Mohon tunggu...
Hasbi Zainuddin
Hasbi Zainuddin Mohon Tunggu... profesional -

Sedang menjalani rutinitas sebagai jurnalis. dan selalu berusaha menyajikan berita yang mencerahkan dan mencerdaskan. Setidaknya, melanjutkan tradisi para nabi dan rasul yang dijuluki "pembawa kabar gembira."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nurdin Abdullah; Berawal dari Niat Membahagiakan Ibu

16 Juni 2014   02:29 Diperbarui: 5 September 2015   07:24 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah juga, di saat istrinya melahirkan anak pertama, dan dibawa ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah. "Saat itu, saya sudah selesai Sarjana S1. Karena anak rektor, istri saya langsung dirawat di VIP. Padahal, saya yang tanggung biayanya tidak punya uang," tukas dia. Akhirnya, biayanya ditanggung mertua. [caption id="" align="alignnone" width="315" caption="BERSAMA ISTRI"]

BERSAMA ISTRI
BERSAMA ISTRI
[/caption]

Setelah melahirkan anak pertama, Nurdin memutuskan meninggalkan rumah jabatan rektor. Kepada Mertuanya, Nurdin menyampaikan sudah punya rumah yang siap ditinggali. Padahal, rumah yang terletak di belakang Kantor Dinas Bina Marga Sulsel itu milik seorang temannya yang kebetulan kosong.

"Pemiliknya pindah ke Palu, dan saya menjadi penjaga rumah itu," tutur dia. Berkat pernikahan dengan puteri rektor itu, Nurdin mengubah nasibnya. Dia meraih beasiswa pascasarjana ke Universitas Kyushu Jepang, dan mendapat jaringan luas, hingga menjadi pengusaha. Dia akhirnya sering mentraktik ibunya makan di berbagai warung kesukaannya. "Ibu saya itu kalau punya uang, pasti pergi makan di warung Pangkep Andalas. Kalau bukan itu, makan Ayam Bakar Sulawesi. Saya juga akhirnya ikut suka makan di sana," tutur Nurdin.

Kunci Utama: Jujur dan Kerja Keras

[caption id="" align="alignnone" width="303" caption="MENCOBA BANTUAN KEBERSIHAN"]

MENCOBA BANTUAN KEBERSIHAN
MENCOBA BANTUAN KEBERSIHAN
[/caption]

SAAT kuliah di luar negeri, Nurdin mengikuti banyak kegiatan ekstra. Membangun relasi dengan pemerintah kota, pengusaha-pengusaha Jepang, hingga aktif di organisasi senat mahasiswa. Nurdin menyelesaikan jenjang Magister dan Doktor Bidang Agrikultur dalam rentang waktu enam tahun lebih. Selama itu pula, dia memimpin organisasi yang menghimpun mahasiswa-mahasiswa asing di Kyushu, namanya Fosa.

Saat itu, di sekitar tahun 1990, pertumbuhan ekonomi Jepang cukup pesat. Banyak pengusaha Jepang yang ingin berinvestasi ke luar negeri. Saat Nurdin menjadi ketua Fosa, dia menyusun program presentase terkait potensi negara masing-masing mahasiswa asing di Universitas Kyushu. "Jadi mahasiswa-mahasiswa asing ini mempresentasekan potensi negerinya di depan pengusaha-pengusaha. Mahasiswa-mahasiswa ini juga harus siap mengantarkan pengusaha ke negerinya, dan memediasi proses investasinya, jika pengusaha ini tertarik," kata peraih penghargaan bidang pertanian dari Presiden pada 2009 itu.

Fosa juga membuat program distribusi barang-barang perabot bekas warga Jepang, ke sejumlah warga lain yang membutuhkan. Itu membuat Fosa menjadi organisasi yang dekat dengan pemerintah, dan mendapat anggaran lima juta yen setiap tahun. "Kita bikin program rekreasi keluarga, dan mendapat banyak sponsor bank-bank," ceritanya.

Namun, program presentase potensi daerah itu membuat Nurdin dipercaya pengusaha, salah satunya pengusaha yang bergerak dalam hasil laut. Nurdin memperkenalkan potensi ikan tuna yang besar di Indonesia. Maka, dengan saham dari perusahaan tersebut, Nurdin mendirikan Some Kawa Industry Co Japan di Bali. Perusahaan itu membantu mendorong daya saing ekspor ikan Indonesia. Bahkan sukses menyelamatkan satu perusahaan BUMN, PT Perikanan Samudera Besar, dari ancaman failit.

Nurdin yang belajar banyak pola penangkapan ikan dari Jepang, dengan status jebolan S3 Universitas Kyushu, kerja keras dan ikut berlayar mengarungi samudera, bersama para nelayan penangkap tuna. "Bayangkan kerja kita waktu itu dari pukul 15.00 sore sampai pukul 03.00 subuh. Kita tidak pulang sebelum masuk itu ikan ke dalam kapal pengangkut," ujarnya. Dengan teknik penangkapan ikan yang lebih efektif, Nurdin membuat kualitas ekspor ikan-ikan yang ditangkap meningkat.

"Awalnya cuma 30 persen hasil tangkap yang layak ekspor, karena sebagian di antaranya rusak terbentur geladak kapal. Kita bisa tingkatkan sampai 80 persen," urai Nurdin dengan penuh semangat. Perusahaan itu akhirnya menjadi eksportir ikan terbesar di Indonesia. Kerja keras dan kejujuran Nurdin kian mendapat perhatian investor Jepang dan Nurdin kembali mendapat tawaran untuk mendirikan industri pengolahan kayu menjadi batsudan dan benda budaya Jepang, PT Maruki International. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun