Mohon tunggu...
Akung Krisna
Akung Krisna Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang yang masih terus berusaha memperbaiki diri, salah satunya dengan jalan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duren Ramadhan

26 Agustus 2011   06:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Yuuk...kita beli duren! tapi durennya tak perlu kita makan kita hanya butuh kardusnya saja, kawan! Yaah..betul, kardusnya lebih penting dari durennya Kita perlu untuk membungkus uang satu setengah milyar Milik bersama kita Hasil 'kerja keras' untuk keluarga Untuk beli rumah mewah isteri kita tercinta Untuk beli mobil anak kita tersayang Untuk beli kado lebaran orang tua kita terhormat Untuk bagi-bagi te-ha-er para tetangga baik Si penjual Duren bukannya malah gembira Durennya di borong Tuan-tuan berdasi necis Ia hanya tersenyum miris, dalam hatinya berbisik, "Apakah mereka menyangka bahwa Tuhan itu bisa dikecoh hanya dengan sebuah kardus duren?" Pulanglah penjual duren ketika habis terjual Sambil melangkah pulang ke gubuk reyotnya di tepian kali Ciliwung Lelaki tua itu tak henti lafadzkan Ya Allah Ya Bashir.... Tiba di rumah lanjut bergegas ke langgar di ujung gangnya bercampur menyatu dengan tetangga-tetangga yang asyik berpesta pora yang tenggelam dalam gapaian maghfirahNya pada malam sepuluh terakhir ramadhan berharap dan berlomba agar dijauhkan dari sentuhan api nerakaNya Teringat lelaki tua akan sebuah kalimatullah yang baru kemaren di dengarnya dari Guru ngaji di kampungnya itu sepenggal dari surah An Nisa ayat 108: " Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah..." Lelaki tua duduk bersila Lelaki tua pejamkan mata Lelaki tua gerakkan bibir terisak dan terbata bersenandung doa pusaka ajaran almarhum kakeknya, Astaghfirullah robbal baroya... Astaghfirullah minal khotoya... Robbi zidni ilman nafi'aa... Wawaffikni amalan sholiha... Berulang-ulang, lirih suaranya Tak terasa air matanya mengalir di pipi keriputnya! Jakarta, 26 Ramadhan 1432 H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun