Mohon tunggu...
285 santi prameswari
285 santi prameswari Mohon Tunggu... Seniman - Its Jojo

Ilmu Komunikasi UMM

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Bebas Berekspresi?

21 Juni 2021   21:51 Diperbarui: 21 Juni 2021   22:47 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang kita tahu, media merupakan tempat atau wadah untuk kita menerima dan membaca Informasi. Mulai dari Pendidikan, Kesehatan, Hiburan, hingga politik. Media saat ini juga sangat berpengaruh pada mindset suatu bangsa karena hampir sepanjang waktu, dan setiap hari kita menggunakan dan mendapat informasi dari media massa.

Adanya Informasi yang datang lewat media massa seperti di televisi juga sangat berpengaruh pada mindset masyarakat Indonesia pada khususnya. Terlebih, di Indonesia sendiri terdapat Undang Undang Pers yang menjamin kemerdekaan pers, seperti yang tertuang dalam Undang Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers. Yang diantaranya "Terhadap Pers Nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran."

Pada saat ini, Berita berita di Televisi, di Media sosial, maupun di Web banyak sekali yang menyebarkan tentang berita Covid-19 yang sedang merajalela di bulan bulan tertentu saat ada hari raya besar, atau akan masuk sekolah. Entah bagaimana bisa kebetulan atau hanya sekedar  permainan dari pemerintah. Dan berita berita itupun bisa merubah mindset masyarakat Indonesia pada khususnya karena dapat menakuti warga Indonesia sendiri. Yang awalnya sudah sedikit stabil tentang berita Corona, sekarang naik lagi. 

Terlebih, anak anak yang sudah bersiap untuk Kembali ke sekolah, harus pupus harapannya karena berita Covid ini. Sejak kemunculan Covid-19 semua sekolah diliburkan, semua sekolah di tutup, semua sekolah tidak boleh digunakan. Tidak ada aktivitas satupun yang ada disekolah. Anak anakpun sudah mulai bosan berada di rumah, ibu ibu yang mengajari anaknya pun juga sudah Lelah. Mereka berharap walaupun adanya Covid-19 ini, tidak usah di besar besarkan dan yang terpenting adalah tetap menjaga protocol Kesehatan di sekolah.

Para pekerja berat yang berada di luar lapangan juga menginginkan mereka bisa menghirup udara dengan bebas. "saya juga butuh oksigen untuk bernafas, jangan terlalu di lebih lebihkan beritanya". Kata Jodi,20th Pekerja di PLTU.

Smentara Work From Home yang dijalankan oleh para pegawai yang bekerja di dalam ruangan sebenarnya bisa, namun kurang efektif karena tidak bisa mengobrol dan bertatap muka langsung.

Sedangkan di Mall mall, dan tempat wisata seperti di Malang yang notabennya adalah Kota Wisata. Mereka malah membuka dan banyak sekali pegunjumg yang datang kesana.  Sehingga, banyak juga yang pulang dari sini terpapar Covid-19. Seperti yang dialami oleh satu keluarga yang berada di pasuruan, mereka positif corona sejak pulang dari berwisata di Batu, Malang.

Kampus kampus di Indonesia juga masih banyak yang tutup, terutama di Malang, banyak Mahasiswa yang sudah berada di Malang tetapi mereka belum masuk kampus karena hanya ingin beratatap muka langsug dengan dosen yang ada di Malang. Semua kegiatan mereka lakukan di Luar kampus, seperti di caf, gazebo, dan yang lainnya. Sehingga, sebenarnya di kampus pun bisa seperti di Mall yang tetap menggunakan protocol Kesehatan dan tetap bisa menjalankan kegiatan seperti biasanya, kasihan mereka, semua serba olnline dan tidak mendapat fasilitas dari kampus. Terlebih setelah ada berita lockdown lagi mereka yang harusnya praktek lapangan harus pupus dan menundanya Kembali.

Bioskop bioskop di kota malang pun juga sudah banyak yang mulai di buka dengan adanya protocol Kesehatan dan di beri jarak pada bangku penonton. Tetapi, penonton banyak yang ngeyel dan tetap duduk berduaa. Mereka tetap berdempetan dan itu sudah melanggar protocol Kesehatan, walau sebenernya ini juga upaya untuk pembuat film di Indonesia.

 Film maker sendiri, juga sangat susah payah di era seperti ini, terlebih protocol Kesehatan yang ketat membuat biaya produksi film juga lebih banyak tetapi penontonnya berkurang. Adaya Netflix, Viu, dan streaming film lainnya membuat sedikit film maker senang karena karya mereka bisa tetap di tonton. Tetapi ada kendala lain, yaitu pembajakan film dan disebar gratis membuat para film maker harus gigit jari.

 Seperti kejadian pada contoh contoh di atas, membuktikan bahwa Media Pers sangat berpegaruh bagi kehidupan warga Indonesia. Seharusnya media pers juga membantu menyebakan berita berita positif tentang covid-19 agar warga Indonesia juga sehat dan tetap positif thinking.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun