Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menjadi Pejabat Selalu Merangsang

14 Agustus 2010   02:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://4.bp.blogspot.com/_SzJYHvKHSKE/S8b9D_ks3tI/AAAAAAAAASo/O_HTQicVhaU/s1600/bbm.jpg

Permainan sepakbola memang mengasyikkan sama asyiknya dengan merangkai angan demi menebak keberuntungan seolah-olah dalam olahraga tidak habis-habisnya dikaitkan dengan keberuntungan nasib dan semacam ketagihan lainnya. Orang lain berolahraga para penonton bertaruh para cukong bermain kayu para pemain bermain "sabun" tentunya sambil mengerling sebagai tanda tahu diri jangan salahkan penyelenggaranya jangan salahkan pertandingannya jangan salahkan siapa-siapa itu sudah lumrah sejak zaman beheula orang sudah menikmati permainan seperti itu Betapa tidak rakyat bisa kehilangan ingatan walau tidak dapat dibuktikan secara pasti apakah memang ada yang menyebabkannya ataukah karena unsur genetika atau memang ada kecenderungan turunan yang diwariskan dari leluhurnya? Kisah tentang ini akan panjang bila harus dibuktikan secara ilmiah. Sejarah manusia telah membuktikan unsur fanatisme terhadap keberuntungan sudah mapan bangsa-bangsa yang sudah maju memanfaatkan unsur yang terpendam dalam lubuk manusia ini dengan menyalurkan pada titian yang berguna kepentingan orang banyak uang berlebih yang tidak produktif di tangan masyarakat digunakan melalui saluran nasib bagi mereka yang suka me-REKA angan merangkai harapan ketiban rejeki nomplok

http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Images/226270-1104380610903/592719-1146507768794/ID_papuan_children.jpg
http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Images/226270-1104380610903/592719-1146507768794/ID_papuan_children.jpg
Rakyat kecil, ikan teri me-REKA angan demi keuntungan yang lumayan rakyat bertaruh dengan gembira dengan sorak-sorai semua orang berspekulasi dengan hiburannya lama-lama ada orang yang mengecoh harapannya sendiri membenamkan diri dalam lubuk impian yang bukan-bukan. Tidak mudah membayangkannya seorang anak dengan jari sakti dicelupkan ke air menjadi obat mujarab disebut-sebut di seluruh media rumah kumuh tiba-tiba menjadi gaduh pasar taruhan bergema di pojok-pojok dusun bertaruh dengan dirinya sendiri mencari kesembuhan tanpa kesadaran
http://www.templotibidabo.org/Dibujos/david_goliat.jpg
http://www.templotibidabo.org/Dibujos/david_goliat.jpg
Ketika Goliath melawan Daud pertarungan paling aneh di dunia barangkali para prajurit Filistin bertaruh juga mungkinkah kurcaci bisa menang melawan raksasa? Kalah tetapi menang yang merugi yang paling malang yang malang justru yang mayoritas karena yang beruntung jumlahnya pasti sedikit sedangkan yang merugi besar jumlahnya pastilah banyak Rakyat miskin semakin dimiskinkan uang mereka ada, tidaklah seberapa tidak cukup untuk membeli makanan bergizi semua telah diganti dengan harapan yang sulit terwujud karena berjuta manusia ikut berebut angan itu
http://4.bp.blogspot.com/_SzJYHvKHSKE/S8b9D_ks3tI/AAAAAAAAASo/O_HTQicVhaU/s1600/bbm.jpg
http://4.bp.blogspot.com/_SzJYHvKHSKE/S8b9D_ks3tI/AAAAAAAAASo/O_HTQicVhaU/s1600/bbm.jpg
Orang-orang yang terhormat seperti yang dimuat di surat kabar seperti yang keluar di layar kaca siap memberikan janji-janji manis kepada rakyat yang memilihnya menjadi Bupati menjadi Walikota menjadi Gubernur menjadi Wakil Rakyat menjadi Presiden mereka memalsukan angan-angan hatinya merasuk hingga ke tulang sumsum bila tuan yang terhormat sudah berani berjanji apalagi yang bisa diperbuat rakyat jelata yang diwakilinya? Menjadi pejabat selalu merangsang angan tidak ada seorang pun yang sudah menjabat berniat berhenti mereka seperti ketagihan undang-undang kepatutan disiasati anak istri disuruh menggantikannya kalau perlu istri muda pun oke jabatan seperti memiliki daya pukau yang tidak tertahankan dan sejumlah rakyat kecil seperti disihir dirasuki hantu untuk tidak mampu melawannya Jabatan seperti binar-binar cahaya di bola mata yang mampu membutakan pemandangannya ia berkonsentrasi ke satu arah saja ke angan-angan yang melambung dengan segudang harapan benaknya terpusat kepada sejumlah uang yang akan mendatangkan kebahagiaan padanya ia membayang ia berkhayal apalagi nyaris berhasil impian-impian yang muluk semakin menggebu-gebu tanpa melakukan sesuatu untuk rakyatnya yang penting memperoleh yang diidam-idamkannya ia memusatkan perhatian pada modal pengembalian saat berkampanye. Rakyat hanya mampu menampik kemiskinan dan derita ditampik dengan impian muluk ia jelmakan harapan di teluk yang berlubuk dalam tetapi tangannya tak mampu menangkap ikan dari dalamnya sang pejabat pongah menyumbang demi kenikmatan angan-angannya sama-sama merangkai harapan demi harapan namun rakyat miskin terseok-seok menyeret sandal jepit melalui lorong-lorong kehidupan mengumpulkan sedikit demi sedikit penghasilan
http://harykoe.files.wordpress.com/2008/04/penduduk2520miskin.jpg
http://harykoe.files.wordpress.com/2008/04/penduduk2520miskin.jpg
Rakyat polos ingatannya mengada-ada siapa yang peduli nasibnya? Rakyat melarat tengah me-rekareka nasibnya bersama berjuta orang yang sama nasibnya merambah kehidupan yang kejam ini mereka hanya bisa membina dunianya, dunia fantasi dan sang pejabat siap memberikan fantasi bagi mereka semua. Rakyat kecil tidak pernah tahu apa yang bakal terjadi kecuali suatu saat ada malaikat keberuntungan turun ke bumi meletakkan berjuta-juta uang di telapak tangannya atau menghimpun dedaunan dan tersenyum lega menyangka daun itu telah berubah menjadi uang
http://hizbut-tahrir.or.id/wp-content/uploads/2010/02/duit-cover.jpg
http://hizbut-tahrir.or.id/wp-content/uploads/2010/02/duit-cover.jpg
Uang uang uang telah membuat orang ber-uang tetapi juga menjadi Beruang rakyat di ruang pengap tidak pernah menjadi manusia ber-uang namun pikirannya telah ditelan Beruang! Tetapi, duka mana yang harus diratapi? Illustrasi dari Google. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun