Mohon tunggu...
Ata Waibalun
Ata Waibalun Mohon Tunggu... -

pendidikan di yogya hobi sepak bola dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Terbuka Untuk Presiden Terpilih Bapak Jokowi

12 Juli 2014   18:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:33 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak Jokowi yang kami hormati. Sumbangan teramat kecil itu, tentu saja bukan untuk menyandera Bapak agar memperhatikan atau memperlakukan kami secara khusus. Tidak, sama sekali tidak pak. Kami hanya ingin di masa pemerintahan Bapak negeri ini semakin maju, tanpa korupsi, tanpa diskriminasi. Kami hanya ingin negara hadir di saat kami memerlukan. Negara hadir di saat tempat ibadah diduduki. Negara hadir di saat warga menghadapi bencana. Negara hadir di saat ada pihak yang sesuka hati melakukan sweeping seolah-olah mereka mendapatkan mandat dari negara. Negara hadir di kala ada pihak mengobrak-abrik atas nama agama. Singkatnya negara hadir di saat rakyat memerlukan.

Pak Jokowi, saat Indonesia sudah berusia 69 tahun, baru satu Presiden mengunjungi daerah kami. Itulah Bung Karno, Bapak Bangsa dan Pendiri Republik ini. Kalau dulu mungkin karena kami tidak punya lapangan terbang, sehingga sangat terpencil sehingga tidak bisa dikunjungi. Tetapi kini sudah ada lapangan terbang pak. Bapak bisa mendarat di Gewayan Tanah, tidak harus melalui perjalanan darat dari Maumere, Sika yang berjarak sekitar 120 km dari daerah kami.

Barangkali Bapak menjadi Presiden kedua yang bisa melihat daerah kami secara langsung. Jangan seperti Presiden-presiden sebelumnya yang datang ke NTT dan Flores kalau ada bencana. Kami ingin Bapak mengunjungi kami di saat kami bergembira. Jadi wajah kami di layar televisi tidak selalu wajah susah karena bencana, tetapi wajah gembira menyambut kehadiran Presiden yang sederhana. Saya sedih dengan anekdot yang menyebutkan: NTT itu Nasib Tidak Tentu, atau Nanti Tuhan Tolong, atau Nasib Tergantung Tetangga, dan sebagainya yang minor.

Daerah kami memang panas, pak. Tetapi saya yakin Bapak bukanlah tipe pemimpin yang suka di balik meja dan mendengarkan laporan asal bapak senang (ABS). Di Jakarta saja Bapak bisa masuk ke selokan, got, apalagi hanya sekadar panas, itu tak sulit bagi Bapak. Bahkan hampir setiap hari Bapak turun di lapangan sehingga kulit Bapak pun sama seperti saya, mulai gosong hitam, bukan kulit anak Istana yang mulus.
Sebentar lagi KPU mengumumkan hasil akhirnya. Kami percaya dan berdoa agar tidak ada perubahan. Setelah itu Bapak akan dilantik pada Oktober nanti. Selamat bertugas pak. Doa kami yang jauh dari Jakarta ini menyertai tugas Bapak lima tahun ke depan. Sekaligus saya ingin menyapa: Selamat Datang di Larantuka, Kota Tercinta...

Ata Waibalun
12 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun