Mohon tunggu...
okta fuad qadhi
okta fuad qadhi Mohon Tunggu... Pengajar -

simple writer , email : oktafuadqadhi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Cengkareng yang Malang

16 Februari 2016   17:40 Diperbarui: 16 Februari 2016   19:09 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa terik menemani jalanan jakarta

Gemuruh suara alat transportasi menggema, dibawah jembatan-jembatan layang

Terbesit dibenakku terbayang peradaban di pinggir sungai,

bola mata ini tak sabar , hati ini seakan gusar , dan pikiranku sedang lapar

 

Yang tergiang didalam telingaku, sebuah bisikan kecil 

dari kerabat bahwa ada kaum urban yang berjuang untuk hidup ditengah 

kenyamanan hidupku ditengah kota ,

"Hey". kamu tahu "Blok Tembok" , aku jawab "Tidak" , cukup lama mendengar 

kicauan temanku hingga tak sadar ia menceritakan aib saudara-saudaranya

 

Dan aku pun terperanjat ayo ikut aku, Kita kesana sekarang, dan roda motorku terhenti 

di jembatan kecil yang menghubungkan kapital dan jajahanya,

takjub yang penuh haru , keadaan luas , lapang melihat ribuan bongkahan kardus , 

itu apa kawan?? itu tempat tinggal kawan ......, tanyaku seperti ke ancol pertamakalinya

 

Ditengahnya ada tumpukan besar yang menggunung dengan "kepulan lava yang mematikan",

tanya saya sekali lagi itu apa kawan?? , itu sampah yang mereka sisihkan, 

dan tepat diantara bongkahan dan tumpukan besar itu, anak-anak berlari-lari , ibu-ibu memilah-milah bakal recehanya , 

seorang anak Perempuan didepan rumah menatap langit sembari memegang kertas berisi angka-angka yang harus dia jawab..

 

Seakan tak tahu kenapa pikiran ini semakin lapar , mulai menggerakkan saraf motorik kakiku untuk berlari ,

dan temanku pun mengikuti dari belakang tanpa tau apa yang hendak ku lakukan 

Akupun  tau kalau perempuan itu mempunyai 4 adik , yang terpaksa berhenti sekolah , dan  telah memikul tanggung

jawab 20.000 per hari dijalanan..

Tanpa menunggu akupun mengajak mereka ke sebuah LSM terdekat sampai tiba-tiba........

 

Sekali lagi aku terperanjat dan  dalam keadaan setengah sadar, kilauan hasil fusi 620 juta ton metrik hidrogen di setiap detiknya

mengangguku, dan aku tahu bahwa itu hanyalah cerita temanku tadi malam ..............

 

 

25 light, [2016]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun