Mohon tunggu...
Lily Trisnawati
Lily Trisnawati Mohon Tunggu... Teknisi - Hamba Allah yang sedang belajar dan memanfaatkan sains untuk kehidupannya

Langit yang biru senantiasa menggemakan suara indahmu ~Rumi~ ...Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Az Zumar: 53)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arti Puisi

28 April 2024   15:13 Diperbarui: 28 April 2024   15:20 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bismillah.

Dalam sebuah akun yang saya ikuti tiba-tiba ada sebuah puisi dari almarhum Joko Pinurbo (Jokpin) rahimahullah tentang sebuah perjalanan pulang. Lalu, kesadaran itu muncul ketika teman lainnya mengunggah cerita tentang beliau lainnya. 

Diri ini yang memang tidak terlalu minat puisi karena makna abstraknya masih tidak paham apa yang terjadi. Kembali ada sebuah berita tentang berpulangnya beliau dan baru kemudian melihat akun instagram beliau, akhirnya memahami kesedihan dunia puisi Indonesia. 

Saya tertarik berselancar terhadap akun beliau meskipun sedikit terlambat tetap memberikan hikmah. Karena dalam akun jokpin rahimahullah banyak puisi yang mengingatkan kembali atas kehidupan yang abadi sesungguhnya. Imajinasi yang bebas tapi tetap taufik-Nya tak pernah lepas, seperti apa yang terjadi pada saya ketika membaca puisi beliau. 


Sebuah puisi dari beliau yang memberikan imajinasi untuk diri dalam ketaatan beribadah sebagai cita-cita. Karena salah satu waktu yang barakah adalah terlewati dengan diri mendekat kepada-Nya di waktu senja dengan zikir sore. Hikmah lain, atas taufik-Nya diri ini mampu bergerak menulis kembali karena cara beliau cerita dalam puisi begitu ringan dan sarat makna.

Kesendirian membuat mereka berlari

Berlari mencari kenikmatan lain dari kesendirian

Melewati samudra rela ditempuh

Apakah itu cukup?

Tidak, sampai kesadaran tentang kesendirian adalah sebuah nikmat.

Nikmat untuk belajar tentang ihsan

Nikmat untuk kesadaran tentang ihsan

Dan menyebarkan ihsan ketika tidak dalam kesendirian

Baarakallahu fiikum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun