Mohon tunggu...
28 selly Atmudah
28 selly Atmudah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Rasa Syukur Budaya Jawa dalam Ritual Selapanan

10 September 2023   19:16 Diperbarui: 10 September 2023   19:57 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia merupakan salah satu bagian dari alam semesta, dengan di jalaninya kehidupan sebagai manusia tidak akan luput dari adanya kemungkinan kemungkinan dari keberuntungan bahkan kesialan, yang mana Ketika mengalami ketidak beruntungan maka manusia akan merasa tidak bersyukur. Ada berbagai cara untuk mengungkapkan rasa syukur, seperti mengungkapkan rasa syukur secara verbal, bersyukur kepada tuhan karena masih di beri Kesehatan dan kesempatan untuk menikmati hidup,dll. Salah satunya adalah di Indonesia yang di kenal memiliki berbagai macam suku, bangsa, budaya yang unik satu sama lain, menjadika masing-masing daerah memiliki karakteristik dari budaya masing-masing. Contohnya adalah pesta rakyat. Setiap daerah memiliki cara, tradisi yang berbeda namunn dengan maksud tujuan yang sama yaitu mengungkapkan rasa syukur. Seperti tradisi sedekah bumi yang populer di berbagai daerah khususnya di pulau jawa. Hal tersebut di lakukan karena sebagai bentuk rasa syukur kepada bumi yang telah memberikan rezeki berupa hasil bumi.

Dalam tatanan masyarakat Jawa sendiri mempercayai bahwa kehidupan di dunia harus berlangsung secara teratur, dengan arti bahwa setiap aktivitas yang di lakukan oleh manusia harus selaras dengan tatanan alam semesta. Ketika terdapat seseorang di antara masyarakat yang tidak melaksanakan dan menyesuaikan diri dengan tata tertib alam, maka di anggap telah melanggarnya dan berbuat dosa, yang juga akan mempengaruhi keadaan masyarakat dan menempatkan masyarakat pada keadaan yang tidak aman. Bagi masyarakat-masyarakat Jawa, melakukan upacra-upacara ritual dengan tujuan untuk selalu menempatkan masyarakat dalam keadaan selaras dengan tertib alam supaya selalu seimbang. Sehingga alam akan memberikan keberkahan dan kenyamanan bagi manusia untuk hidup. Salah satu Upaya yang di lakukan manusia untuk menyelaraskan diri dengan alam adalah melakukan upacara ritual " SELAPANAN '' yang di percaya bahwa apabila melaksanakan ritual tersebut maka akan menjaga dan menjamin kehidupan bayi kedepanya akan selalu aman, di loindungi dan di berkati oleh tuhan.

TBnews.bengkulu.polri.go.id
TBnews.bengkulu.polri.go.id

merahputih.com
merahputih.com

Peterson dan Selingman dalam mengemukakan bahwa perasaan berterima kasih dan kebahagiaan merupakan wujud atas pemberian, baik pemberian dalam wujud momen bersamaan orang tersayang ataupun karunia tuhan berupa kelapangan rezeki dan nikmat lainya. Namun rasa bersyukur tidak lantas hanya di wujudkan Ketika individu memperoleh kelapngan dan kenikmatan saja, melainkan penderitaan juga dapat di syukuri  karena pada dasarnya penderitaan juga tetap karunia tuhan. Menjadi penting terletak pada bagaimana individu mengenai sudut pandangnya serta kemampuanya dalam merespon setiap hal dan peristiwa dalam hidupnya. Apabila kemampuan ini sudah dapat individu laksanakan sepenuh hati serta senantiasa selaras dalam setiap aktivitas individu, maka kedamaian, ketenangan serta ketentraman jiwa akan di peroleh individu dalam menerima dan menjalankan apa yang dianugrahkan oleh tuhanya.

Kebersyukuran atau perasaan bersyukur adalah suatu bentuk rasa yang berhubungan dengan berterimakasih, berpikir positif, menerima, dan memberikan rasa kebahagiaan. Sehingga bersyukur dapat menjadi salah satu pengalaman emosi positif yang dimiliki oleh manusia. Pengalaman emosi positif ini kemudian memperluas pola piker dan pola Tindakan seseorang. Pola piker dan Tindakan yang di perluas ini, secara akumulatif memperkaya sumber dari psikologis individu. Sejalan dengan pandangan ini, Gouldner dan Travis menyatakan bahwa syukur akan mendorong individu untuk saling memberikan kebaikan secara timbal balik. Dorongan individu untuk saling memberikan kebaikan secara timbal balim inilah yang memunculkan suatu hubungan timbal balik.

Masyarakat Jawa identic selalu melaksanakan upacara-upacara tradisi dengan tujuan untuk menyelaraskan diri dengan tatanan alam semesta dan sebagai bentuk rasa syukur karena di berikan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan oleh alam dan tuhan semesta. Namun, akibat adanya pergeseran zaman dan pergeseran secara sosial ekonomi, cara untuk mengungkapkan rasa syukur menjadi jarang di laksanakan sehingga semakin pudar seiring berjalanya waktu. Hal tersebut karena individu hanya berfokus pada dirinya sendiri, baik untuk perkembangan diri maupun pencapaian yang di tuju. Waktu untuk bersosialisasi dan melakukan keeratan dengan individu lainya juga tidaka dapat terlaksana, sehingga pengadaan upacara tradisi selapanan perlahan mulai di lupakan dan cara untuk mengungkapkan rasa syukur menjadi berubah.

Tradisi bisa di artikan dengan sebuah kepercayaan yang telah di lakukan suatu kelompok masyarkat sejak lama. Khususnya masyarakat pedesaan yang masih mempertahankan dan amsih di lakukan. Salah satunya seperti tradisi " selapanan '' yang perlu di pertahankan dalam masyarakat pada masa sekarang ini. Karena tradisi lokal tersebut sebagai modal sosial untuk menumbuhkan solidaritas sosial antar sesame masyarakat. 

Pada acara selapananan, keluarga dan teman teman biasanya berkumpul untuk merayakan pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut.Acara ini sering kali melibatkan upacara adat,doa,serta pemberian sesajen atau makanankepada tamu yang hadir. Dalam bahasa Jawa selapan adalah tigapuluhlima. Perhitungan tigapuluh lima hari ini didasarkan pada kelipatan hari lahir bayimenurut hitungan Jawa (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi) dan hari penanggalanMasehi (Senin, Selasa, Rabu,Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu) karena itulah setiap 35 hari seorang manusia akan mengulang hari kelahirannya. Selamatan selapanan bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan dan kesehatan bayi. Acara selapanan bayi ini biasanya mengundang tetangga kanan kiri untuk menghadiri selametan (kenduren), membaca tahlil dan berdoa bersama-sama dan diakhiri dengan nasi tumpeng yang dibagi rata setelah acara doa selesai untuk dibawa pulangn sebagai oleh-oleh. Untuk pagi harinya yang diperlukan dalam acara selapanan adalah nasi tumpeng beserta sayursayuran, jenang merah putih, jajan pasar, telor ayam yang telah direbus secukupnya. Di dekat tempat tidur si bayi diletakkan sesaji berupa intuk-intuk yaitu tumpeng kecil yang dibalut dengan daun pisang dan dihiasi dengan bermacam-macam warna bunga. Setelah sesajen tersebut semuanya lengkap bayi tersebut rambutnya dicukur dan kukunya di potong yang dilaksanakan bebarengan dengan acara aqiqahan.

gonamaqiqah.com
gonamaqiqah.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun