Entah apa yang merasuk dalam sukma
Saat logika tak berfungsi
Saat jiwa tak terkendali
Hentakan emosi datang menyambar
Cepat seperti kilat
Darah mulai memuncak
Tak sadar emosi tak terkendali
Tiba-tiba tangan iniÂ
Melempar secepat kilat
Gagang sapu mendarat di kepalamu
Begitu nyaring bunyinya
Saat itu juga jeritan terdengar
Begitu keras diiringi suara tangis histeris
Kuterpaku tak sadar
Telah melukaimu
Kutak bisa menahan emosi
Tubuh dan hatiku gemetarÂ
Melihat kau menangis histeris
Kutelah dikuasai emosi
Hingga tidak bisa menahan diri
Ku akui aku bersalahÂ
Melukai diri dan asamu
Tapi itu kulakukan demi kau
Supaya kau bisa menjaga akhlakmu
Terhadap ibumu
Kau telah melukai hatiku
Dengan ucapan yang kasar
Kata yang kau lontarkan "Goblok luh"
Kata itu tak pantas kau ucapkan terhadap
Orang yang telah berkorban untukmu
Selama ini aku telah mendidikmu dengan baik
Tapi lingkungan sebayamuÂ
Membuat kau seperti ini
Siang malam selalu aku berdoa
Agar bisa mendidikmuÂ
menjadi anak solehah
Kau satu-satunya permataku
Yang kelak bisa menuntun kuÂ
Menuju ke surga-Mu
Â
Jakarta, 22  Februari  2020