Ku kenang satu kisah yang ku ceritakan sendiri dan diam-diam di lubuk hati terdalam..
Terangkai kembali bait-bait patah yang sempat kuhancurkan di belakang senja..
Terkumpul sudah kini serpihan-serpihan hati tercerai berai menjadi satu lukisan cerita kita yang memudar..
Bibirku selalu bercerita tentang luka, tentang bahagia, tentang kau dan aku..
Selama semua hasratku tergetar padamu ceritaku tak pernah selesai oleh perumpamaan-perumpamaan semu yang mengehentakkan hatiku untuk bisa menguburmu..
Inilah butaku, inilah maksud dari perputaran sebuah cerita ..
Entah mengapa, tiba-tiba lidahku bungkam menelan sedalamnya luka, memeluk isak sekuatnya genggaman di dada mengepal ..
Tahukah kau? Sebenarnya masih panjang yang ingin ku ungkap dalam bait-bait sendu ini..
Tapi aku..
Tapi hatiku..
Tapi jiwaku..
Silahkan kau rasakan sendiri bila kau masih bisa merasakan, coba kau tela'ah sendiri bila kau mampu mengecapnya lagi..
Aku merasa usai di cerita yang ku buat dengan bingkai terindah saat ini , bila dulu aku yang merusaknya, kini kau lebih berjaya untuk menjualnya ..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H