, rasa lapar seekor Harimau bakalan bertambah dan siap menerkam serta merobek-robek anjing yang tidak sadar lingkungan itu.

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/03/13311458661793663529_300x393.44262295082.jpg
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/03/13311458661793663529_300x393.44262295082.jpg
Pejabat di Indonesia memang sering bertingkah seperti Anjing besar yang terus menggonggong, menerbitkan banyak undang-undang, aturan-aturan, namun justru mereka sendiri yang melanggarnya. Kasus-kasus korup kakap banyak dilakukan mereka yang berpangkat tinggi, sementara rakyat yang semakin lapar selalu disuguhi drama milyaran rupiah yang begitu mudah dibagi-bagikan untuk kelompoknya tanpa mau melihat rakyatnya semakin sulit menjalani hidup, bagaimana bila rakyat sudah pada batas laparnya? Kita sering salah paham. Seolah-olah yang dibutuhkan orang yang tidak diabaikan itu adalah agar kehidupan ekonominya ditingkatkan. Anggapan demikian salah. Orang kecil dan miskin itu butuh PENGHARGAAN dan PENGAKUAN. Mengharapkan pengakuan bahwa mereka juga warga negara yang benar. Orang yang disapa dengan hormat dan dengan martabat dignity (kemuliaan) akan merasa ikut bertanggung jawab dalam perjalanan kehidupan. Jangan bicara dengan macam-macam teori kalau penghargaan terhadap orang biasa lainnya.

http://bobbymelvin.files.wordpress.com/2011/11/korupsi-karikatur-koruptor-indonesia.jpg?w=400&h=282
http://bobbymelvin.files.wordpress.com/2011/11/korupsi-karikatur-koruptor-indonesia.jpg?w=400&h=282

Illustrasi : Facebook.com,id.wikipedia.org,  kamusekonomi.com,unikmaya.blogspot.com, bobbymelvin.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun