Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang perempuan, seorang anak, seorang Ibu, seorang Istri juga seorang manusia. Bukan pecinta kopi tapi penikmat beras kencur

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bangun Kesiangan

29 September 2024   11:13 Diperbarui: 29 September 2024   13:39 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari berikutnya aku hampir 24 jam bersama Rio untuk sebuah Event perusahaan. Aku Rio dan Lintang satu Tim. Lintang sangat detail terhadap ketepatan waktu. Adapun aku dan Rio hanya menikmati panggung.

Saat sesi break makan siang datang aku mengambil makan siang untuk sepiring bertiga. Makan sepiring bertiga atau orang Jawa menyebutnya "kembulan"  Atau Tajamu' Kalangan Arab dan iklim Ma'had  menyebutnya. Aku dan Lintang mengobrol khas perempuan dan Rio seperti biasa mendengarkan saja dan sesekali menimpali seperlunya. 

Saat itu aku sering mobile di lokasi acara ke Asrama ku. Karena hari itu aku dibelikan motor baru oleh ayahku. Ada beberapa urusan administrasi yang harus aku urus. Well aku meminjam motor Cava tim Humas. Aku pun dengan tanpa perasaan bersalah mengembalikan motornya tanpa mengisi bensin. Betapa terlalunya aku sampai-sampai Cava bilang" Iih bensinnya abis ga diisi" Selorohnya tertawa tapi sewot. Tapi tidak ku pusingkan. "Teman masa gitu" Timpalku tambah bikin kesal. 

Menjelang Isya aku ingin sholat dan aku mengajak timku untuk sholat berjamaah. Aku memiringkan sajadah untuk arah kiblat dan Rio langsung berseloroh "Muhammadiyah banget mak" Dengan matanya yang sewot. 

Aku pun menjulurkan lidah dan mata melotot yang licik tanda "peperangan" Dimulai. Lintang melihat itu langsung menyudahi "ayo cepetan mulai. Rio kamu imam".  Perintah Lintang." Ya iyalah satu-satunya cowok di sini cuma aku" jawab Rio ketus. 

Malam hari berlangsung. Aku pun mengantuk dan me ngobrol-ngobrol sebentar dengan tim lain. Karena besok harus bangun pagi. 

Sebelum mataku terpejam Aku melihat ke arah keyboard di laptop ku dan memperhatikan tombol PRNTSCRN. Damn it! aku teringat Rio meng screenshot rundown Acara beberapa minggu kemarin. Pertama kalinya aku mengetahui fungsi tombol itu setelah bertahun-tahun. Setiap aku melihat tombol itu setiap itu juga aku ingat dengan Rio.

Subuh hari datang dan peserta dari Perusahaan sudah bersiap untuk  memulai training mereka dengan dimulai sholat shubuh. Aku merasa puas karena Training perusahaan kali ini bisa dimulai lebih pagi dan bangun sebelum matahari terbit. Tidak seperti tahun kemarin cukup molor dan lambat. 

"Jangan sampai kesiangan kayak tahun kemarin, nanti yang Muslim sholat subuhnya telat" Ucapku bawel seperti ibu-ibu cerewet warga +62.

"Lingkunganmu  tinggal di Asrama sih kamu Camelia, bisa bangun subuh. Coba di Kosan kayak kita" Celetuk Rio.

Aku mengangkat alis tidak menanggapi serius. Dalam hatiku apa susahnya bangun sebelum matahari terbit dalam hatiku ngedumel. 

Dan sepuluh years later after i have baby dan a roalcoaster relathionahip Pernikahan finally aku tahu kenapa Rio bilang begitu. Aku merasa menjadi hamba Tuhan yang dzalim. 

Tidak seperti  Muhammad Haikal yang sengaja terang-terangan membuntuti ku sepulang Kuliah. Kali ini  tombol PRNTSCRN  yang mengikutiku sepanjang hari.  Aku heran dan seperti menyingkirkan ketombe di atas bahuku. Kendati sudah dibersihkan ia akan datang lagi esok lagi. Mengapa esok hari akan  datang lagi? Karena ketombe ini jenis Psoriasis. Butuh resep dokter 

Sehari-hari aku menghabiskan waktu di depan laptop. Kehidupan postpartum yang melelahkan dan sangat sulit untuk bisa bangun pagi. Sungguh  Pada Kesempatan  bangun kesiangan ini aku seperti sedang mendapat Ain.  

Apa itu Ain. Jawabnya adalah kena mata. Tidak menyebut  Asma Allah atas kebaikan, kejelekan, kesenangan dan musibah yang terjadi pada seseorang. Dan kelak hal itu bisa berpindah pada diri kita sendiri. Bisa sama persis. Bisa sebaliknya. 

Rio bukanlah Ain tapi Rio seperti hantu. Tidak ada orangnya tapi kenangan tentangnya sungguh Menghantui

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun