Saat ini Artificial Intelligence (AI) telah menjadi salah satu topik yang sering dibahas. Hal ini dikarenakan teknologi AI semakin canggih dan dapat membantu pekerjaan manusia di berbagai sektor, termasuk sektor pekerjaan. Di satu sisi, AI menawarkan banyak keuntungan dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan inovasi di berbagai sektor. Namun, di sisi lain, hal ini menimbulkan kekhawatiran  bahwa teknologi ini dapat menggantikan pekerjaan mereka. Artikel ini akan membahas mengenai prespektif dari beberapa pihak  mengenai dampak AI terhadap pekerjaan.
Apa itu AI dan Dampak Penggunaannya?
Artificial Intelligence atau yang dikenal dengan AI adalah sejenis teknologi di bidang ilmu komputer yang memiliki kemampuan khusus untuk memecahkan masalah. Pada beberapa sektor seperti manufaktur, keuangan, pelayanan kesehatan, dan bidang lainnya. AI telah menggantikan pekerjaan dalam tugas-tugas berulang seperti kasir, telemarketer, dan layanan pelanggan. Proses ini sendiri memungkinkan bagi perusahaan untuk lebih menghemat biaya dan mengurangi kesalahan manusia (human error).Â
Di satu sisi, pekerjaan yang digantikan oleh AI berdampak pada peningkatan pengangguran. Seorang pakar Wall Street memperingatkan bahwa implementasi teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dapat menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan berpotensi menimbulkan keresahan sosial. "AI memiliki potensi besar untuk keuntungan ekonomi tetapi dampak sosialnya juga sangat mengkhawatirkan," kata Armen Panossian, CEO Oaktree Capital seperti dikutip NYPost. Ia menyoroti risiko bahwa banyak pekerja yang hidup dari gaji ke gaji bisa kehilangan pekerjaan dan tidak siap menghadapi perubahan ekonomi yang dibawa oleh AI. Pernyataan Panossian ini sejalan dengan prediksi berbagai studi yang menunjukkan bahwa AI dapat secara drastis mengubah pasar tenaga kerja global. Misalnya, laporan Goldman Sachs memperkirakan bahwa AI generatif bisa mempengaruhi 300 juta pekerjaan penuh waktu secara global, sementara laporan McKinsey pada 2017 memprediksi bahwa hingga 800 juta pekerjaan bisa terotomatisasi pada tahun 2030, memaksa ratusan juta orang untuk berganti pekerjaan atau belajar keterampilan baru.
Namun, di sisi lain, AI memiliki potensi besar untuk mendukung pekerjaan manusia. Seperti dalam bidang pendidikan, keuangan, dan kesehatan. AI membantu dalam pendeteksi penipuan di bidang keuangan dan dalam pelayanan kesehatan AI mampu mengelola data-data secara efesien dan lebih cepat. Menurut pendapat beberapa ahli, AI diciptakan untuk memudahkan manusia, dan manusia merupakan operator yang mengendalikannya. Beberapa profesi juga diuntungkan dalam hal ini, seperti penjual online shop yang dimudahkan dengan aplikasi bot yang dapat menjawab pesan pembeli secara otomatis dan jurnalis yang menggunakan transkiptor untuk memudahkan transkipsi video menjadi bentuk teks. Dengan punahnya beberapa pekerjaan, peluang baru muncul dengan 62% pekerjaan tambahan yang diproyeksikan berkembang di sektor konstruksi, transportasi, pariwisata, dan ritel.
Apa yang Harus Disiapkan?
1. Peningkatan Keterampilan (Up-skilling dan Re-skilling)
SDM perlu terus dikembangkan mengenai keterampilan mereka agar dapat bersaing dengan AI. Ini termasuk keterampilan dalam teknologi baru, pemrograman, analisis data, dan keterampilan interpersonal yang tidak dapat dengan mudah digantikan oleh mesin, seperti kreativitas dan kecerdasan emosional.
2. Persiapan pelatihan sejak di jenjang pendidikanÂ
 Pelatihan teknis dan non-teknis yang terstruktur bisa mempersiapkan pekerja untuk transisi karier yang lebih mudah.
3. Fokus pada Keterampilan Manusia yang Tidak Dapat Digantikan oleh AI