Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Dalam perpisahan senja lebih bijaksana Ia pergi dengan keindahan sedang kita berpisah tapi masih bersatu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalender dan Luka di Hati

25 Oktober 2022   12:32 Diperbarui: 25 Oktober 2022   12:36 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu Hari saat sedang menyampaikan nama-nama bulan Masehi yang umum digunakan oleh masyarakat Indonesia tiba-tiba aku terhenyak mendengar suara dari kelas sebelah

"kalender Hijriah orang Islam Kalender Masehi orang kafir" Suara itu terdengar Menggema dan membuat lidahku saat itu Kelu.

dalam hatiku, benarkah Kalender Masehi itu orang kafir, benarkah bila menggunakan kalender Masehi itu orang kafir? Lidahku rasanya saat itu ini menyanggah dan mengetuk pintu kelas sebelahku. aku hentikan niatku. aku perlu melanjutkan kelasku. Tidak lama kemudian salah seorang murid di kelasku berujar"ini kalender yang dipakai orang kafir" ia sambil menunjuk bulan Desember di dinding.

Aku pun tersenyum. aku teringat pesan guruku terdahulu. kebodohan adalah pintu gerbang kebencian. setiap aku merasa benci setiap itu pula aku mengingat pesan guruku dahulu."Menurutmu kenapa Kalender Masehi itu punya orang Kafir" tanyaku penasaran benar-benar Ingin tahu. "kan kalender Masehi berpatokan sama kelahiran Nabi Isa" Jawabnya santai. Aku pun bertanya lagi dengan santai, Bukannya Nabi Isa juga Nabi kita umat Islam? Kita juga wajib beriman kepada 25 Nabi bukan?Nabi Isa termasuk di dalamnya" Jawabku sederhana.

Saat itu semua terdiam. aku pun terdiam. Murid-muridku pun juga demikian. Aku menghela nafas kembali ke papan tulis. kembali berbicara bagaimana seharusnya kita menulis nama Bulan dalam penggunaanya di sebuah tulisan. 

inti dari cara penulisannya adalah menggunakan huruf kapital di awal kata bulan Masehi yang hendak ditulis. Tidak hanya nama bulan Masehi saja. Bulan Hijriah, bulan dalam penanggalan Jawa atau Bulan dalam penanggalan lain.

aku mencukupkan pelajaran menulis Bulan dalam Kalender Masehi hari itu. aku mengambil nafas panjang dan terdengar kembali suara itu dari kelas sebelas. Hari yang panjang pikirku dalam hati.

Saat waktu yang ku punya dalam kelas masih cukup aku ingin menambahkan banyak hal tentang kalender. sebuah penemuan hebat yang memberikan banyak manfaat pada masa ini. 

aku hanya ingin memberi tahu, di Iran dulu ada seorang yang memiliki sebuah rumah mungkin sekarang bisa dibilang hotel selalu ada tamu yang menginap di rumahnya untuk melanjutkan perjalanan. catatan berapa lama para tamu itu tinggal setiap hari semakin terkumpul banyak. catatan itu kemudian disebut sesuai dengan si penulisnya yaitu kalendar, baca kalender.

aku juga ingin menyampaikan bahwa Penanggalan Masehi itu berdasarkan bumi mengelilingi matahari adapun Kalender Hijriah berdasarkan bumi mengelilingi Bulan. Setiap Kalender memiliki patokan dasar dalam perhitungannya sendiri.

Selain Kalender Masehi dan Hijriah di muka bumi ini juga masih banyak penanggalan lain. ada kalender Jawa, Kalender Rembulan (Cina) dan lain sebagainya. setiap etnis di muka bumi ini hampir memiliki penanggalannya masing-masing.

sesaat kemudian aku terdiam cukup lama. mengapa tadi terdengar kalender Hijriah orang Islam dan Kalender Masehi Orang Kafir apakah ini berkaitan dengan Faith, dengan keimanan. apakah jika seseorang menggunakan kalender Masehi lantas menjadi Kafir. Sebuah pertanyaan yang terasa sangat memberatkan dadaku.

Saat itu kenangan-kenangan tentang bagaimana sebuah kebudayaan terbentuk datang sangat kuat dalam pikiranku. Banyak Faktor dalam menentukan sebuah budaya itu tercipta. Faktor pada peringkat pertama adalah faktor Kepercayaan atau agama.

Hari ini aku mengakui kebenaran dari Rumusan dasar-dasar ilmu budaya yang aku pelajari beberapa tahun yang lalu di belakang sana. Hari ini aku memahami mengapa sebuah kebudayaan bisa mendorong sebuah Konflik terjadi. Paling tidak aku paham mengapa orang yang berbeda keyakinan agama sangat ditentang pernikahannya. baik secara dogma agama masing-masing ataupun budaya mereka sendiri-sendiri.

berpayungkan agama yang sama pun, tetap tidak menjamin bisa beriringan bersama kendati itu hanya sebuah pertemanan biasa tanpa ada motif romantis apalagi cinta.

hari ini aku merasa menjadi manusia yang juga mengalami penderitaan meski tidak kentara. sebuah penderitaan yang mendewasakan lengkap dengan sebuah luka tidak terlalu dalam namun cukup menganga.

aku sebagai makhluk sosial yang percaya pada Tuhan Rabb Semesta Alam. aku ingin menyandarkan jiwaku yang melemah. Bantulah aku dengan keMahaperkasaan dan MahakuasaMu. karena Engkau Dzat yang menjadikanku menangis dan juga tertawa.

Dalam lubuk Jiwaku terucap Ya Allah aku masih ingin tetap menjadi hambaMu meski aku belum mampu menggunakan penanggalan Hijriah dalam keseharian ku.

Dalam jiwaku yang lain juga tak kuasa menahan tawa berapa banyak orang Islam yang telah menjadi Kafir karena Menggunakan kalender Masehi dalam kesehariannya.

dalam urusan agama aku bukan ahlinya jadi aku tak boleh sembarangan beri fatwa. hari itu aku hanya melihat duduk perkara dari mana kalender itu tercipta dan bagaimana proses penanggalannya.

Manusia pun bertumbuh karena ia bergerak dan dinamis. pemikiran seseorang yang dulu belum tentu sama saat sekarang. jangan pernah berhenti untuk membuka diri dan saling diskusi karena pada dasarnya semua orang mampu untuk diajak bicara. Terkadan caranya saja yang belum kentara.

Refleksi hati dari pengalaman hidup yang berarti 5 tahun yang sudah berhenti. Kini saatnya hatiku merasa damai bila melihat kalender tertempel di dinding. saatnya aku melingkari tanggal 16 April dengan simbol hati, tanggal di mana buah hatiku menetap di hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun