Ketika Rene kembali dengan wajah segar, ia mengambil tempat duduknya di sebelah Zeia. Bisikan lembut Zeia menyusul, "Rene, kalau mau main puzzle sampai malam lagi, pastikan kamu punya cadangan energi. Kamu bikin malu diriku juga sebagai sie ketertiban."
Rene hanya tersenyum cengengesan. "Salahkan saja Thresha. Dia yang nyuruh aku selesaikan puzzle itu."
"Thresha cuma burung, Rene. Burung yang kebetulan bisa ngomong. Dia nggak ngerti konsep tidur cukup."
"Tapi dia lebih disiplin daripada aku," balas Rene setengah bercanda.
Zeia memutar matanya. Meski kesal, ia tidak bisa sepenuhnya marah. Dalam hati kecilnya, ia tahu betapa menyenangkannya melihat Rene dan Thresha bermain bersama. Namun, lain kali, ia harus memastikan kakaknya tahu batas. Bagaimanapun, sebagai sie ketertiban, ia merasa bertanggung jawab menjaga reputasi kelas XD, termasuk kakaknya sendiri.
"Renata, fokus ke papan tulis. Jangan sampai ketiduran lagi," bisik Zeia sambil mengarahkan pandangan Rene ke depan kelas.
"Siap, Bu Ketertiban," jawab Rene dengan nada bercanda, membuat Zeia harus menahan senyum kecil.
Meski penuh dinamika, hubungan kakak beradik ini memang sulit dipisahkan. Mereka mungkin berbeda peran, tapi keduanya saling melengkapi, dengan Thresha si burung penyanyi menjadi saksi bisu kekompakan sekaligus kekacauan kecil mereka di rumah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI