Mohon tunggu...
Aliah
Aliah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru di SMPN 278 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sesal

22 Februari 2020   18:10 Diperbarui: 22 Februari 2020   18:16 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Entah apa yang merasuk dalam sukma

Saat logika tak berfungsi

Saat jiwa tak terkendali

Hentakan emosi datang menyambar

Cepat seperti kilat

Darah mulai memuncak

Tak sadar emosi tak terkendali

Tiba-tiba tangan ini 

Melempar secepat kilat

Gagang sapu mendarat di kepalamu

Begitu nyaring bunyinya

Saat itu juga jeritan terdengar

Begitu keras diiringi suara tangis histeris

Kuterpaku tak sadar

Telah melukaimu

Kutak bisa menahan emosi

Tubuh dan hatiku gemetar 

Melihat kau menangis histeris

Kutelah dikuasai emosi

Hingga tidak bisa menahan diri

Ku akui aku bersalah 

Melukai diri dan asamu

Tapi itu kulakukan demi kau

Supaya kau bisa menjaga akhlakmu

Terhadap ibumu

Kau telah melukai hatiku

Dengan ucapan yang kasar

Kata yang kau lontarkan "Goblok luh"

Kata itu tak pantas kau ucapkan terhadap

Orang yang telah berkorban untukmu

Selama ini aku telah mendidikmu dengan baik

Tapi lingkungan sebayamu 

Membuat kau seperti ini

Siang malam selalu aku berdoa

Agar bisa mendidikmu 

menjadi anak solehah

Kau satu-satunya permataku

Yang kelak bisa menuntun ku 

Menuju ke surga-Mu

 

Jakarta, 22  Februari  2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun