Mohon tunggu...
Made Dwinda Gyarini Sugiarta
Made Dwinda Gyarini Sugiarta Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

HALO

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fungsi dan Makna Perayaan Nyepi

12 Maret 2024   16:45 Diperbarui: 12 Maret 2024   16:56 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Hari Nyepi, umat Hindu memuliakan Tuhan dalam berbagai perwujudan-Nya dalam diri. Setelahnya di Ngembak Geni, mereka saling memaafkan kesalahan di tahun lalu untuk menciptakan keseimbangan dan keselarasan. Secara psikologis, ini memberikan kekuatan baru untuk mengisi lembaran hidup baru dan keharmonisan masyarakat.

Di beberapa daerah Bali, ada tradisi khusus digelar pada Ngembak Geni seperti omed-omedan di Banjar Kaja dan mebuug-buugan di Desa Kedonganan sebagai ritual pembersihan diri menyambut tahun baru.

Rangkaian upacara Nyepi mendukung tercapainya kesejahteraan lahir dan batin umat Hindu di dunia serta memberikan jembatan menuju kesejahteraan di akhirat (moksartham). Pelaksanaannya dipandang sebagai gejala budaya yang dipelajari melalui analisis simbol, ritus, dan praktik religius. (Suwena, 2017).

KESIMPULAN
Hari Raya Nyepi merupakan tradisi sakral umat Hindu Bali dalam menyambut tahun baru Saka. Perayaan ini melibatkan keheningan sebagai momen penyucian diri dan alam semesta, serta upaya memulai lembaran baru dengan hidup yang lebih baik. Rangkaian upacara seperti Melasti, Pengerupukan, dan Catur Brata Penyepian mengandung makna spiritual mendalam. Nyepi juga menjadi ajang melestarikan kreativitas seni ogoh-ogoh dan mempromosikan nilai-nilai universal. 

Pemahaman yang baik tentang fungsi dan makna Nyepi memungkinkan masyarakat menghargai kekayaan budaya Bali serta mengambil pelajaran berharga bagi kehidupan sehari-hari. Tradisi ini merupakan manifestasi kearifan lokal dalam mencapai keseimbangan spiritual-material dan kesejahteraan lahir-batin, sekaligus menjadi identitas budaya yang perlu dilestarikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun