Ibukku disebut berkualitas jelek, rasanya hatiku bergemuruh marah. teganya memandang ibuku begitu. aku akan tunjukan bahwa hal itu salah.
Ibuku Menikah dengan pemuda miskin yang tidak memiliki apa-apa bahkan tanah sejengkal pun tak punya. bagaimana orang menikah dan tidak punya sejengkal tanah. mau membangun rumah tangga seperti apa.
Dari sekian saudara ibuku. Pernikahan ibuku adalah satu-satunya pernikahan yang tidak memiliki bukti fisik sebuah foto. sehingga aku mencurigai, hubungan pernikahan ibukku tidak direstui oleh Nyonya Leman.
Itulah mengapa aku sangat sensitif sekali terhadap pernikahan. aku bahkan masih sangat belia usiaku baru 17 tahun. Aku bahkan belum tamat sebagai siswi tingkat Aliyah.
 Hal lain yang lebih menyebalkan lagi bagiku adalah ketidakpekaan ku, kepolosanku, ketidaktahuanku sendiri.  Jika aku telah didekati oleh Sumitro maka aku pun tidak tahu. Aku Bahkan tidak tahu kalau Sumitro sengaja menjadi Guru Sekolah Dasar yang sudah  memyandang gelar PNS hanya demi lebih dekat secara latar belakang dengan kakekku Bapak Sukaca.
Sumitro juga  memiliki rumah dan kendaraan yang layak.  Kerap kali setiap aku pulang dari mengaji di masjid ia selalu berjalan di belakangku. Kebetulan rumah kami tidak begitu jauh. Rumah kami hanya berjarak empat rumah saja.
Aku gadis kecil yang polos. Aku pikir tidak ada artinya bila setiap aku selesai pulang mengaji pulang bersama. Â Karena memang Sumitro sudah biasa ke Masjid sedari dulu.
 Aku pikir juga tiada artinya bila ia menanyai bagaimana aku mengalami kesulitan dalam bersekolah terutama komputer. Saat itu masih jarang buku tentang komputer. Dengan sukarela ia membawakan buku komputer itu selepas isya sehabis aku selesai mengaji di masjid.
Aku pikir tidak ada artinya saat ia bercerita kepada teman-temannya di serambi Masjid. Â ia bercerita sembari menunggu iqamat. Â Ada salah seorang muridnya yang sangat mirip denganku.
sehingga hal itu membuatnya selalu ingat denganku. Aku terlalu kecil untuk mengerti semua perhatian dan kebaikan budinya.
Aku kira semua itu hanya sebatas kebaikan Budi tanpa ada maksud lain. tapi ternyata setelah aku dua tahun merantau meninggalkan kampung halamanku. ia telah datang menemui bibiku mengutarakan isi hatinya bermaksud untuk meminangku.
aku merasa dibohongi dengan semua kebaikan budinya. aku merasa ditipu. aku merasa bodoh mengapa aku sampai tidak tahu.