Mohon tunggu...
25 Andini MustikaSari
25 Andini MustikaSari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pendidikan

Kamu pasti bisa melewati semuanya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mahasiswa sebagai Penegak Pilar Pembangunan Sosial guna Menyejahterakan Negara Indonesia dengan Negara Maju

31 Maret 2022   09:30 Diperbarui: 31 Maret 2022   09:51 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penulis (Andini MustikaSari)

  Oleh: Andini MustikaSari

Mahasiswa merupakan seseorang yang berusaha sekeras tenaga untuk meraih pendidikan serta kesejahteraan untuk dirinya dan negaranya, dimana banyak harapan untuk meneruskan perjalanan dan gemburan agent of change, akan ada impian yang terbentuk dan dibalik impian ada harapan serta do’a yang akan dilantunkan, sebagai agen perubahan mahasiswa dituntut untuk mensejahterakan atau memerdekakan dirinya dahulu dari rasa malas dan ketidak tahuan akan ilmu pengetahuan, lalu dimana dia akan ditempa untuk membentuk moral dan akal agar kepintarannya dapat dipertangung jawabkan, setelah itu berpijak pada perubahan untuk menyongsong negara yang lebih maju.

SDGs pembangunan keberlanjutan yang diusung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai target pada tahun 2030. SGDs (Sustainable Development Goals) yang bertarget harapan mengakomodasi permasalahan pembangunan secara universal lebih komprehensif. Baik secara kualitatif, maupun kuantitatif menargetkan penyelesaian tuntas terhadap setiap tujuan seta sasaranya. Berdasarkan hal tersebut, SDGs pun diharapkan dapat disinergikan oleh pihak-pihak yang berperan dalam proses pembangunan untuk tahun 2016 –2030 di mana pada saat yang bersamaan, Indonesia akan memperoleh bonus demografi (Umar, 2017). Hal tersebut semakin menegaskan bahwa dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan bagi Indonesia, pihak yang paling diharapkan dalam mengemban harapan itu adalah mereka yang berada di usia produktif (15 –64 tahun) (Maryati, 2015).

Sebagai yang telah diharapkan oleh SGDs untuk memajukan negara-negara yang berkembang seperti negara kita tercinta untuk pembangunan berkelanjutan, peran mahasiswa sangat penting dalam hal ikut serta memunculkan ide, gagasan serta pemikiran baru untuk mendobrak segudang permasalahan yang ada di negra kita, dengan pemikiran yang kritis dan logis. Impian bukan hanya untuk diangan dan ditulis melainkan untuk diusahakan dalam proses yang tidak mudah tentunya, mahasiswa satu dengan yang lain harus bergotong-royong bersatu dengan masyarakat untuk membantu perubahan dan permberdayaan, bukan sekedar pengamat untuk melihat progress tetapi juga ikut serta atau menjadi pelaku. 

Mahasiswa sebagai tolak ukur panutan dalam masyarakat yang berkulitas dengan tingkat Pendidikan, norma-norma yang berlaku, pola berfikir yang diharapkan bukan untuk hari ini saja tetapi berfikir utuk jauh dimasa depan 10-20 tahun agar anak cucu bangsa bisa lebih berfikir yang optimis terhadap masa depan. Degan ini tidak ada lagi masalah-masalah seperti. Menurut Pramudyo (2015) sumber daya manusia menjadi titik kelemahan Indonesia untuk menghadapi masa yang akan datang sehingga diperlukannya pembenahan kualitas pendidikan, keterampilan, serta penguasaan bahasa asing guna menunjang kemakmuran sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia. Merujuk pada Ansori (2016) dan Efendi (2017) salah satu potensi yang belum dikelola optimal adalah angkatan kerja atau usia produktif. Terlebih dinamika usia produktif yang akan atau sedang menghadapi tantangan menuju bonus demografi berupa pengangguran (Maryati, 2015).

Sedikit lagi menuju bonus demografi dimana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Jumlah penduduk Indonesia usia produktif antara 15-64 tahun lebih banyak dari usia tidak produktif anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas. Dengan kelebihan ini seharunya menjadi dampak yang positif untuk negara kita yaitu menjadi negara yang SDM (sumber daya manusi) yang berkulitas untuk membenahi seluruh aspek yang kurag di negara kita tercinta tetapi juga bisa menimbulkan dampak negarif yaitu banyak orang yang pengangguran sehingga menjadi negara yang tidak produktif melainkkan hanya konsumtif. Oleh sebab itu kita sebagai mahasiswa dan masyarakat Indonesia harus mimiliki jiwa kesatria untuk saling memberikan ilmu mensejahterakan diri dan sekitar kita, buang kata individualisme dalam hal memajukan negara, karena negara ini milik kita bersama, jika semua masyarakat dan mahasiswa sadar maka negara kita lebih dari kata maju, seperti pepatah Bung Karno beri aku 10 pemuda akan ku guncangkan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun